"Dict?" Panggil Leo pada perempuan yang kini terlihat melamun itu. Icha yang ada di sebelah Predict pun menengok Kearah nya karena tidak mendengar jawaban darinya atas panggilan Leo padanya.
Predict masih terdiam sampai-sampai Icha yang berada di sebelahnya mencoba untuk menyadarkan perempuan itu dari lamunanya dengan mengenggol lengan Predict. Barulah Predict tersadar dari lamuannya dan menatap ke pada dua orang yang ada di samping kirinya dengan sebuah alis yang terangkat, kemudian ia bertanya. "Ada apa?" Dengan wajah yang polos seakan ia tak mendengar panggilan Leo sebelumnya.
"Leo tadi manggil lu, kenapa lu diem aja?" Tanya Icha yang berbisik padanya, kemudian Predict menatap pada Leo yang masih melihatinya dengan heran.
"Maaf Eo… Ada apa?" Tanyanya kembali mengulangi pertanyaannya tadi. Leo pun menggelengkan kepalanya dan berdiri dari duduknya untuk berjalan ke dapur, seraya mengatakan pada Predict bahwa dirinya tidak jadi untuk bertanya. Predict pun kembali terdiam dan menundukkan wajahnya, helaan nafas itu dapat terdengar oleh Icha yang memang ada di sampingnya.
"Sebenernya lu kenapa sih, Dict? Gw rasa pas Fatur bilang kita harus bahas hal ini, lu kaya yang nggak mau dan maksa kita buat ga peduli sama masalah ini deh." Icha yang juga merasakan hal yang sama dengan Leo pun berterus terang pada Predict, setidaknya ia hanya ingin mengetahui alasan Predict jika memang ia tidak mau mereka membahas hal ini nantinya.
Predict menggelengkan kepalanya pada Icha dan memberikan sebuah senyuman pada perempuan berpita pink itu. "Nggak kok Cha… Cuma ada beberapa hal yang janggal aja dari hantu ini, jadi aku gak mau kita membahasnya. Tapi karena kalian yang mau, ya udah… Kita lihat nanti ya. Kalau dia datang, kalian boleh cari tahu siapa dia." Jelas Predict, ia tidak membahas soal kegelisahan hatinya mengenai pengelihatan hal buruk yang akan terjadi nanti. Karena ia tidak ingin membuat Icha khawatir lalu menceritakannya pada yang lain yang pada akhirnya membuat sebuah kepanikan. Lagi pula hal buruk yang ia lihat tidak selalu terjadi, sehingga ia tidak perlu terlalu mencemaskan hal tersebut.
"Tapi semua bakalan baik-baik aja kan Dict?" Tanya Icha. Benar kan dugaan Predict? Belum juga ia mengatakan hal yang sebenarnya ia lihat, Sahabatnya itu sudah terlebih dahulu merasa khawatir. Bayangkan saja bagaimana jika Predict mengucapkan semua hal yang membuatnya ragu, pasti kekhawatiran itu membuatnya mengatakan semua itu pada sahabat-sahabatnya yang lain yang nantinya akan mengakibatkan kepanikan di antara mereka. Kepanikan yang seharusnya tidak di perlukan.
"Dict, Cha! Ayo makan!" Kedua perempuan itu mendengar teriakan dari arah dalam, yang memanggil mereka untuk makan bersama. Jelas mereka dapat mengenali suara lembut milik Nada tersebut, karena sesuai dengan namanya, Nada memiliki nada suara yang merdu.
Icha yang mendengar hal tersebut berdiri dari tempatnya dan menatap pada Predict, ia mengulurkan tangannya untuk mengajak perempuan berjaket hitam yang sebenarnya adalah salah satu sahabatnya. "Ayo Dict!" Ajaknya. Predict pun hanya bisa mengangguk dengan sebuah senyuman di wajahnya dan menyambut uluran tangan tersebut. Keduanya pun berjalan kearah ruang tengah rumah Nada dan duduk di kursi yang telah di sediakan untuk mereka. Di sana telah ada Lilac yang duduk dengan tenang di atas meja sementara Leo, Nada dan Dhani yang ini berdiri di dapur.
Icha yang melihat keberadaan Lilac tertukar dengan Leo pun memilih duduk di samping perempuan berambut panjang tergelung itu. "Kok gak masak Lac? Katanya tadi lu mau masak?" Tanya Icha pada Lilac yang sekarang sedang asik memainkan handphone milik Leo itu.
Lilac mendongak untuk menatap pada Icha yang duduk di sampingnya, kemudian kembali memainkan handphone milik lelaki bergelas ketua tim basket itu. "Tadi kan aku lagi masak, eh… Leo dateng ya udah deh, aku kesini aja. Dari pada nanti berantem di dapur, bikin bahaya aja." Jelas Lilac yang tetap menatap layar handphone tersebut.
Icha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian ia mengintip untuk melihat apa yang sedang Lilac lakukan dengan handphone milik Leo. Ia cukup terkejut ketika Lilac dengan berani membuka gallery foto milik lelaki tersebut. "Lu ngapain?" Bisik Icha menegur Lilac yang terlihat asik.
"Sssttt… Aku mau curi beberapa foto jelek dia, terus baakalan aku upload di facebook! Biar tahu rasa!" Lilac menjawab dengan penuh penekanan seakan dirinya telah memendam ribuan dendam pada Leo. Icha yang tidak bisa apapun hanya melirik pada Predict yang menggelengkan kepalanya mengetahui rencana jahat Lilac.
Fatur yang baru saja keluar dari kamar mandi, berjalan menghampiri mereka yang sudah duduk di meja makan. Kemudian ia berjalan kea rah Lilac yang tidak menyadari kehadirannya, tidak seperti Icha dan Predict yang sudah menyadari kedatangan Fatur.
Sret! Lilac terkejut ketika handphone milik Leo yang ada di tangannya tiba-tiba di rebut oleh seseorang. Perempuan itu sontak berdiri dari kursinya dan berbalik untuk memarahi orang yang berani merebut handphone itu dari tangannya. "Apaan si…" Tetapi saat ia melihat Fatur lah orang yang mengambil handphone itu, ia berhenti dan tidak melanjutkan ucapannya. Justru Lilac langsung memasang sebuah senyuman manis untuk lelaki itu, "Eh… Fatur." Panggilnya dengan canggung.
Fatur mengangkat sebelah alisnya ketika menatap Lilac. Sementar Icha dan Predict berusaha menahan tawa mereka sekuat tenanga melihat bagaimana canggung dan kikuknya Lilac di hadapan Fatur. "Apa Lac?" Tanya Fatur pada perempuan cantik itu.
Lilac menggigit ujung bibirnya dan menjawab. "Minta handphone Leo…" Ucapnya pada Fatur seraya menadahkan telapak tangan kanannya.
Seakan terpana dengan kecantikan Lilac yang saat ini kembali menggigit ujung bibir ranumnya itu membuat Fatur terdiam cukup lama di tempatnya. Hal itu tentu mengundang tanya di benak Icha, Predict dan Lilac sendiri. Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Lilac pun segera merebut handphone milik Leo dari tangan Fatur. Tetapi Fatur juga memiliki refleks yang tinggi sehingga ia dengan cepat melangkah mundur ke belakang.
Lilac kehilangan keseimbangan karena tidak tahu bahwa Fatur akan menjauh darinya, ia menabrak kursi yang ia duduki sebelumnya dan terjatuh bersama dengan kursi itu dengan keras ke atas lantai. Membuat Icha dan Predict berteriak. "Aaaa!" Sementara Fatur yang ada di depannya terdiam karena terkejut. Ia memiliki refleks untuk menjauh dari Lilac, namun refleksnya tidak berfungsi untuk menyelamatkan Lilac yang hendak terjatuh.
"Awh…" Lilac mengaduh. Icha dan Predict dengan cepat menghampiri perempuan itu, begitu pun dengan Fatur yang akhirnya sadar dari keterkejutannya. Ia segera membantu Lilac untuk kembali bangkit dari posisi jatuhnya. Leo, dan Dhani yang mendengar teriakan, segera berlari untuk melihat keadaan, sedangkan Nada masih berada di dapur untuk memastikan mie yang mereka masak tidak gosong.
"Ada apa?" Tanya Dhani. Kedua lelaki itu terkejut saat melihat Lilac yang sudah berada di atas lantai dengan posisi yang tidak dapat di deskripsikan.