Mereka berpisah disamping mobil hitam keluarga Levi.
Petra berjalan mengikuti ketiga temannya menuju penginapan keluarga Hime sedangkan Lyon menggedong Chia yang tertidur lalu memasukkan keponakan kesayangan menidurkan gadis kecilnya di jok belakang. Pada detik berikutnya Lisa muncul, berlari kepayahan dengan rambut basah seperti baru selesai mandi keramas.
Lisa berhenti disamping pintu mobil yang masih terbuka dimana ada Chia tidur didalam. Wanita itu berdiri dengan berkacak pinggang sembari mengatur napas supaya kembali normal. Lisa memandang sekeliling parkiran yang masih terlihat ramai walau pertandingan sudah berakhir satu jam lalu. Malam telah turun, menyelimuti arena pacuan kuda dan lampu-lampu jalan mulai menyala menerangi.
"Terima kasih Lyn. Beruntung aku bisa melarikan diri. Kalau tidak, mungkin aku sekarang masih terjebak dengan pembicaraan sampah mereka. Dasar wanita, tidak usia tua atau muda sama saja suka sekali menggosip dan rasa penasaran yang tidak pada tempatnya. Aku bisa mati berdiri kalau harus meladeni semua kicauan kerumunan burung gagak disana." keluh Lisa yang sudah duduk disamping Chia.
"Aku bukan tempatmu berkeluh kesah, ingat itu. Dan perumpamanmu tentang burung gagak lumayan juga. Tetapi...kalau dipikir lagi bukankah kamu juga wanita, Lisa?" gerutu Lyon yang duduk dijok depan disamping supir dengan nada dingin yang biasa dia lakukan.
Mencibir ucapan kakaknya sendiri tanpa berpikir seperti itu bukan satu atau dua kali Lyon lakukan. Hampir sepanjang usia mereka bisa beradu debat dan setiap ada kesempatan pasti akan dia lakukan. Lebih tepat akan meraka lakukan dimana pun. Terutama didalam mobil seperti ini. Dan ucapan Lyon barusan hanyalah permulaan. Babak selanjutnya akan segera dimulai.
Sementara sang supir hanya bisa mengantupkan mulut rapat-rapat berusaha menahan tawa. Sejak dulu, kedua kakak beradik ini tidak pernah benar dalam berkata-kata. Namun sang supir paham kalau sebenarnya mereka saling menyayangi lebih dari pada apapun di dunia ini. Hanya cara mereka saja yang kurang tepat dalam menyampaikan perasaan mereka. Masalahnya dalam lingkaran keluarga Levi tidak ada pedoman atau tata cara untuk menyampaikan pendapat maupun isi hati kepada anggota keluarga lainnya.
"Jadi maksudmu aku harus bicara dengan Petra alih-alih dengan adik kandungku sendiri?" elak Lisa tidak terima. Menyibak rambut basahnya ke belakang dengan tangan kiri secara kasar.
"Itu lebih baik. Kalau dia mau saja meladeni ocehan nenek sihir seperti dirimu." ucap Lyon tidak mau kalah dalam perdebatan yang entah berantah.
"Tidak masalah jika aku dekat dengan Petra, begitu? Nanti kamu tidak akan cemburu kan? Lagi pula nenek sihir ini masih bisa membantu mengurus mainanmu yang bernama CoMet dan lain hal yang kamu tidak bisa lakukan." ledek Lisa mengeryitkan salah satu alis.
"Cemburu? Jangan bercanda. Mana mungkin aku akan cemburu dengan nenek sihir macam dirimu. Ucapanmu barusan hanya membuatku sakit perut. Oh iya, tadi Petra membeli makanan apa sih, kenapa aku jadi sakit perut betulan." cebik Lyon, tanpa sadar kedua tangannya reflek memegang perut. Seperti ada yang terasa panas pada salah satu bagian.
Mendengar keluhan Lyon tentang sakit perut, supir segera menyalakan mobil dan meninggalkan area parkir. Sang supir tidak mau disalahkan jika tuan muda Lyon terserang sakit perut karena dirinya yang lalai dalam menyetir. Tidak ada hubungannya memang. Tetapi, kadang kala seperti itulah kelakuan tuan muda Lyon saat menyalahkan orang lain yang tidak ada hubungan dengan masalahnya hanya demi menjaga harga dirinya yang kelewat tinggi. Berbanding terbalik dengan Lisa yang lemah lembut dan tidak pernah sekali pun marah kepada pelayan atau pun supir.
Ada pepatah mengatakan kalau buah jatuh tidak jauh dari pohon. Dan jika dipikir lagi memang benar, itu terjadi dalam keluarga Levi. Lisa yang lemah lembut, penuh perhitungan namun sedikit ceroboh dan boros dalam berkata-kata sangat mirip dengan ayahnya, Argando Levi. Sedangkan Lyon yang tampak dari luar bersikap dingin, terkesan arogan dan acuh tidak pedulian nyatanya merupakan seseorang yang penyayang, baik hati, penuh perhatian dengan caranya sendiri seperti ibunya, Evelinda Levi.
"Kenapa kamu selalu saja menyalahkan Petra? Apa kamu tidak merasa kasihan sedikit pun kepadanya, dasar bocah bebal?!" sentak Lisa tidak terima kalau adik kandungnya menyalahkan Petra atas apa yang kini Lyon rasakan.
Sakit perut itu terjadi sebab Lyon yang tidak mau menyentuh makanan yang disediakan sejak pagi untuknya. Pantang bagi Lyon memulai lomba untuk sekedar mengisi lambungnya dengan makanan apapun.
"Bukankah kamu tahu aku membayarnya untuk itu." bela Lyon tidak mau disalahkan oleh Lisa.
Kenapa para perempuan selalu mencari alasan untuk menyalahkan lelaki? Padahal kesalahan yang terjadi mutlak berasal dari pihak perempuan sendiri! Lyon benar-benar tidak habis pikir akan jalan pikiran para perempuan.
"Sekali pun itu fakta setidaknya kamu sedikit memikirkan perasaan dia. Asal kamu tahu, bagaimana pun juga dia itu perempuan dan seorang perempuan lama kelamaan akan terluka hatinya jika terus kamu perlakukan tidak layak." tegas Lisa dengan penekanan disana sini.
Lisa bahkan harus menarik napas dalam-dalam karena setelah mengatakan hal tersebut dan melihat respon Lyon yang tidak peduli hanya semakin membuat darahnya mendidih. Jika bukan karena mereka masih di resort yang notabene adalah tempat umum dimana banyak mata tertuju kepada mereka, tentu saja Lisa sudah menjambak rambut Lyon sejak tadi.
"Oke, oke, tidak perlu marah seperti itu Lisa. Saran darimu tadi akan aku pertimbangkan. Sekarang kamu puas? Dan selamat malam. Semoga tidurmu nyenyak, mimpi indah." ucap Lyon meninggalkan Lisa yang menggendong Chia menuju kamarnya sendiri.
Malam ini Lyon terlalu lelah karena perlombaan untuk sekedar meladeni ocehan Lisa yang kalau dia mau pasti akan berlansung sepanjang malam, bahkan hingga pagi hari. Jika sudah keluar tabiat cerewet Lisa yang tingkat levelnya sudah tak terukur lagi, pasti wanita itu akan sanggup menghabiskan jatah drama sinema yang tayang sebanyak seribu episode. Dan Lyon tidak akan mendekati Lisa.
"Padahal sudah diberi kesempatan. Padahal dia tahu betul nama besar keluarga Valeri dan keuntungan yang mungkin dia dapatkan. Padahal Petra tidak kalah cantik jika gadis itu mau sedikit saja belajar memakai make up. Padahal...bocah bebal itu memang apa yang sebenarnya dia pikirkan?" gerutu Lisa sembari menidurkan Chia disamping tempat tidurnya.
Lisa dengan hati-hati mengganti gaun Chia yang telah bau keringat dengan baju tidur, melepas sepatu flat dan kaus kaki, serta mengelap muka hingga telapak kaki Chia supaya gadis kecilnya bisa tidur nyenyak dan mimpi indah. Setelah itu Lisa sendiri pergi menuju kamar mandi untuk berganti pakaian dengan baju tidur yang motifnya sama dipakai anaknya, Chia. Lalu, Lisa memejamkan kedua matanya beranjak tidur disamping Chia.
Sedangkan Lyon masih berdiri didepan jendela kamar, memandang langit tanpa bintang dan bulan. Hanya awan yang warnanya sama dengan langit, hitam pekat. Sama seperti yang sedang menggelanyuti hatinya. Hitam, kelam dan hampa.
-tbc-