Chereads / SEANCE / Chapter 23 - Hubungan yang samar

Chapter 23 - Hubungan yang samar

Predict terdiam melihat kedua sahabatnya yang sedang bertikai itu secara bergantian, kemudian ia kembali meminum minumannya dengan tenang saat Leo sudah kembali duduk, namun enggan menatap Icha. Sedangkan perempuan itu melipat kedua tangannya di dada dan terdiam. Kejadian itu menjadi sorotan seluruh pengunjung cafe, karena suara Leo dan Icha tadi cukup keras dan terdengar kemana-mana.

Lilac yang duduk di sampi Leo dan Icha pun terdiam, karena ikut ke dalam suasana tegang keduanya. Fatur yang melihat itu pun menawarkan dirinya untuk bertukar tempat dengan Lilac. "Tukeran?" Tawarnya, perempuan itu menggelengka kepalanya untuk menolak tawaran tersebut. Ia takut dengan pindahnya dirinya dari sana akan membuat salah satu atau keduanya merasa tersinggung. Jadi yang bisa ia lakukan saat ini adalah menggenggam tangan Icha dan mengelus-elusnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya mengelus-elus telapak tangan kanan Leo yang mengepal keras.

"Okay… Gak perlu ada yang di permasalahkan dengan ini ya… Cha! Leo!" Ucap Predict menengahi keduanya dan menyudahi permasalahan itu, atau lebih tepat jika hal tersebut disebut dengan pertikaian kecil.

"Sekarang, Dhani gimana?" Tanya Predict, melanjutkan hal yang sedang mereka bahas sebelumnya. Dhani mengiyakan dan menyanggupi kehadirannya sama seperti yang lain. Sehingga setelah itu Predict kembali memasuki pembahasan inti.

"Okay! Jadi selasa malam nanti, kita semua kumpul di rumah…" Predict berpikir dan melihati satu per satu dari mereka. Mencari rumah salah satu di antara mereka yang dapat mereka datangi malam nanti, tanpa mengganggu orang tua mereka.

Predict mulai kebingungan untuk menentukan di rumah siapa mereka akan berkumpul. "Rumah aku aja!" Fatur dengan ikhlasnya menawarkan diri. Sehingga mereka semua melirik padanya, termasuk Icha yang sedari tadi menunduk dan Leo yang seolah tidak peduli pada pembahasan ini.

Predict terdiam karena terkejut untuk beberapa saat, ia bersyukur jika Fatur menawarkan dirinya. "Terus… Orang tua kamu gak akan keberatan?" Tetapi Predict tetap bertanya dan memastikan terlebih dahulu sebelum ia memutuskan untuk menyetujui tawaran tersebut.

Fatur bersandar pada kursi tempat duduknya dan melipat kedua tangannya kedepan, kemudian ia terlihat berpikir untuk mengingat-ingat. "Kalau gak salah, mereka mau pergi keluar negri hari senin. Tetapi karena aku sekolah, jadi mereka cuma ajak adikku." Fatur menjelaskan pada Predict bahwa seluruh anggota keluarganya tidak aka nada di rumah untuk beberapa hari.

Predict dan seluruh sahabat yang ada satu meja dengan Fatur pun mengangguk-angguk pelan. "Oke, kalau begitu… Malam selasa nanti kita semua berkumpul di rumah Fatur.Jam sepuluh lebih empat puluh lima menit ya! Kalau kalian mau dateng sebelum itu juga boleh aja!" Predict memberikan keterangan kapan lebih tepatnya mereka berkumpul di rumah Fatur.

Dhani tersedak saat mendengar jam yang Predict sebutkan tadi. "Jam sepuluh siang?" Tanya Dhani kembali, memastikan apakah mereka akan melakukannya siang hari atau malam hari. Mereka semua secara bersama-sama menatap pada Dhani yang tidak merasa salah, karena memang tidak ada keterangan waktu yang benar yang Predict jelaskan.

Leo mendecak kesal, kemudian dia menjawab. "Ya pastinya malem lah bego!" Leo yang memang sedang ada di posisis mood yang tidak baik itu pun menjawab seraya mengumpat pada Dhani, tetapi untunglah lelaki yang menghadapi Leo saat ini bukanlah seseorang yang mudah marah. Ia justru hanya mengangkat kedua bahunya dan mengatakan.

"Ya gak tau lah, cuma mastiin aja. Lagian Predict gak bilang siang atau malemnya, tau?!" Dhani menimpali ucapan Leo dengan mengatakan itu dan bersikap tidak peduli. Predict menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Iya, aku lupa Dhan. Maaf ya! Kita berkumpul di rumah Fatur jam sepuluh malem, lebih empat puluh lima menit." Predict kembali mengulang informasinya, dan kali ini lebih jelas. Sehingga mereka semua pun mengangguk menyetujuinya.

"Dict, apa itu gak terlalu malem? Rumah kamu paling jauh kan? Mau ku jemput?" Tawar Fatur tiba-tiba saat mereka semua terdiam meminum minuman mereka masing-masing. Predict cukup terkejut dengan tawaran Fatur tersebut, namun ia tidak langsung memperlihatkannya pada mereka semua. Predict berusaha keras untuk tidak terlihat terkejut di depan mereka.

"Hah? Gak usah Fat, udah ada yang mengantar kok. Makasih loh ya!" Tolak Predict atas tawaran yang Fatur berikan padanya. Predict tidak terlalu mengetahui apa yang terjadi di antara Fatur dan Lilac, tetapi yang dia ketahui adalah lelaki itu menaruh setidaknya sedikit perasaan padanya. Predict khawatir jika dia menerima tawaran tersebut, lelaki itu akan semakin banyak menaruh perasaannya pada dirinya dan akan mengakibatkan beberapa orang merasa patah hati. 'Cinta segitiga memang rumit!' Pikirnya dalam hati saat ia meminum minuman miliknya.

Tidak lama setelah kejadian penawaran dan penolakan itu, Fatur terlihat sibuk. Ia melihat kea rah jam tangan yang ia kenakan, dan setelahnya ia menarik jaket miliknya dan segera mengenakan jaket itu. "Guy's aku duluan ya! Ada beberapa hal yang mendesak nih!" Ucapnya yang berdiri dari duduk dan meminta izin pada mereka semua yang saat ini terkejut.

"O-oh, Hati-hati ya Fat!" Ucap Dhani pada Fatur. Lelaki itu mengangguk kemudian ia menepuk bahu Leo sebelum akhirnya benar-benar pergi dari tempat itu, dan entah kemana. Lilac melihati kepergian Fatur dengan wajah yang sedikit sedih, kemudian ia kembali meminum chocolate nya. Raut wajah perempuan cantik itu tertangkap oleh Icha, namun ia hanya terdiam dan tidak berani bertanya. Mungkin nanti ada saat di mana waktu yang mereka miliki tepat untuk membahas ini.

Hari senin pun datang keesokan harinya, dan hari-hari itu berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang janggal ataupun kejadian aneh yang mereka alami. Saat ini adalah jam istirahat di mana seluruh siswa berebutan makanan di kantin sekolah dan berebut tempat duduk di sana meski sebenarnya kantin sekolah mereka terbilang luas.

Lilac duduk di kursi kelasnya dan memainkan handphonenya, mengirimi pesan ke beberapa teman dan managernya. Sebuah kaleng minuman bersoda di taruh di atas mejanya, membuat perempuan itu mendongak mendapati sang Wakit ketua Osis sedang berdiri di hadapannya dengan wajah yang datar.

"Fat?" Tanya Lilac yang cukup terkejut dengan kehadiran lelaki pujaan ribuan siswi itu. Fatur menghembuskan nafasnya dengan berat kemudian duduk di kursi yang ada di depan meja Lilac, dengan posisi yang terbalik sehingga ia menghadap ke arah perempuan itu.

"Kenapa?" Tanya Lilac yang kemudian menyimpan Handphone nya ke dalam tas dan menaruh kedua tangannya ke atas meja, lalu menyimpan dagunya di atas tumpukan tangan miliknya sendiri. Kedua mata perempuan itu tetap mengarah pada Fatur yang menggenggam kaleng bersoda itu dan bulak-balik memutarnya.

"Aku gak tau harus kaya gimana lagi, Lac. Berusaha pun sepertinya akan sia-sia!" Ungkap Fatur pada perempuan di hadapannya ini, kedua tangan Fatur yang memainkan kaleng soda itu kini saling bertumpuk untuk menjadi bantalan dari kepala lelaki itu yang kini tersimpan di atas meja. Lilac yang ada di hadapannya hanya bisa tertawa pelan, menertawai sang wakil ketua Osis yang terlihat sudah menyerah.

"Masa belum berjuang, sudah menyerah?" Tanya Lilac lagi, menimpali ucapan yang di ungkapkan oleh Fatur. Lelaki itu semakin terlihat tidak bersemangat dan tubuhnya juga semakin lemas di atas meja itu. Lilac tertawa kecil dan menepuk-nepuk kepala Fatur dengan pelan.