Chereads / Vicious Circle of Mestonia / Chapter 35 - Ch. 35 Petang

Chapter 35 - Ch. 35 Petang

Petra yakin apa yang dia lakukan hanya sebuah sandiwara. Bagaimana mungkin Lyon yang arogan itu tulus tersenyum kepada Petra semanis itu tanpa ada maksud dan tujuan tertentu. Hanya didepan teman-teman sekolah atau orang asing saja Lyon akan bersikap layaknya seorang kekasih yang sangat menyayangi kekasihnya. Sungguh Lyon adalah aktor hebat peraih penghargaan tertinggi serta tidak pernah main-main dalam berakting. Bahkan Petra sempat dibuat shock karena perubahan ekspresi Lyon yang tidak biasa barusan.

Beruntung Petra mempunyai mental baja, sehingga bisa menangkal dan merespon aksi tiba-tiba Lyon tersebut. Dan sebagai balasan, Petra pun membalas senyum manis Lyon dengan sebuah senyum yang tidak kalah manisnya. Bisa dibilang, jika ada murid laki-laki dari sekolah SMA Metropol melihat senyum kelewat manis milik Petra maka dipastikan mereka akan langsung jatuh hati detik itu juga. Jika Petra mau dia dapat membuat murid laki-laki bertekuk lutut kepadanya.

"Ternyata kamu Lyn. Bikin kaget saja. Bagaimana pertandingannya?" tanya Petra berjalan mendekat kearah Lyon berdiri.

Ucapan basa-basi Petra tentang pertandingan ternyata disambut antusias oleh Lyon. Tanpa aba-aba Lyon merangkul pundak Petra dengan begitu semangat. Petra bisa merasakan dari eratnya genggaman tangan Lyon diatas pundak. Jika Lyon memberi tekanan lebih besar lagi maka tulang punggung Petra bisa retak. Dengan mengepalkan kedua tangan erat-erat, Petra menahan perlakukan Lyon kepadanya.

"Tentu aku yang menang. Siapa lagi yang bisa mengalahkan Lyon sang singa pacuan kuda." gelak Lyon seakan sedang memberi pujian kepada dirinya sendiri. Tersenyum lebar sebagai selebrasi atas kemenangannya.

"Selamat Lyon atas kemenangannya." kata Hime memberi ucapan selamat.

"Selamat Lyon karena berhasil menjadi juara satu lagi." kata Rita mengekor ucapan Hime.

Rita tersenyum malu dibelakang Hime. Rita bertingkah bukan seperti Rita yang biasanya membuat Petra sedikit menelengkan kepala ke kanan. Aneh. Apa semua gadis akan bersikap malu-malu saat pertama kali bertemu dengan Lyon seperti yang Rita lakukan?

"Selamat Lyon." Kata Teresa, tidak tahu lagi ucapan selamat apa lagi yang harus dia katakan. Semua pembendaharaan kata-kata Teresa seolah terkunci saat melihat senyum cerah di wajah Lyon yang tiada tandingan di SMA Metropol. Atau se-Mestonia.

"Terima kasih semua. Oh iya, bagaimana kalau aku traktir kalian makan. Ngomong-ngomong kalian belum makan kan?" kata Lyon masih dengan senyum lebar diwajah.

"Iya belum." jawab Rita cepat-cepat.

Pada akhirnya Rita kembali seperti Rita yang biasanya, ceplas ceplos dan tidak sabaran dalam percakapan. Sepertinya tidak semua gadis itu pemalu. Mungkin hanya diawal saja seperti Rita yang saat ini sudah kembali normal.

"Oke. Nah...Petty tolong belikan kami makanan, minuman dan snack ya." perintah Lyon kepada Petra yang tentu saja terkaget mendengarnya. Tidak lupa Lyon memberikan kartu ATM miliknya dan membisikkan sandi ke telinga kiri Petra.

Sekalipun Lyon mengucapkannya dengan kalimat lembut beserta senyum manis terbaik, tetap saja kalimat perintah dari Lyon sontak membuat Petra kesal yang tidak bisa ditutupi dari wajahnya hingga kedua pipi bersemu merah muda. Terlalu jelas terlihat hingga teman-teman yang ada didalam ruangan tersebut pun menyadari perubahan ekspresi Petra.

"Petra, kalau kamu keberatan biar kami saja yang pergi." kata Hime mencoba memahami situasi.

Mungkin, dalam benak teman-teman Petra kesal karena saat dimana dia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Lyon ternyata mendapat gangguan dari serangga tidak diharapkan yaitu mereka bertiga. Tentu saja pemikiran tersebut tidak benar. Khayalan picisan itu hanya ada dalam angan-angan Hime, Rita dan Teresa saja. Petra kesal karena dengan seenaknya Lyon berusaha mengusir dirinya secara halus dalam misi membeli makanan, seperti pesuruh pribadi saja.

"Tidak terima kasih. Biar aku saja. Tolong kalian jaga Chia selama aku tidak ada, oke?" tolak Petra, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Walau bagaimana pun Petra tetap merasa sedikit senang bisa pergi dan tidak harus menghabiskan waktu bersama Lyon yang tidak diundang didalam ruangan itu. Apapun alasan Lyon datang ke tempat mereka, apalagi perihal Chia yang jelas-jelas tadi pagi sudah dia serahkan kepada Petra, sama sekali tidak bisa Petra terima begitu saja. Dalam hati Petra sangat yakin kalau kedatangan Lyon hanya untuk mempermalukan Petra didepan teman sekelasnya saja.

Sepeninggal Petra yang pergi berbelanja makanan, minuman dan snack atas perintah tuan muda Lyon, ketiga teman Petra masih berdiri dan berbisik-bisik serta tertawa lirih. Walaupun Lyon tidak mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan, tetap saja hal itu membuat telinga kiri Lyon terasa panas dan gatal. Berani taruhan Lyon yakin sekali tiga gadis itu sedang membicarakan tentang hubungan asmara dirinya dengan Petra.

"Lalu, apa yang ingin kalian ketahui?" tanya Lyon frontal.

Lyon bukanlah tipe orang yang akan berdiam diri jika ada orang yang sedang membicarakan dirinya dibawah hidungnya. Jadi tanpa berbasa-basi Lyon langsung saja menembak arah obrolan para gadis. Karena pertanyaan Lyon yang tiba-tiba dan lugas ketiga gadis tersebut dibuat kaget. Mereka tidak menyangka Lyon akan berkata seperti itu.

"Bukan seperti yang kamu pikirkan Lyon..." kata Rita malu-malu.

"Jadi kalian bisa tahu apa yang sekarang aku pikirkan?" potong Lyon tidak sabar.

"Maksud kami, yaitu kami takut kalau saat ini mengganggu dirimu dan Petra untuk berduaan disini. Mungkin itu juga yang membuat Petra merasa kesal. Kamu bisa lihat sendiri kan wajahnya barusan?" timpal Teresa mencoba menjelaskan.

"Soal itu kalian tidak perlu khawatir. Petty ku tercinta tidak sepicik yang kalian pikirkan. Tadi dia hanya kesal karena aku yang tiba-tiba muncul dihadapan kalian langsung meminta dia untuk membeli makanan. Aku terlalu lapar jika harus menunggu waktu makan malam." jelas Lyon tertawa renyah. Mengedipkan sebelah mata kearah Chia yang baru menyadari kehadiran Lyon. Kemudian Chia berlari kearah Lyon duduk dan memeluk serta mencium kedua pipi Lyon bergantian.

"Paman hebat. Paman menang. Hore..." sorak Chia yang kini duduk dipangkuan Lyon. Memainkan salah satu kancing baju warna biru laut berlengan pendek pemuda itu, yang terlihat begitu pas dikenakan oleh Lyon yang berbadan atletis.

"Tentu saja. Paman siapa dulu." gelak Lyon tidak tahan melihat tingkah lucu Chia yang bermanja ria kepadanya.

"Paman Lyn." seru Chia lagi.

Detik berikutnya Chia berlari kearah kaca pembatas dimana masih ada pertandingan pacuan kuda untuk kelas yang lain. Lisa, ibu Chia, hanya mampu menduduki peringkat ketiga disaat-saat terakhir lomba akan berakhir.

Di lain tempat, Petra tengah menantri minuman untuk mereka berlima. Hanya konter penjual susu kocok yang tersisa. Konter penjual minuman lainnya sudah kehabisan barang dagangan mereka.

Petra memandang ke langit biru yang bersemu merah pertanda malam akan segera datang. Hari itu, disaat petang seperti ini, ingatan Petra tiba-tiba mengenang sesuatu dari masa kecilnya dengan samar-samar. Dalam cuaca seperti ini, saat petang tercantik datang bersama sebuah kobaran api dari kejauhan.

-tbc-