"Gimana hiks… ini Dict?" Lilac bertanya pada Predict di tengah tangisnya. Mereka semua hanya terdiam melihati keduanya, Leo yang sudah lama tidak melihat tangisan Lilac hingga tersedu-sedu seperti ini pun mulai khawatir. Tetapi ia tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa terdiam menunggu penjelasan yang pastinya akan ia dapatkan.
"Oke Lac, sekarang tenang ya… Kamu harus sehat dulu, udah gitu baru kita semua cari tahu siapa hantu ini. Ya?" Predict menjawab pertanyaan Lilac dengan tangan yang mengusap-usap surai panjangnya. Predict juga sempat melirik pada Fatur, Leo dan Dhani yang berdiri di ujung ruangan, bersebelahan dengan jendela besar kamar Lilac.
"Nih, mending sekarang lu minum dulu… Makan terus minum obat ya!" Icha memberikan sebuah perintah yang terasa seperti saran. Kemudian ia berbalik untuk menatap pada Fatur, dan mengadahkan tangannya, meminta nampan yang sebelumnya lelaki itu bawa ke dalam kamar.
Leo yang melihat itu pun segera mendahului Fatur untuk mengambil nampan tersebut dan memberikannya dengan cepat pada Icha. Icha yang menerima nampan tersebut tidak merasa aneh dengan sikap sigap Leo, tetapi kecepatan pergerakan lelaki itu hampir saja membuat air yang ada di gelas itu tumpah, sehingga ia sedikit memelototkan matanya ke arah Leo.
"Sorry!" Ucap Leo berbisik, Icha pun memberikan tatapan tajamnya.
Nada membantu Icha untuk menyuapi Lilac yang duduk di samping kirinya. Saat Lilac melepaskan pelukannya pada Predict, ketiga lelaki itu dapat melihat dengan jelas betapa merahnya muka cantik perempuan itu, dengan mata yang sembab dan bekas air mata yang masih basah di pipinya.
"Kapan kalian kesini?" Suara serak Lilac pun terdengar di telinga ketiganya saat perempuan itu menyadari kehadiran tiga lelaki di dalam kamarnya. Perempuan itu berusaha membenarkan posisi duduknya dan mengaitkan rambut panjangnya ke belakang telinga agar tidak menghalangi wajahnya. Masih ada sisa isakkan yang terdengar dari perempuan itu, dan ketiga lelaki di san hanya mampu terdiam.
"Makan dulu aja ya, Lac!" Dhani menyuruhnya untuk mekan dan meminum obatnya terlebih dahulu, dan tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan mereka semua di sini. Lilac mengangguk dan meminum air yang di sodorkan oleh Icha, dan memakan bubur yang di suapi oleh Nada.
Saat Lilac makan, Leo mempunyai inisiatif untuk duduk di atas karpet yang ada di dalam kamar Lilac seraya menunggu perempuan itu menghabiskan bubur buatan Mamanya, maka Fatur dan Dhani pun hanya bisa mengikuti.
Tidak ada perbincangan yang berarti di dalam kamar yang sekarang pintunya sengaja di buka itu, Lilac masih memakan bubur buatan Mama Leo sedikit demi sediki karena rasa pahit yang ia rasakan di mulutnya. Fatur, Dhani dan Leo saling melemparkan tatapan dan berbincang tanpa arti, membicarakan game dan permainan sepak bola yang ketiganya senangi. Sementara Icha dan Predict terus melihati Lilac yang makan dalam diam.
Akhirnya saat Icha sudah merasa bosan, ia turun dari atas ranjang dan memilih untuk bergabung dengan tiga sahabat lelakinya yang duduk di atas karpet itu. Memiliki kesempatan yang bagus, Leo pun bertanya pada Icha dengan suara yang sangat pelan.
"Ada apa sih, Cha?" Tanyanya yang masih penasaran dengan penyebab menangisnya Lilac. Icha menatap pada Leo dengan berpikir, kemudian ia melirik pada Fatur dan Dhani yang juga terlihat penasaran. Sehingga pada akhirnya Icha mau menjelaskan pada ketiga sahabat lelakinya, mengenai alasan Lilac menangis tersebut.
"Lilac melihat hantu itu tadi malem!" Icha menjawab dengan ucapan yang sangat pelan, agar Lilac tidak mendengarnya. Ketiga lelaki itu cukup terkejut dengan kejadian itu, terutama Leo yang berada di lokasi.
"Kapan? Kok aku gak liat?" Tanya Leo pada Icha, ia penasaran mengapa dirinya tidak melihat penampakkan itu dan hanya Lilac yang melihatnya? Padahal saat Lilac berteriak dan suara ketawa itu terdengar, Leo berusaha mencari wujud hantu itu ke segala sisi.
"Kata Lilac, dia melihat hantu itu sebelum lampunya mati. Memang Lilac sempet ngeliat dulu, Eo?" Icha berbalik bertanya pada Leo, saat dia tidak begitu yakin mengapa hanya Lilac yang melihat hantu itu sedangkan Leo tidak. Leo terdiam dan berpikir, mengingat bagaimana detik-detik kejadian itu terjadi.
"Ah…" Leo mengangguk saat ia mengingat saat sebelum lampu padam dan Lilac berteriak. Saat itu Leo sempat bingung dengan Lilac yang terdiam dan berdiri di samping pohon besar di depan rumahnya itu, saat itu Leo melihat Lilac berbalik dan menatap kea rah pohon tersebut sampai akhirnya lampu padam dan Lilac berteriak histeris.
"Ya… Lilac sempat melihat ke arah pohon sebelum lampu padam." Leo menjawab dan melirik pada Lilac yang masih makan dengan Nada juga Predict di sana.
"Wah… Serem banget!" Dhani yang hanya mendengar kejadian itu pun terlihat ketakutan, padahal dia tidak mengalaminya. Kemudian ia kembali bertanya pada Icha, "Memang hantu apa yang Lilac lihat, Cha? Tuyul?" Tanyanya berbisik. Icha yang mendengar pertanyaan itu pun memberikan sebuah jitakan di kepala Dhani, membuat lelaki itu mengaduh dan mengusap kepalanya yang terasa sakit.
"Mana ada tuyul di atas pohon Dhan!" Tegur Icha pada lelaki itu, sementara Leo dan Fatur hanya tersenyum mendengar ucapan itu.
"Siapa tau Cha! Kita kan gak bisa liat yang gituan? Coba tanya sama Predict, sana! Pasti dia lebih tau." Ujar Dhani yang lumayan kesal karena jitakan tersebut. Icha menggelengkan kepalanya menolak usulan konyol tersebut, kemudian ia kembali ke pertanyaan inti yang sebenarnya Dhani tanyakan.
"Dia melihat cewek rambut panjang, dahi berdarah dan… kuku hitam panjang dengan wajah pucat." Icha menjelaskan dengan berbisik, tetapi ia sendiri merasa ngeri saat menjelaskannya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana jika dirinya yang melihat penampakan hantu itu di atas pohon dan melihat ke arahnya dengan sebuah senyuman lebar.
"Ahh!" Icha menutup matanya dan telinganya kemudian meringkuk ke kedua kakinya sendiri, ketika ia mencoba membayangkan dirinya menjadi Lilac malam itu.
Ketiga lelaki yang ada di hadapannya hanya memandanginya dengan heran dan saling bertatapan. "Cha?" Panggil Fatur pada perempuan yang masih meringkuk di tempatnya itu. Untung saja Lilac, Predict dan Nada tidak melihat ke arah mereka. Jika ketiga perempuan itu mengetahui saat ini Icha sedang meringkuk ketakutan, mungkin permasalahan akan semakin panjang.
Dhani menepuk-nepuk lengan Icha agar perempuan itu segera bangkit ke posisi biasanya, saat Predict menengok ke arah mereka. "Cha, Cha, Cha… Jangan bikin mereka curiga deh!" Dhani berbisik di telinga kanan perempuan itu. Icha pun dengan cepat menegakkan badannya dan berakting seperti biasa, seraya melirik pada Predict di saat yang bersamaan dengan perempuan itu, saat yang sangat tepat bagi ketiga lelaki yang mengetahui situasi itu.
"Kenapa Dict?" Tanya Icha, berpura-pura tidak terjadi sesuatu. Predict pun hanya menggelengkan kepalanya kemudian berdiri dari tempat di mana ia duduk. Ia menghampiri keempat orang yang sedang duduk di atas karpet dan ikut duduk di samping Icha.
"Malem ini, kalian harus hati-hati ya… Aku takut hantu ini adalah hantu yang sama dengan hantu yang mendatangi Nada kemarin." Predict menatap keempat orang yang ada di hadapannya itu dengan serius. Dhani dan Icha terlihat sangat ketakutan ketika mendengar peringtan tersebut, tetapi berbeda dengan Fatur dan Leo yang hanya menghela nafas mereka dengan pelan.