"Itu kan Cuma Nada sama Lilac! Bukan semua dari kita, Fat!" Dhani yang sekarang duduk di sandaran sofa itu mengingatkan Fatur bahwa hanya Lilac dan Nada yang di datangi hantu, sedangkan yang lainnya tidak.
Ucapan yang Dhani ucapkan tersebut memang ada benarnya. Tetapi ucapan itu pun seolah menggambarkan ke egoisan dari seorang Dhani. Dia seakan tidak peduli dengan masalah ini selama bukan dirinya yang mengalami kejadian tersebut. Fatur dan Leo sebenarnya cukup geram ketika mendengar pernyataan Dhani tersebut. Fatur yang memang dapat mengontrol emosinya, lebih memilih untuk diam. Sedangkan Leo berbeda, ia tidak bisa membiarkan Dhani dengan keegoisannya begitu saja. "Mau sampai kapan Dhan? Mau sampai kamu di datengin hantu ini dulu? Baru kamu mau dan meminta kita buat bantuin kamu?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Leo itu bagaikan seperti sebuah peluru yang langsung menembak tepat ke arah kepala Dhani, yang sukses membuatnya terdiam dan bungkam. Itulah Leo, dia akan segera memberikan teguran bagi siapapun yang salah, tetapi bukan dengan kekerasan melainkan rasa malu. Rasa malu adalah hal yang sangat jitu untuk membuat siapapun merasa jera.
"Nggak gitu, Eo… Cuma, aku takut kalau ritual ini membuat kita semua dalam bahaya! Kamu pernah liat kan di film Ouija, gimana satu per satu dari mereka…"
"Ini bukan film Dhan! Lagian Predict juga tau kok resikonya, yak an Dict?" Fatur yang mendengar jawaban konyol dari Dhani pun segera meyakinkan lelaki itu bahwa hal yang akan mereka lakukan tidak sepenuhnya membahayakan mereka. Karena Predict yang mengusulkan ritual itu, dan dia tidak mungkin akan membiarkan mereka dalam bahaya.
Predict mengangkat kedua alis nya ketika Fatur dengan tiba-tiba mengatakan demikian, "I-iya… Ini gak seberbahaya Ouija dan pemanggilan arwah yang lainnya kok." Jawab Predict, meski dirinya sempat terbata-bata di awal.
Dhani menghela nafasnya, ia kemudian melirik pada Icha dan nada yang terlihat menyerah dan akan ikut melakukan ritual itu nantinya. Dhani menggaruk kepalanya dengan frustasi dan menatap pada Predict yang masih melihatinya.
"Coba jelaskan ritual seperti apa ini? Dan apa resiko terbesar yang akan kita terima jika melakukan ritual ini?" Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan berbobot yang pertama kalinya Dhani tanyakan pada mereka semua. Sifat Dhani yang kekanak-kanakan itu terlihat menghilang saat ini, dan tergantikan dengan sifat dewasa yang tidak mungkin di milikinya.
"Ritual ini… Di sebut dengan Seance, yang berarti pemanggilan arwah. Ritual ini di buat oleh Mama ku dan tidak sama seperti ritual yang lainnya. Resiko terbesar yang aku ketahui, kita semua hanya akan melihat banyak hantu yang terpanggil di saat yang bersamaan. Tetapi ketika ritual itu selesai, tidak aka nada akibat lain yang kita terima. Hantu-hantu itu tidak akan mengikuti kita sampai ke rumah kita atau masuk ke dalam salah satu tubuh kita." Predict menjelaskan ritual apa yang sebenarnya akan mereka lakukan dan resiko apa yang akan mereka terima setelah melakukan ritual tersebut.
Dhani, Icha dan Nada kembali mempertimbangkan setelah mengetahui bagaimana ritual yang di akan mereka lakukan nantinya. "Kita hanya memerlukan lima buah lilin, tiga buah dupa, satu buah kelapa dan semangkuk air bunga tujuh rupa. Tidak ada barang-barang lainnya yang kita perlukan selain itu." Predict kembali menjelaskan dan memberitahu mereka apa saja barang-barang yang di perlukan untuk melakukan ritual itu.
"Hanya itu? Tidak ada media untuk berkomunikasi dengan mereka?" Tanya Icha yang merasa terkejut karena tidak adanya media seperti papan komunikasi, boneka dan lain semacamnya. Predict menggelengkan kepalanya, tanda memang tidak ada hal lain yang mereka butuhkan lagi untuk melakukan ritual itu.
"Gimana? Kalian tetep gak mau ikut?" Tanya Leo pada Dhani, Icha, dan Nada yang terlihat berpikir dengan sangat keras, mempertimbangkan apakah mereka menyetujui dan akan ikut ke ritual itu atau tidak.
"Gw ikut!" Mereka mendengar sebuah helaan nafas yang amat kencang sebelum mendengar keputusan dari Icha tersebut. Dhani dan Nada terlihat cukup terkejut karena perempuan itu memilih keputusan dengan sangat cepat.
Nada memainkan bantal sofa yang saat ini di peluknya, ia mempertimbangkan semua ini dengan pelan-pelan. Tetapi ketika ia mengingat awal permasalahan ini, ia merasa tidak enak karena ini semua berawal darinya. Jadi akhirnya Nada pun menyetujui untuk ikut dalam ritual pemanggilan arwah ini, meski sebenarnya tidak ada yang memaksa dirinya untuk ikut. "Ya udah, aku juga ikut." Ucapnya tanpa bersemangat, tetapi ia tetap mencoba untuk tersenyum pada mereka semua. Icha mengangguk dan memeluk Nada dengan senang, karena Icha tahu pasti keputusan itu sangat berat untuk Nada yang sangat penakut itu.
Dan sekarang tinggal giliran Dhani yang belum memutuskan apakah dirinya akan ikut dalam ritual itu atau tidak. Mereka semua secara bersamaan menatap pada Dhani, sedangkan orang yang mendapatkan tatapan itu mencoba untuk menghindari tatapan mereka semua dengan menengok ke arah lain atau berpura-pura berpikir dengan menatap langit-langit ruang tengah rumah Lilac yang berwarna cream itu.
"Gimana Dhan?" Fatur mengangkat sebelah alisnya, bertanya pada lelaki yang lebih pendek dari dirinya itu. Pertanyaan Fatur seakan meminta lelaki itu untuk memutukan keputusannya dengan cepat. Dan sukses membuat Dhani merasa semakit terdesak dengan pertanyaan satu kata itu, lelaki itu kemudian mendecak keras dan memukul sandaran sofa yang di dudukinya.
"Oke deh, aku ikut!" Jawabnya dengan mantap.
Mereka semua terdiam untuk sesaat ketika Dhani mengatakan bahwa dirinya akan ikut dengan mereka semua. Hanya suara detak jam dan tv yang menyala lah yang dapat mereka dengar saat ini. Dhani terkejut dengan reaksi sahabat-sahabat nya itu dan menatapi mereka secara bergantian.
"Kalian semua kenapa?" Tanya Dhani yang kebingungan dengan sikap mereka yang saat ini terdiam menatap padanya tanpa berkedip bahkan seakan meragukan keputusan lelaki itu.
"L-Lu bilang apa tadi Dhan?" Icha yang ada di samping kanan Dhani pun berbalik untuk bertanya pada lelaki itu dengan ucapan yang sedikit terbata, menggambarkan bahwa perempuan itu cukup terkejut dengan apa yang di dengar olehnya tadi.
Dhani mengerenyitkan dahinya mendengar pertanyaan Icha tersebut, ternyata keputusannya sedang di ragukan saat ini. "Aku ikut, Cha!" Dhani kembali mengulang jawabannya pada Icha agar wanita itu percaya. Dan setelah Dhani mengatakan itu, ia mendengar helaan nafas yang keras dari Leo dan Fatur yang duduk di karpet, membuat dirinya segera melirik dua lelaki itu.
"Kenapa lagi?" Tanya Dhani pada kedua Sahabat nya, namun secara serempak kedua lelaki itu memilih untuk menggelengkan kepala mereka. Membuat Dhani merasa kesal dan melemparkan bantal sofa ada keduanya. Sementara Nada, Icha dan Predict hanya tertawa melihat Leo dan Fatur yang meringis kesakitan.