Pada akhirnya turnamen golf berakhir, mengantarkan Steven sebagai juara pertama sedangkan Lyon hanya masuk dalam sepuluh besar pada putaran pertama. Steven harus menahan senyum sepanjang sisa harinya dan itu hanya semakin membuat Lyon kesal serta muak harus bersama pemuda yang merupakan anak bungsu dari keluarga Hartson, salah satu teman baik ayah Lyon.
Satu lagi hari yang melelahkan telah Lyon lewati, dan berendam di bak mandi pribadi yang ada di resort keluarga adalah pilihan terbaik. Karena, malam hari yang tinggal beberapa jam lagi akan ada pesta penyerahan mendali kepada para pemenang lomba untuk semua kejuaraan dan kategori. Sungguh tradisi orang kaya yang menurut Lyon aneh serta membuang-buang waktu. Setidaknya waktu Lyon yang berharga harus terbuang percuma sebagai duta keluarga Levi, dimana dirinya terjebak di kota Lilibel bersama seorang nenek sihir bernama Lisa, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan kakak perempuan satu-satunya.
"Hei, Lyon. Bisa bicara sebentar." panggil Steven setelah tidak banyak orang disekeliling mereka.
Steven lalu berjalan lebih dekat kepada Lyon. Tentu disambut dengan raut wajah cemberut Lyon saat Steven tersenyum kelewat cera kepadanya. Hanya satu makna yang Lyon bisa simpulkan dari tingkah laku Steven yang tidak biasa seperti itu, ada udang dibalik batu.
"Bukankah kamu sedang bicara saat ini. Jadi kenapa harus minta ijin? Lagi pula...sekalipun aku menolak dirimu tetap memaksa kan?" jawab Lyon kecus.
Lyon merilik Steven yang membuat senyum pemuda dua tahun lebih tua darinya perlahan memudar. Namun tidak serta membuat wajah cerah Steven ikut muram, hanya ada guratan sedikit kecewa disana. Tidak lama kemudian Steven kembali tersenyum seperti semula, seolah tatapan tajam dari Lyon tadi hanya sebatas iklan lewat yang tidak harus dia tanggapi dengan serius.
Steven tahu betul jika pada dasarnya Lyon memang seperti itu, akan menunjukkan sikap tidak ramah hanya kepada orang yang sudah ia kenal. Steven harus berbangga karena dirinya bisa dikatakan sebagai orang sudah dikenal Lyon sejak lama walau bukan dalam artian yang baik. Lebih seperti musuh. Itulah yang Steven rasakan mereka beradu pandang.
"Benar. Tetapi ini sungguh serius. Aku ingin meminta ijin kepadamu untuk membawa Petra ke pesta nanti malam. Aku ingin dia datang sebagai pasangan pesta dansa kali ini. Kasihan sekali Petra, adik kelasku yang cantik itu tidak pernah sekali pun diberi kesempatan menghadiri pesta meriah seperti yang akan digelar malam. Boleh kan?" bisik Steven, mendekatkan kepala ke telinga Lyon. Berlagak seolah mereka kawan dekat.
"Kenapa harus minta ijin?" tanya Lyon setengah bingung. Sungguh Lyon sama sekali tidak mengerti jalan pikiran calon ahli sejarah yang cerewet itu.
"Hei bung. Kamu lupa kalau Petra itu pacarmu? Setidaknya saat kalian di sekolah. Kenapa aku minta ijin kepadamu karena aku tidak mau dituduh sebagai perebut pacar orang lain. Terlebih lagi jika hal itu terdengar sampai ke telinga orang tua kita. Apa kamu tidak apa-apa?" jelas Steven masih berbisik seperti sebelumnya. Menyunggingkan seulas senyum licik.
Mendengar penjelasan panjang lebar dari Steven tadi Lyon menjadi paham. Ternyata Steven memiliki kepekaan tentang status palsu dirinya dengan Petra. Sesuatu hal yang tidak pernah terlintas dalam benak Lyon sebelumnya. Mempunyai pacar merepotkan juga, apalagi dengan status palsu. Double merepotkan, batin Lyon.
Lyon mendesah perlahan. Mencoba berpikir jernih tanpa menunjukkan sikap kasarnya dengan mencolok. Mereka masih berada di tempat umum. Dan menjaga nama baik kedua keluarga adalah prioritas utama. Setidaknya itulah yang terbaik bagi mereka berdua.
"Jujur saja, kalau aku sama sekali tidak keberatan. Tetapi, bagaimana dengan Petra? Apa kamu pikir dia akan mau menerima ajakanmu itu? Aku tidak yakin dia akan tergoda oleh rubah licik seperti dirimu." ujar Lyon menatap kedalam mata Steven dengan penuh tanda tanya dan rasa benci yang tidak dia tutupi.
Sekalipun Steven adalah kakak kelasnya, harus Lyon akui kalau apa yang baru saja Steven katakan terlalu lancang. Apa tidak ada kandidat perempuan lain yang bisa dia ajak untuk datang ke pesta konyol tersebut? Kenapa harus selalu Petra, Petra dan Petra?
"Jangan khawatir soal Petra. Aku akan memperlakukan dia seperti adikku sendiri. Aku tidak akan mungkin berbuat yang tidak-tidak kepada pacarmu yang sangat manis itu. Asal kamu tahu saja Lyon, aku tidak sepopuler dirimu yang bisa dengan mudah mengajak gadis yang aku inginkan di sekolah untuk mau datang ke pesta semacam itu sebagai pasangan dansaku. Petra adalah gadis yang baik hati dan tidak sombong. Pasti dia tidak akan berpikir macam-macam dan akan tetap menjaga sikapnya sebagai Petra yang biasanya. Hal itu akan berbeda jika kamu yang mengajaknya bukan? Belum lagi kemungkinan akan adanya desas desus dari orang-orang tentang Petra. Apa kamu sanggup menghadapi konsekuensinya?" kata Steven pelan namun dengan suara yang cukup jelas terdengar di telinga Lyon hingga meresap ke hati sanubari. Sesuatu yang terdengar seperti sebuah ancaman. Namun ada berapa hal yang membuat Lyon tersadar, sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.
Lebih dari siapa pun, Lyon sadar akan konsekuensi jika dia membawa Petra ke acara resmi dan memperkenalkan ke khalayak ramai sebagai kekasih. Walau pun pada kenyataanya, Lyon sudah membawa Petra ke rumah orang tuanya di Seriz dan mengenalkan gadis itu sebagi calon istri di masa depan. Tetap saja itu berbeda karena hingga detik ini ayah dan ibu Lyon tetap bungkam seakan merestui hubungan dirinya dengan Petra namun tidak mengumumkan ke orang lain. Seperti sesuatu yang harus dirahasiakan dan Lyon setidaknya memahami hal itu. Belum saatnya Lyon melibatkan Petra lebih dalam.
Fakta itu semua membuat Lyon semakin frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa serta bagaimana dia harus bersikap.
Hingga waktu berlalu terlalu cepat. Bagi Lyon, berendam di bak mandi selama tiga puluh menit rasanya belum cukup untuk menjernihkan kepala dan melemaskan otot-otonya yang kaku karena turnamen tadi pagi. Belum lagi ditambah dengan ocehan Lisa ketika dirinya bertanya kepada kakak perempuannya itu tentang apa yang Steven katakan. Diluar dugaan reaksi Lisa terlihat biasa saja serta terkesan tidak peduli.
"Kenapa tidak? Toh itu hanya acara pesta biasa dan tidak akan ada yang menaruh perhatian besar karena dia hanyalah seorang Steven. Lagi pula dia dengan sopan sudah meminta ijin kepadamu kan? Jadi dimana letak masalahnya? Atau kamu ingin datang bersama Petra sebagai pasanganmu sendiri?" oceh Lisa setelah Lyon mencoba mendesak wanita itu untuk memberikan tanggapan untuk rasa gundah yang tidak bisa hilang dari pikiran Lyon.
"Tidak. Bukan itu maksudku, Lisa. Hanya saja...aku merasa ada yang salah disini tapi aku tidak tahu dimana letaknya." sanggah Lyon dengan melayangkan pandang ke luar jendela kamar Lisa.
"Jadi kamu cemburu?"
-tbc-