"Astaga!" Leo segera belari untuk menghampiri Lilac yang telah bangkit di bantu oleh Fatur, Icha dan Predict. Perempuan itu terlihat berkaca-kaca meski tidak menangis, namun tetap saja rasa sakit dan malu telah di deritanya di saat yang bersamaan. Terlihat jelas memar meraah di kedua lengan Lilac akibat benturan itu, dan jangan lupa jidat putihnya yang juga terlihat merah akibat terbentur kayu dari sandaran kursi yang jatuh bersama dengannya.
"Lac, maafin aku ya!" Ucap Fatur seraya mengusap jidat Lilac. Perempuan tersebut meringis karena rasa sakit yang ia rasakan, sementara Icha tiba-tiba tertawa karena mengingat bagaimana cara Lilac terjatuh dengan lucunya.
Predict yang ada di samping Icha hanya mampu memberikan sebuah peringatan seraya menahan tawanya sendiri. "Ssssttt.." Namun peringatan itu tidak cukup untuk membuat Icha terdiam. Lilac yang merasa malu pun memukul pelan lengan Icha yang menertawainya. Kemudian ia sendiri tertawa di tengah rasa sakit yang ia derita ketika mendengar tawa Icha yang semakin kencang. Beberapa saat kemudian, Predict dan Fatur yang tertawa di saat yang hampir bersamaan. Membuat Dhani dan Leo yang tidak mengetahui apapun terlihat kebingungan.
Meskipun mereka tertawa tangan Fatur yang masih mengelus-elus jidat Lilac belum turun dari tempatnya, sehingga Leo yang menyadari hal itu segera menarik tangan Fatur dan menatap lelaki itu dengan cukup tajam. "Jangan lama-lama!" Tegurnya.
Fatur hanya mengangkat sebelah alisnya kemudian memberikan handphone yang di pegangnya kepada sang pemilik. Membuat Leo untuk beberapa saat terdiam menatap pada handphone nya yang entah bagaimana bisa berada di tangan Fatur. "Ngapain lu ambil handphone gw, Fat?" Tanya Leo yang memang sekarang sedang merasa kesal pada Fatur. Tetapi tanpa menjawab apapun, Fatur hanya menunjuk kea rah Lilac yang sekarang membulatkan kedua matanya pada wakil ketua osis itu.
"Lac?" Tanya Leo. Kemudian Lilac tersenyum dengan lebar dan kembali berpura-pura kesakitan dengan mengusap kedua lengan dan dahinya. Hal tersebut hanya mampu membuat Leo membuang nafasnya dan menggelengkan kepala seraya pergi dari sana untuk kembali ke dapur bersama dengan Dhani.
Setelah kedua lelaki itu pergi, Lilac menatap pada Fatur yang mengangkat kedua alisnya dan tersenyum. "Kalau kamu marah, aku akan kasih tau Leo rencana yang bakalan kamu lakukan." Fatur hanya mengucapkan kalimat itu sebagai sebuah ancama, dan sebagai jaminan agar Lilac tidak marah padanya.
Lilac bungkam dengan wajah yang cemberut, ia kemudian memilih duduk di samping Icha dan Predict. Kemudian ia memeluk Predict dengan wajah sedihnya, "Dict, lihat deh Fatur jahat banget!" Adunya pada perempuan yang kini ia peluk. Predict tidak banyak berkata, ia hanya tersenyum dan mengelus-elus rambut Lilac dengan pelan.
"Lagian itu kan salah lu, Fatur cuma mau kasih tahu supaya lu gak bersikap kaya gitu. Lac!" Bukannya mendukungnya, Icha yang berada di samping kanannya justru memberikan sebuah nasihat yang menjatuhkan dirinya dan meninggikan Fatur.
Lilac melepaskan pelukannya dan melirik pada Icha dengan cukup tajam. "Diem deh, Cha! Aku kan gak ngomong sama kamu!" Tegur Lilac ketika ia tidak mendapatkan dukungan dari Icha, seraya mendorong pelan bahu Icha agar menjauh darinya.
Icha yang terdorong pun hanya mengucapkan sebuah kata, "Yee…" Untuk menimpali seluruh ucapan Lilac. Icha mengetahui jika ucapan itu Lilac tidak sepenuhnya serius, karena mereka semua sudah sering bercanda layaknya sebuah teman yang sedang musuhan.
Sore hari telah datang, seluruh sahabat-sahabat Nada satu per satu telah pulang ke rumahnya, kini tinggal Leo, Fatur dan Lilac yang menunggui orang tua Nada yang mengatakan akan pulang hari ini. Fatur yang memang memiliki rumah berjarak paling dekat dengan Nada pun memutuskan untuk memastikan bahwa orang tua Nada benar-benar pulang hari itu. Sementara Leo dan Lilac yang pulang bersama itu sama-sama setuju untuk menemani Nada dan Fatur. Selain itu Nada juga membutuhkan sahabat perempuan untuk menemaninya.
"Lac tau gak, kemarin itu aku sempet pakai produk…" Leo hanya terdiam menatapi Lilac dan Nada yang saat ini asik berbincang di atas sofa panjang di ruang keluarga milik Nada, sedangkan ia dan Fatur yang duduk di ruang tamu hanya terdiam dengan kegiatan masing-masing. Fatur terlihat sibuk dengan ponselnya setelah ia di hubungi oleh anggota osis beberapa menit yang lalu, sedangan Leo… Seperti yang sudah terjelaskan, lelaki itu hanya terdiam memandangi kedua perempuan yang kini asik berbincang.
"Dia bukan anak kecil yang harus kamu perhatikan terus, Yo!" Kalimat tersebut sukses membuat Leo yang duduk di samping Fatur menatap kepadanya. Fatur tidak menghentikan kegiatannya mengetik pesan di handphone miliknya, ia hanya mengucapkan kalimat itu dan kembali sibuk dengan tugas dadakannya.
"Apa maksud lu?" Tanya Leo, yang sekarang membenarkan posisinya untuk menghadap kepada lelaki yang tadi menyindirnya.
Fatur mengalihkan tatapannya untuk menatap pada Leo, kemudian ia tersenyum seraya menyimpan handphone yang di pegang nya sedari tadi. "Lilac bukan anak kecil lagi, Yo. Kamu gak perlu memperhatikannya terus." Fatur kembali mengulang perkataannya, dan Leo hanya bisa terdiam juga berusaha untuk tidak marah terhadap perkataan sang sahabat.
Leo kembali melirik kearah di mana Lilac dan Nada berada, "Lu gak ngerti, Fat. Ada beberapa hal yang membuat gw gak mau itu terulang lagi sama Lilac." Ucapan Leo tersebut membuat Fatur menyipitkan matanya dan ikut menatap pada kedua gadis itu.
"Kamu terlalu posesif, Yo." Ungkap Fatur. Leo menganggukkan kepalanya menyetujui sekaligus mengakui hal itu. Fatur yang melihat reaksi tersebut akhirnya hanya bisa membuang nafasnya dengan pelan dan kembali membuka pesan-pesan yang sedari tadi masuk ke dalam nomornya.
"Eo!" Panggilan tersebut membuat Leo berdiri dari tempatnya, dan berjalan menghampiri kedua perempuan yang berada di ruang keluarga. Fatur pun yang melihat ketergesa-gesaan Leo segera bangkit untuk menyusul lelaki itu.
"Kenapa?" Tanya Leo to the point pada keduanya. Sementara Fatur hanya terdiam di belakang Leo dan bersandar pada tembok yang ada di sampingnya.
"Aku ada pemotretan setengah jam lagi, jadi aku pulang duluan ya!" Kedua lelaki itu kini memperhatikan Lilac yang sibuk memasuk-masukan barangnya ke dalam tas, sedangkan Nada membantu temannya itu untuk membereskan make up yang tadi mereka keluarkan.
"Aku anter!" Leo yang mendengar hal tersebut pun menawarkan diri untuk mengantar Lilac, ia mengambil jaket miliknya yang tergantung di kursi di ruang tengah. Namun saat ia hendak mengenakan jaket tersebut, Lilac menolak keputusannya.
"Gak usah Eo!" Tolak Lilac yang membuat lelaki itu terdiam dan dengan cepat menatap padanya. Lilac masih membereskan tasnya dan menggunakan jaket miliknya, kemudian perempuan itu berlari kearah kaca yang ada di samping salah satu kamar untuk merapikan rambutnya.
Leo masih menatapi Lilac, "Loh, kenapa?" Tanyanya kebingungan, dan tetap menggunakan jaket yang sudah ia pegang itu. Fatur dan Nada yang ada di ruangan itu pun hanya melirik keduanya secara bergantian.
"Ya ga apa-apa… Kamu di sini aja temenin Fatur!" Jelas Lilac. Leo yang mendengar alasan Lilac tersebut, melirik ke arah lelaki yang kini mengangkat kedua bahunya. Leo tetap tidak menerima penolakan Lilac pada tawaran yang ia berikan.
"Hah? Ga usah! Fatur udah gede, aku nganter kamu aja! Aku tunggu di depan!" Leo dengan intonasi suara yang tinggi itu pun akhirnya membuat keputusan secara sepihak yang akhirnya membuat Lilac terdiam di depan cermin, melihati kepergian Leo dari ruangan tersebut. Nada hanya bisa terdiam dan menghampiri Lilac, lalu memberikan tas milik perempuan itu. Sedangkan Fatur yang bersandar di tembok pun akhrinya menyusul Leo yang berjalan keluar karena emosi.