Resort mewah milik keluarga Levi merupakan salah satu resort terbesar dan terbaik di kota Lilibel. Tidak kurang ada lima buah resort berfasilitas setara bintang lima berceceran diseluruh distrik Lilibel dan salah satunya terletak di pantai Fatamorgana. Tempat dimana Chia, Lisa dan Lyon saat ini menginap. Mereka juga sedang menghabiskan liburan tiga hari di pantai pasir putih Lilibel. Selain karena ada agenda keluarga, kegiatan rutin keluarga Levi yang wajib mereka lakukan di kota Lilibel.
Selain itu, keluarga Levi juga memiliki bebrapa istal pribadi untuk memelihara kuda yang mana separuh dari populasinya diperuntukan untuk lomba olahraga pacuan kuda. Tempat itu terletak tidak jauh dari resort. Sekitar lima ratus meter jaraknya dari pantai Fatamorgana. Serta disamping area tersebut juga terdapat arena pacuan kuda berstandar internasional lengkap dengan tribun berkapasitas tujuh ribu orang. Lomba pacuan kuda nasional diadakan pada tanggal 30 hingga 31 Agustus setiap tahunnya. Itu artinya hari ini dan besok.
Jadi, bukan tanpa alasan Lyon beserta kakaknya Lisa datang ke Lilibel. Mereka berdua datang sebagai bagian dari perwakilan keluarga Levi yang tidak bisa hadir di acara besar tersebut. Lyon dan Lisa pun ikut sebagai salah satu peserta lomba pacuan kuda. Lyon mengikuti lomba pacuan kuda kategori atlet putra sedang Lisa untuk kategori atlet putri.
"Jadi...sekali lagi aku tidak bisa memaksamu untuk ikut duduk di tribun menyaksikan lomba pacuan kuda menemani Chia kan?" kata Lyon pelan, sambil berusaha memakai sarung tangan kulit berwarna cokelat muda ke tangan kirinya yang pucat.
Kata-kata Lyon barusan lebih seperti memerintah Petra dengan cara yang sangat halus dari pada menyuruh Petra pergi sejauh-jauhnya dari Lyon atau hal konyol lainnya. Dan semua itu tidak lain tidak bukan hanya karena keberadaan Chia. Lyon secara pribadi tidak mempunyai kepentingan apapun dengan Petra hari ini. Lomba pacuan kuda adalah prioritas utamanya sekarang. Sekali lagi, Lyon kali ini tidak bisa mengabaikan tugasnya sebagai penerus keluarga Levi diacara lomba pacuan kuda hari ini. Harga dirinya sebagai laki-laki akan terluka jika Lyon kabur dari medan perang.
"Tentu tidak. Lagi pula mana mungkin aku tega membiarkan Chia duduk sendirian seperti anak hilang, sementara ibu dan pamannya sibuk mengikuti lomba, bukan begitu?" jawab Petra tidak punya pilihan lain seolah orang tua gadis kecil Chia tidak mampu menyewa pengasuh pribadi untuk menjaga anak semata wayang nan berharganya. Seolah Petra adalah satu-satunya manuasia yang bisa diandalkan untuk mengurus Chia hari ini.
"Benar begitu. Persis seperti yang aku harapkan dari murid penerima beasiswa terbaik di SMA Metropol." sindir Lyon sinis mengacungkan kedua jempol tangannya yang sudah terbungkus sarung tangan kulit tepat didepan wajah Petra. Lalu Lyon pergi meninggalkan Petra dan Chia menuju ujung istal dimana kuda putih miliknya sudah menunggu untuk diajak berlomba.
Tidak lama berselang, dua gadis berbeda usia itu masih asyik melihat-lihat kuda-kuda peliharaan keluarga Levi. Mereka menyusuri seluruh bagian kandang kuda tersebut hingga tanpa disadari sudah mencapai pintu keluar. Sedangkan Lyon harus segera bersiap untuk lombanya sendiri yang berada dibagian luar kandang.
Istal seluas lapangan sepak bola itu berisi penuh dengan kuda-kuda pilihan khusus diperuntukan untuk kuda yang akan ikut pertandingan. Sementara istal disebelahnya berisi kuda-kuda biasa dan beberapa kuda poni. Chia mengajak Petra menuju kandang kuda yang berisi kuda poni. Atau lebih tepat sebagai kuda poni peliharaan Chia.
Lebih dari lima menit berjalan kaki merekan baru sampai ditempat kuda poni favorit Chia yang ruangannya ternyata berada dipojok paling ujung bangunan. Petra sampai basah oleh keringat karena cuaca hari ini begitu terik, tidak seperti biasa yang mendung kemudian tujun hujan.
"Nama kuda poni ini Pelangi, kak Petra. Cantik kan?" ucap Chia riang.
Chia begitu antusias membelai bulu kuda poni miliknya yang berwarna putih dengan beberapa bintik hitam dibagian kaki belakang.
"Iya, cantik sekali seperti awan kuda poni dari negeri dongeng." ujar Petra memberi pujian kepada Chia dan dibalas dengan tawa renyah yang keluar dari mulut mungil Chia.
"Apa kakak Petra mau kuda poni juga?" tawar Chia tiba-tiba.
Sejenak Petra hanya bisa terpaku memandang wajah polos Chia dihadapannya. Sekalipun Petra tahu betul betapa kayanya keluarga Levi, dirinya tidak pernah berharap sedikitpun untuk mengambil keuntungan. Kecuali dengan Lyon. Namun itu terjadi karena perjanjian super konyol yang mengikat Petra dan hingga detik ini sangat ia sesalkan.
"Bolehkah?" ujar Petra setengah bercanda. Petra hanya berniat untuk meladeni ocehan bahagia Chia tanpa benar-benar serius.
"Tentu. Lihat itu kak! Disana ada kuda cokelat kesukaan Chia nomor dua setelah Pelangi. Kalau kakak mau boleh kakak Petra adopsi." kata Chia masih dengan nada riang gembira.
Lagi-lagi Petra tidak habis pikir dengan gadis kecil didepannya. Bagaimana mungkin Chia membicarakan makhluk hidup berjenis kuda poni seperti sebuah mainan yang bisa diberikan ketika sang pemilik bosan atau ingin memberikan kepada orang lain dengan senang hati.
Menurut perhitungan Petra, harga kuda poni berwarna cokelat seperti yang baru saja Chia tunjukan padanya itu sangat mahal. Belum lagi biaya perawatan bulanan, sewa tempat di istal dan biaya-biaya lain yang Petra yakin akan memakan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
"Tidak perlu Chia. Kakak hanya bercanda tadi. Lagi pula kakak tidak punya waktu luang untuk datang kemari dan merawatnya." tolak Petra secara halus.
Hati-hati Petra berusaha mencari kata-kata yang cocok untuk menolak pemberian Chia yang tidak masuk akal tersebut.
"Kakak tidak perlu lakukan apa-apa. Biar pengurus Berto yang merawat kuda poninya." Sanggah Chia menggelengkan kepala dengan kecepatan tinggi. Alhasil membuat kuciran rambut dikepala Chia beterbangan.
"Tetap saja Chia. Kakak tidak bisa menerimanya. Maaf ya." tukas Petra tetap menolak.
Hal paling sulit bagi Petra adalah mengucapkan kalimat penolakan kepada Chia. Tetapi apa boleh buat, juga tidak masuk akal kalau sampai Petra harus mengurus kuda poni walau hanya sekedar formalitas kepemilikan tanpa tanda bukti. Perjanjian dengan anak kecil ternyata lebih baik dari pada dengan orang dewasa. Karena dengan anak kecil yang kadang kala dengan cepat melupakan apa yang baru saja mereka katakan. Berbeda jauh dengan pemuda yang tidak berniat membuat hidup Petra berlalu dengan tenang walau hanya untuk satu hari saja.
"Ah..ternyata nona Petra juga datang kemari rupanya." sapa sebuah suara yang tidak asing di telinga Petra.
Suara itu berasal tidak jauh dari tempat Petra dan Chia berdiri didepan kandang kuda poni. Seorang pria paruh baya dengan badan tegap dan tampak seperti atlet memandang Petra lembut. Pria itu adalah pelatih memanah Petra di kelas memanah saat dirinya menemani Lyon latihan memanah beberapa minggu yang lalu.
-tbc-