Sidco menghembuskan napas perlahan lalu menatap Petra lekat seakan enggan mengatakan yang ingin Petra ketahui tersebut. Layaknya sebuah rahasia yang enggan untuk ia bagi kepada orang lain, terlebih kepada Petra yang baru ia temui hari ini.
Namun, mengesampingkan perasaan pribadinya sendiri, Sidco tidak mungkin tega untuk sekedar berbohong saat mendapati keadaan Petra antara hidup dan mati terjebak seorang diri didalam kontainer penuh sesak dengan barang-barang kiriman salah satu pabrik dari Dustena yang jaraknya jauh berkilo-kilo meter dari pelabuhan tempat ia bekerja.
Sebelum menjawab pertanyaan Petra, Sidco memalingkan wajahnya kearah lain seakan sedang memikirkan sesuatu. Otaknya bekerja keras untuk merangkai kata-kata apa saja yang harus ia katakan supaya gadis didepannya, dengan berlumuran darah yang telah mengering dibagian belakang kepala, supaya Petra bisa paham apa yang akan Sidco katakan kepadanya.
"KIN. Dia adalah kawan kama. Atau lebih tepat disebut sebagai pelindung." Kata Sidco lirih, seolah tidak rela membagi rahasia.
"Apa seperti sesuatu yang dinamakan makhluk supranatural?" tebak Petra mencoba menerka arah pembicaraa mereka dan tentang sesuatu yang terus muncul dalam benak Petra.
"Iya, semacam itu. Apa nona tahu tentang legenda penguasa elemen?" lanjut Sidco masih tidak mau menatap Petra. Walau sejenak Sidco sedikit terkejut ketika Petra menyebut KIN sebagai mahkluk supranatural.
Apa yang dikatakan Petra barusan tidak sepenuhnya salah. Lebih mudah untuk orang awam untuk memahami dengan istilah tersebuh. Begitu juga dengan Sidco dulu, ketika pertama kali bertemu KIN.
"Sedikit. Temanku pernah bercerita tentang hal itu sebagai dongeng pengantar tidur." jawab Petra sedikit merasa bingung. Apa hubungannya?
"Benar. Akan lebih baik ketika orang-orang hanya menganggapnya sebagai dongeng pengantar tidur." kata Sidco membenarkan ucapan Petra.
Namun, setelah mengatakan hal tersebut ekspresi wajah Sidco berubah muram. Ekspresi kesedihan yang tidak bisa ia sembunyikan tentang sesuatu yang hanya dirinya ketahui. Dan mungkin oleh KIN.
"Lalu?" ucap Petra berusaha memancing Sidco untuk mau menceritakan sesuatu kepadanya. Apapun itu.
Keheningan di sore hari di sebuah gudang pelabuhan Yamelai terasa lebih mencekam dari pada diamnya Sidco dengan wajah murungnya. Petra merasa gelisah menunggu Sidco kembali berbicara.
"KIN memintaku untuk jujur padamu nona, kalau sebenarnya saya adalah pengendali elemen air tingkat lima. Itu bukan sesuatu yang membanggakan karena saya belum bisa dikatakan sebagai penguasa elemen air, yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang sudah mencapai tingkat kesembilan." tutur Sidco.
"Maksud Anda bisa memerintahkan air untuk melakukan apapun sesuai keinginan?" pekik Petra tertahan.
Petra tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar dari pengakuan Sidco. Lalu tubuhnya bergetar ketika melihat Sidco mengangguk mengiyakan pertanyaan Petra sebagai jawaban. Sesuatu dari dunia dongeng tiba-tiba ada dihadapannya. Petra sangat ingin mempercayai ucapan Petra namun akal logikanya dalam kepala enggan menerima.
...
Sidco dapat melihat dari tatapan mata Petra akan ketidakpercayaan yang terpancar cukup jelas maka dari itu ia berinisiatif menggunakan sedikit kekuatan yang ia miliki untuk menunjukkan pada gadis itu secara langsung.
Untung saja keadaan di pelabuhan terbilang sepi dari tadi siang saat tiga kapal berjejer menunggu muatan yang akan mereka bawa ke benua Asia penuh oleh barang-barang. Tanpa lama, Sidco memejamkan mata untuk berkonsentrasi memanggil air dari laut dengan energi spiritual.
Perlahan tapi pasti, tanpa menimbulkan suara gemericik seperti layaknya air yang mengalir, sebuah gelombang air selebar satu meter melayang diudara begitu saja menuju kearah mereka. Tidak ada suara dari gelombang air tersebut. Hanya melayang, meliu-liuk seolah sendang melakukan sebuah tarian.
Petra membelalakan mata tanpa berkedip melihat pemandangan luar biasa didepan kedua matanya. Tidak ada teori dari pelajaran disekolah manapun yang bisa menjelaskan fenomena langka tersebut.
Dengan ragu Petra melangkah kedepan mendekati tarian gelombang air laut, menjulurkan tangan kanannya yang bebas untuk menggapainya. Jelas Petra bisa merasakan ada aliran air yang sangat halus seperti belaian menyentuh pori-pori tangan. Seolah gelombang air itu mengerti apa yang Petra inginkan, kumpulan air tersebut membentuk dua tangan manusia lalu memijit pelan telapak tangan Petra yang berada di dalam gelombang air tersebut.
"Ini luar biasa." respon Petra, memekik lirih.
Detik berikutnya Petra melayangkan pandangan kepada Sidco yang menatap dirinya dengan senyum penuh makna, seolah sedang berkata kepada Petra 'lihat dan rasakan mereka'. Kemudian Petra mengangguk seakan mengerti makna tatapan Sidco padanya.
"Walau pun saya memiliki kekuatan air, tidak banyak berguna dimasa sekarang. Lagipula akan sangat berbahaya jika banyak orang yang tahu tentang hal ini. Kemungkinan dikucilkan lebih besar. Jadi saya harap nona bisa menjaga rahasia ini." kata Sidco lembut.
"Tentu saja. Dengan segenap jiwa raga." aku Petra mantap.
Tidak mungkin bagi Petra untuk menolak permintaan orang yang telah menolongnya dari kematian. Lagi pula tidak ada alasan bagi Petra untuk bercerita kepada siapa pun tentang pertemuannya dengan pengendali elemen air bernama Sidco tersebut. Siapa saja yang mendengar pasti akan menganggap Petra tidak waras.
"Kalau begitu ikuti saya. Kita akan segera bertemu dengan KIN. Dia yang meminta saya untuk mengantar nona segera. Golongan kami dapat berbicara cukup hanya dalam pikiran tanpa harus bertemu langsung atau dengan alat khusus tertentu. Dan, karena KIN merupakan pelindung kami para pengedali air maka permintaan yang dia ucapkan adalah perintah mutlak." terang Sidco melangkah pergi perlahan meninggalkan gudang berisi ratusan kontainer barang.
Petra pun mengikuti langkah Sidco dibelakang. Dalam hati ia bertanya-tanya seperti apa sosok KIN itu. Apa seperti KEN yang pernah ia lihat atau memiliki bentuk lain? Dan Petra tidak memiliki petunjuk untuk menjawab pertanyaannya sendiri.
Gudang penyimpanan kontainer yang baru saja Petra itu sudah berada jauh dibelakang, sekitar lima puluh meter. Sidco masih terus berjalan lurus melewati deretan kontainer barang yang ada diluar gudang. Mereka masih berjalan dan tidak berhenti sebelum mencapai tepi pelabuhan.
Senja di pelabuhan Damei kota Yamelai begitu indah.
Matahari disebelah barat berada diatas garis lurus antara lautan dengan langit yang ikut berubah warna menjadi kuning keemasan karena pancaran cahaya dari sang matahari. Angin bergembus cukup kencang hingga membuat rambut Petra yang tidak diikat berterbangan.
Sidco berhenti tepat diujung pelabuhan, menghadap ke laut dimana ada matahari sebagai latar belakang yang sinarnya menyilaukan mata. Petra harus menggunakan tangan kanannya untuk menutupi dahi supaya bisa melihat Sidco dengan jelas.
Kemudian pandangan Petra teralihkan kepada sosok yang ada dihadapan Sidco berdiri. Sosok itu mengambang diatas air laut yang beriak karena terpaan angin dari tengah laut.
Sosok itu, dengan wajah seperti itu, Petra harus berkedip beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang ia lihat dan bukan mimpi atau halusinasi akibat kepalanya yang cedera. Kemudian, sosok itu tersenyum kepada Petra. Seulas senyum yang sama, senyum yang pernah menghiasi masa kecil Petra begitu indah. Sosok yang serupa dengan Ken namun dalam wujud seorang wanita.
-tbc-