Setelah pulang sekolah, sesuai dengan apa yang mereka bicarakan tadi saat istirahat. Mereka semua akan menengok Lilac dan membeli beberapa buah segar untuknya sebagai oleh-oleh. Nada, Icha, Dhani dan Predict pergi ke rumah Nada menggunakan mobil milik kakak Icha yang hari itu menjemputnya kesekolah, sungguh kebetulan yang tidak di sengaja.
"Jadi, aku kesini Cuma jadi supir?" Tanya Lelaki yang memakai jas hitam yang saat ini sedang mengendarai mobil tersebut. Icha yang duduk di sebelah Kakaknya tersebut hanya tertawa ringan lalu memeluk lengan sang kakak saat mobil itu berhenti karena lampu merah.
"Tapi Lilac lagi sakit Kak… Masa aku gak nengokin dia?" Icha memberikan sebuah alasan agar sang Kakak tidak marah padanya. Meskipun ia memang tidak benar-benar marah, ia hanya mengatakan itu sebagai candaan saja.
"Okay, Okay… Aku tungguin sampai pulang apa gimana nih?" Tanya Kakak Icha. Saat ini mereka sudah berada di perumahan di mana Lilac tinggal, hanya beberapa belokan lagi mobil itu sampai di tujuan.
"Boleh, tapi kalau Kakak ada perlu… Mending gak usah nungguin aku ya! Aku bisa pulang bareng yang lain kok." Jawab Icha. Mobil itu pun berhenti tepat di depan rumah mewah milik Lilac, sang Kakak yang sedari tadi focus pada jalan pun akhirnya dapat melihat wajah yang adik yang sebenarnya duduk di sampingnya.
"Okay, kamu pulang hati-hati ya. Aku ada meeting setengah jam lagi." Icha mengangguk mengiyakan sang Kakak. Ia tidak bisa untuk memaksa Kakaknya untuk menunggunya sedangkan ada pekerjaan yang harus di lakukan Kakaknya.
"Kakak hati-hati ya!" Ucap Icha, kemudian ia membuka pintu mobil dan keluar dari dalamnya. Nada, Predict dan Dhani pun ikut turun ketika perempuan itu turun, mereka juga tidak lupa mengucapkan terimakasih mereka saat mereka turun dari dalam mobil milik Kakaknya Icha.
"Oke Bye!" Ucap lelaki itu pada adiknya. Icha tersenyum dan mengangguk seraya melambaikan tangannya saat mobil itu perlahan pergi dari hadapan mereka.
Leo dan Fatur yang menggunakan motor sudah berada di sana terlebih dahulu. Keduanya memarkirkan motor mereka di rumah Leo yang memang bersebelahan dengan rumah Lilac. Nada, Icha, Dhani dan Predict terdiam di depan pagar rumah Lilac, menunggu Fatur dan Leo yang sekarang berjalan menghampiri mereka.
"Orang tua Lilac ada, Eo?" Tanya Icha ketika ia tidak melihat adanya tanda-tanda aktivitas di dalam rumah Lilac. Leo menggelengkan kepalanya dan membuka pintu pagar rumah Lilac, jawaban tersebut cukup membuat kelima sahabatnya terkejut.
"Dia sakit, terus di rumah sendirian?" Tanya Dhani yang tidak habis pikir. Orang tua mana yang akan meninggalkan anaknya yang sakit sendirian di dalam rumah? Apalagi yang mereka tahu, Lilac adalah anak tunggal. Apa yang ada di pikiran orang tua Lilac? Itulah pertanyaan yang mungkin muncul di kepala salah satu dari kelima orang yang terkejut itu.
"Nggak kok, Dhan!" Jelas Leo. Ia masuk terlebih dahulu ke dalam pekarangan rumah Lilac, dan di ikuti oleh sahabatnya yang lain. Leo kemudian menutup kembali pintu pagar rumah Lilac sebelum akhirnya berjalan menuju rumah mewah itu. Langkah kaki Leo terhenti saat ia berada di samping sebuah pohon pinus yang besar, kemudian ia berbalik untuk menatap teman-temannya.
"Disini, Lilac berteriak kemarin! Dan aku yakin, suara itu berasal dari balik pohon." Jelas Leo. Predict yang berdiri di samping Fatur pun ikut menatap ke arah pohon tersebut dan terdiam dengan cukup lama.
"Kak Leo!" Suara teriakan dari seorang perempuan membuat mereka semua menatap pada balkon rumah Lilac. Seorang anak perempuan mengenakan seragam SMP pun terlihat melipat kedua tangannya ke depan dengan sebal.
Leo tersenyum dan melambaikan tangannya pada sang adik yang ternyata ada di sini. Leo mengira bahwa yang menjaga Lilac adalah Ibunya, tetapi ternyata sang adiklah yang ada menemani Lilac.
"Slavia!" Nada memanggil anak perempuan itu dan ikut melambaikan tangannya. Anak perempuan bernama Slavia tersebut tersenyum membalas Nada kemudian mendelik pada sang Kakak. Ia kembali masuk ke dalam rumah untuk turun dan membukakan pintu untuk mereka semua.
"Kok kamu ada di sini sih, dek?" Tanya Leo yang masuk ke dalam rumah Lilac begitu pintu itu di buka.
"Permisi…"
"Permisi!" Salam Dhani, Icha, Nada, Fatur dan Predict ketika mereka masuk ke dalam ruang tamu rumah tersebut.
"Duduk aja Kak!" Slavia mempersilahkan seluruh teman dari Kakaknya tersebut untuk duduk di sofa. Sementara ia masih berdiri di hadapan Leo yang masih menunggu jawaban dari pertanyaan yang belum di jawab tersebut.
"Mama lagi masak di rumah, katanya mau masakin bubur buat Kak Lilac. Jadi aku yang di suruh tungguin di sini!" Jawab Slavia seakan kesal jika ia di beri tugas untuk menunggui orang sakit.
"Gak ikhlas nih?" Tanya Leo yang melihat kekesalan sang adik. Perempuan yang tingginya hanya setinggi dada Leo, bahkan kurang dari itu pun menggelengkan kepalanya dengan cepat dan mengibaskan kedua tangannya.
"Nggak kok! Cuma bosen aja." Sergahnya, kemudian ia berjalan ke arah dapur untuk membawakan minum yang akan ia berikan pada seluruh teman Leo. Leo hanya tersenyum dan mengangkat kedua alisnya pada sahabat-sahabatnya yang duduk melihati kedua saudara kandung itu berbincang.
"Bentar ya guy's!" Leo meminta sahabat-sahabatnya itu menunggu sebentar, kemudian ia berjalan ke dapur untuk menghampiri sang adik seraya bertanya dengan cukup keras. "Eh, Lilac di mana?" Tanyanya. Obrolan keduanya masih dapat terdengar di telinga Dhani, Icha, Nada, Fatur dan Predict.
"Tidur!" Jawab ketus sang adik yang juga tak kalah keras dari suara Leo. Dan desahan kecewa dari Leo dapat di dengar oleh kelima orang itu. Membuat mereka saling bertatapan, kecuali Fatur yang terdiam memejamkan mata, bersandar pada kursi dan melipat kedua tangannya ke depan.
Dhani melihat gerak-gerik tak biasa dari lelaki itu, kemudian ia berbisik pada Icha, untuk menanyakan alasan mengapa Fatur seperti itu. "Cha! Kenapa Fatur kaya gitu? Apa dia lagi sakit?" Tanya Dhani. Icha yang tidak begitu tahu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya, tetapi tidak seperti Dhani yang tidak langsung bertanya pada orangnya.
Icha memilih untuk langsung bertanya pada Fatur. "Fat? Lu baik-baik aja?" Tanya Icha. Fatur membuka matanya ketika mendengar pertanyaan itu, kemudian ia menganggukkan kepalanya. Sementara Nada dan Predict melirik secara serempak untuk melihat lelaki bergelar murid terpintar di sekolah itu.
"Cuma ngantuk aja." Jelas Fatur, ketika ia melihat ada raut keraguan pada semua sahabatnya akan jawabannya tersebut.
Leo datang dengan nampan berisikan gelas dan air sirup yang di buat oleh sang adik, sementara Slavia datang dengan beberapa kue yang telah ia tumpahkan ke atas piring untuk mereka semua.
"Duh, gak perlu repot-repot, Yo!" Dhani berujar seraya langsung mengambil gelas sirup tersebut dan meminumnya seperti orang yang kehausan beberapa hari. Slavia hanya tersenyum melihat tingkah Dhani. Kemudian ia berdiri untuk kembali ke dapur.
"Disini aja Slavia, ngobrol bareng kita-kita!" Ajak Icha pada perempuan itu. Slavia yang memang cukup dekat dengan Nada, Icha, Predict dan Lilac itu tidak merasa canggung ketika berbincang bahkan ikut gabung dengan sahabat Leo.
"Aku mau lihat kak Lilac dulu, Kak." Tolak Slavia, ia memang harus menunggui Lilac yang sedang sakit itu karena sang ibu telah menitipkannya padanya. Slavia akan melakukan tanggung jawabnya dengan penuh, sehingga meskipun ada beberapa urusan yang lebih menyenangkan dari tugasnya itu, ia tetap tidak akan meninggalkan tugas itu.
"Nah kebetulan banget, kita mau jenguk! Kita bertiga boleh ikut gak?" Tanya Nada yang berdiri dari duduknya. Slavia sempat melirik pada Leo, memberikan sinyal pertanyaan 'Apakah boleh?' pada sang Kakak. Leo mengangguk mengiyakannya, maka Slavia pun ikut mengangguk dan memperbolehkan Nada, Icha juga Predict ikut ke kamar Lilac yang ada di lantai dua.