Chereads / Vicious Circle of Mestonia / Chapter 45 - CH. 45 Esok

Chapter 45 - CH. 45 Esok

Selepas pesta yang ia hadiri bersama Hime, Rita dan Teresa atas undangan Steven, Petra harus bersiap kembali ke Metropol dengan mobil yang sama saat mereka datang ke Lilibel. Ada gurat kecewa terlihat jelas dari sorot mata Rita dan Teresa karena harus berpisah dengan Steven sang kakak kelas tiga yang penuh canda gurau ketika di acara pesta.

Hime lebih banyak diam saat mobil yang membaca mereka memasuki perbatasan menuju kota Haraikan yang sudah lenggang dan sedikit gelap. Hime bahkan tidak begitu antusias meladeni ocehan Rita dan Teresa yang sepertinya tidak mengenal rasa lelah sejak pagi.

Petra sendiri memilih memejamkan kedua mata untuk mengistirahatkannya selama perjalanan pulang. Sudah banyak pekerjaan yang menanti untuknya, apalagi dengan tangan kirinya yang belum sembuh benar.

"Apa kamu sudah tidur Petra?" bisik Hime yang duduk disamping Petra.

"Hemm, ada apa?" jawab Petra tanpa membuka mata.

Petra sadar kalau Hime bukanlah gadis yang akan mengganggu temannya yang sedang mencoba istirahat jika bukan karena sesuatu yang mendesak atau benar-benar penting. Jadi, walau pun Petra tidak membuka matanya untuk menanggapi apa yang ingin Hime katakan setidaknya masih ada dua telinga yang masih tajam menangkap suara.

"Menurutmu bagaimana dengan Steven, apa dia orang baik?" bisik Hime yang suaranya semakin lirih dari sebelumnya.

Sejenak Petra berpikir sebelum menjawab pertanyaan Hime yang terdengar aneh. Bahkan Hime yang satu kelas dengan Petra juga tempat duduk mereka bersebelahan. Dan setiap kali Steven datang ke kelas untuk menggoda Petra atau sekedar berbasa basi tidak jelas karena tidak ia tanggapi dengan serius, Hime ada disana. Hime pun ada dan duduk disebelah Petra menyaksikan tingkah laku Steven yang menurutnya konyol dan tidak penting sama sekali.

Namun, untuk menghormati perasaan Hima yang mungkin akan terkejut jika Petra berkata jujur apa adanya tentang pendapatnya soal Steven serta belum lagi nanti akan muncul pertanyaan yang menyangkut Ken dan sebagainya. Petra tidak mungkin bisa membayangkan ada orang lain mengetahui rahasia yang sebisa mungkin ia simpan rapat-rapat.

"Steven orang yang baik. Aku kenal dia di organisasi intra sekolah sebagai wakil ketua. Selebihnya seperti yang kamu lihat tadi di acara pesta." jawab Petra mencoba objektif.

"Iya benar. Menurutku begitu. Hanya saja bagiku aneh, kenapa ada laki-laki cerewet seperti dirinya. Bukan begitu, Petra?" desah Hime seolah fakta tersebut menyakiti keyakinannya.

Mendengar pengakuan Hime tentang betapa Steven banyak bicara dimana pun dia berada membuat Petra tertawa tertahan dan membuka kedua mata hanya demi melihat ekspresi wajah Hime saat mengatakan hal tersebut.

"Jadi itu masalahmu? Jangan dipikirkan kalau itu hanya akan membuatmu kehilangan logika. Menurut Steven, salah satu cara untuk menjadi ahli Sejarah Dunia baru adalah dengan banyak berbicara. Jadi itulah masalah yang dia hadapi." terang Petra setelah bisa menahan diri dan berhenti tertawa.

"Bukannya itu tidak ada hubungannya sama sekali?" decit Hime tertahan.

Petra bisa merasakan kontroversi dalam ucapan Hime antara percaya dan tidak percayan dengan apa yang sudah dia lihat serta dia dengar sendiri.

"Lalu...bagaimana sebaiknya sikap seorang lelaki itu? Apa semuanya harus seperti Lyon?" ujar Petra berseloroh yang detik berikutnya ia sesali karena mengucapkan nama Lyon dengan mulutnya sendiri langsung membuatnya kesal tanpa alasan.

Bahkan dalam ketidakhadiran seorang Lyon disekitar Petra sangat mampu membuat suasana hati gadis berubah. Meskipun demikian Petra berusaha menutupi rasa tidak sukanya kepada Lyon didepan orang lain. Apalagi kepada mereka yang mengetahui hubungan dirinya dengan Lyon adalah sepasang kekasih, walau hanya status palsu.

"Tidak juga. Bukan itu maksudku Petra. Hanya...jika semua lelaki seperti Lyon maka dapat dipastikan Mestonia akan langsung berubah menjadi Antartika kedua." kata Hime sedikit terkekeh.

Mendengar apa yang baru saja Hime katakan tentang Lyon membuat Petra ikut tertawa tertahan. Petra tidak ingin memancing perhatian dari dua gadis yang duduk dibelakang mereka, Rita dan Teresa.

...

Mobil melaju dengan kecepatan stabil, dengan cepat membawa mereka melewati kota Haraikan hanya dalam waktu singkat dan tidak terasa sampai di depan monumen selamat datang kota Metropol. Keempat gadis itu tengah tidur ketika supir membangunkan mereka didepan rumah Rita dan Teresan yang berdekatan.

"Sampai jumpa disekolah." ucap Rita dan Teresa bersamaan dengan nada setengah mengantuk.

Rita dan Teresa melambaikan tangan mereka hingga mobil yang mengantarnya menghilang ditikungan tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Pada sepuluh menit berikutnya mobil berhenti menurunkan Petra di depan pintu masuk rumah Lisa. Kemudian meninggalkan Petra setelah memastikan tidak ada barang bawaannya yang tertinggal didalam mobil.

"Terima kasih banyak untuk tumpangannya dan liburannya, Hime." kata Petra dengan tulus.

Petra melambaikan tangan kepada Hime yang matanya setengah terpejam. Memastikan mobil itu sudah menghilang dalam gelapnya malam sebelum memasuki halaman rumah Lisa yang sepi. Petra yakin kalau Lisa dan Lyon belum sampai di rumah dan mungkin akan memilih menghabiskan sisa malam tidur di resort dari pada menempuh perjalanan pulang dengan menahan kantuk di dalam mobil.

Ada pelayan yang langsung membuka pintu sebelum Petra sempat menekan tombol bel yang ada di samping daun jendela sekitar satu meter jaraknya dari pintu depan. Kemudian pelayan tersebut dengan sopan meminta barang bawaan Petra untuk ia bawa ke kamar Petra demi memenuhi perintah Lisa yang sudah berulang kali mengatakan didepan Petra untuk selalu membantu Petra karena tangannya belum pulih benar.

Setelah mengucapkan terima kasih dengan sopan kepada pelayan tersebut dan disambut dengan sulas senyum bahagia diwajahnya yang terlihat jelas sudah mengantuk, Petra pun merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.

"Akhirnya kembali ke rumah ini lagi." desah Petra seakan tidak percaya dengan apa yang sedang ia alami.

Pandangan Petra menerawang jauh melewati jendela dengan kaca yang masih terbuka tirainya. Memandang jauh ke depan. Pada langit yang tidak berbintang jika dilihat dari tempat Petra. Menembus hingga ke entah berantah. Anehnya Petra jadi tidak bisa tidur lagi.

Oleh karena itu Petra beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Mencuci muka, menggosok gigi hingga tiga kali lalu membersihkan diri dan berganti pakaian dengan baju tidur. Ada gaun semalam yang tergantung di kaptok kamar mandi setelah Petra berganti baju.

Gaun model kekinian dengan rok selutu itu membuat Petra merinding. Bagaimana tidak, entah disengaja atau tidak Steven yang membawakan mereka gaun-gaun dengan warna yang sudah ditentukan kepada siapa yang berhak memakainya. Dan Petra mendapat gaun dengan warna itu, hitam manggis. Warna yang sama dengan warna setelan jas yang Lyon kenakan malam tadi.

Petra hanya bisa membatin kalau Steven hapal betul dengan warna kesukaan Lyon kemudian tanpa merasa bersalah sedikit pun memaksakan dirinya untuk mengenakan gaun tersebut. Bukan salah gaun yang indah itu. Hanya saja, Petra tidak yakin bagaimana harus bersikap saat bertemu dengan Lyon esok hari di sekolah.

-tbc-