Chereads / Vicious Circle of Mestonia / Chapter 38 - Ch. 38 Optimisme

Chapter 38 - Ch. 38 Optimisme

Akhirnya pagi yang ditunggu tiba. Matahari malu-malu menampakkan diri dari balik ujung lautan biru, pemandangan itu terlihat cukup jelas dari jendela kamar Petra menginap. Tiga jam berlalu sejak Petra menyibukkan diri untuk mengusir rasa gelisah akibat mimpi buruk yang ia alami tadi malam.

Liburan Petra masih tersisa satu hari untuk ia habiskan bersama teman-temannya di Lilibel. Petra harus bisa mengesampingkan mimpi buruk tadi malam dan bersenang-senang bersama Hime, Rita dan Teresa di kota indah yang pertama kali Petra kunjungi. Menghabiskan waktu di pantai pasir putih sebelum mereka kembali ke Metropol dan kembali belajar di sekolah SMA Metropol. Memikirkan hal itu membuat semangat Petra kembali datang. Dia tidak mau dipusingkan oleh mimpi buruk semacam itu lagi. Dan, karena itu ia harus menciptakan kenangan-kenangan yang membahagiakan bersama temannya dari pada waktu yang Petra habiskan bersama Lyon yang lebih mirip seperti di neraka.

Berbicara tentang Lyon yang saat ini sudah berada di ruang ganti, memakai seragam resmi pemain golf keluarga Levi. Satu jam lagi pertandingannya akan dimulai. Lyon dengan enggan melangkahkan kaki panjangnya keluar ke tempat berkumpul para pemain golf untuk selanjutnya diantar memakai mobil khusus menuju lapangan golf khusus lomba hari ini.

Lyon yang sama sekali tidak merasa ada semangat untuk mengikuti lomba jadi semakin tidak bersemangat saat mendapati ada Steven, pemuda super cerewet kakak kelas Petra duduk disebelahnya.

"Hei, lama tidak berjumpa. Apa kabarmu hari ini? Siap kalah dariku?" sapa Steven, menyunggingkan senyum ramah khasnya kepada Lyon yang langsung memalingkan muka kearah jendela.

"Dari sekian banyak peserta lomba, kenapa harus dirimu?" keluh Lyon tanpa melihat kearah Steven.

"Benar sekali. Bagaimana mungkin? Tetapi aku harus berterima kasih kepada sang waktu yang pada akhirnya mempertemukan kita berdua diwaktu dan tempat yang tepat. Apa kamu tidak penasaran?" jawab Steven, berbicara masih dengan menyunggingkan senyum khas.

"Entahlah. Aku tidak peduli. Lagipula dirimu itu bagiku terlalu berisik untuk ukuran seorang lelaki. Atau mungkin semua calon ahli sejarah seperti dirimu? Aku rasa mustahil." komentar Lyon sinis. Mengacuhkan pandangan mata Steven dan terus menatap kearah jendela.

"Apa aku seburuk itu dimanamu, Lyon? Sebenarnya aku bermaksud mengucapkan terima kasih kepada ayahmu yang selama ini sudah mendukung penelitian universitas ayahku." kata Steven mencoba memelankan suara hingga membuatnya terdengar lebih seperti sebuah bisikan.

"Kamu salah tempat jika itu tujuanmu. Aku sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan sikap dermawan dia." sanggah Lyon tidak terima ketika dirinya dihubung-hubungkan dengan ayahnya, orang tua yang tidak ia sukai.

"Sungguh? Padahal sebagai ucapan terima kasih aku ingin memberimu sesuatu." desah Steven dengan nada terdengar kecewa yang dibuat-buat.

"Begitu rupanya. Jika aku larang pun dirimu akan tetap melakukannya kan? Jadi apa itu..." potong Lyon tidak sabar.

Sebisa mungkin Lyon ingin segera menyudahi pembicaraan yang tidak berguna antara dia dan Steven. Pemuda itu, senior Petra dari kelas Sosial seperti mempunya kelainan yang sulit didefinisikan. Kesenangan Steven adalah mengganggu Lyon. Itu terjadi sudah bertahun-tahun yang lalu bahkan saat mereka pertama kali bertemu diacara penggalangan dana di universitas ayah Steven di Haraikan.

"Lyon, apa kamu tahu tentang pengendali elemen?" tanya Steven begitu serius.

"Dongeng tidur untuk anak kecil? Pengasuhku selalu menceritakan kisah itu ketika kami hendak pergi tidur, dulu." desah Lyon menahan kesal.

Apa rencana licik yang akan Steven lakukan kepada dirinya kali ini? Lyon sampai harus menggaruk pelipis kirinya yang tidak gatal.

"Kamu yakin itu hanya sebuah dongeng anak kecil?" desak Steven tidak puas akan jawaban Lyon yang begitu saja.

"Tentu. Dongeng murahan yang membuat anak kecil berangan-angan untuk bisa menjadi pendekar. Sungguh praktik pencucian otak yang paling mengerikan." ujar Lyon.

Lyon, seolah sedang mengenang masa kecilnya dulu yang dia dan Lisa habiskan hanya untuk menunggu kelanjutan cerita tentang legenda pengendali elemen. Sungguh Lyon merasa konyol terhadap dirinya sendiri saat masih kecil.

"Jika itu pemikiranmu terhadap legenda tersebut bukankah tidak jauh berbeda dengan dirimu yang sekarang? Membuat game online sebagai pelarian atas ketidakpuasan yang kamu rasakan?" sergah Steven dengan nada penuh penekanan yang didramatisir.

"Menurutmu begitu?" kata Lyon balik bertanya.

Tidak pernah sekali pun Lyon akan menduga bahwa Steven berani mengatakan hal tersebut kepadanya secara langsung. Itu tidaklah benar. Setidaknya tidak sampai 100% benar, hanya sedikit dari yang Steven katakan saja. Memang Lyon ingin sekali melarikan diri dari tanggung jawab yang membebaninya sejak masih kecil. Namun, apa yang Lyon kerjakan sekarang bukanlah sebuah omong kosong tanda realita. Dan, Lyon membenci dengan perumpamaan yang Steven gunakan.

"Apa kamu ingin menghinaku?" selidik Lyon sinis.

"Tentu saja tidak. Maafkan aku jika sudah menyinggung perasaanmu. Maksudku adalah...bagaimana jika pengendali elemen itu benar-benar ada dan kemungkinan mereka ada disekitar kita saat ini. Apa kamu tidak merasa penasaran?" kata Steven memancing Lyon yang berhasil mengalihkan pandangan matanya dari jendela lalu menatap Steven dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Mungkin. Tapi, bukankah ada pelindung yang mengunci kekuatan mereka selamanya." ucap Lyon datar.

Sejenak, dalam hitungan detik Lyon menatap tajam kearah Steven hingga menimbulkan kesunyian antara keduanya. Kemudian Lyon kembali memalingkan wajah kearah jendela seolah jengah meladeni Steven yang cerewet keterlaluan.

"Kamu percaya kalau hal itu akan menjadi selamanya? Bagaimana jika pelindung gagal mengunci kekuatan mereka untuk selamanya? Atau tiba-tiba sebuah kecelakaan paradoks terjadi atau sesuatu yang tidak seharusnya datang entah dari mana lalu memicu muncul kembalinya kekuatan mereka yang tersegel? Apa yang akan kamu lakukan, Lyon? Bukankah itu sama saja memelihara bom waktu?" desis Steven, mendekat di telinga Lyon saat mengatakan hal tersebut.

Merasa geli dan tidak nyaman Lyon mendorong Steven hingga menjauh dengan tatapan jijik tergambar jelas dimata pemuda yang biasanya bersikap dingin dan tidak peduli. Namun, mendengar ucapan Steven tersebut membuat Lyon ikut terpancing. Sejenak Lyon berpikir untuk menganalisa kemungkinan Steven berbohong padanya atau sedang ingin memancing perkelahian sebelum turnamen golf dimulai beberapa menit lagi.

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Kita bahkan tidak tahu siapa saja para pengendali elemen yang identitasnya sangat dirahasiakan oleh Negara Kedaulatan Mestonia!" balas Lyon ikut mendesis. Menatap tajam kepada Steven yang tersenyum sinis.

"Sungguh kamu yakin tidak tahu salah satu dari mereka? Bisa jadi dia ada di sekolah SMA Metropol kita yang tercinta." gelak Steven yang tiba-tiba tertawa nyaring.

Steven meninggalkan Lyon yang masih duduk didalam mobil dengan sejuta pertanyaan yang kini mengisi kepala. Harus diakui, kali ini dan untuk kesekian kalinya Steven berhasil mempermaikan dirinya lagi. Akan tetapi, bukan tidak mungkin kemungkinan yang Steven ungkapkan adalah fakta.

-tbc-