"Hai...sayang. Apa kabar? Bagaimana kamu bisa ada disini? Dengan Lisa atau Ruben?" seru Lyon tiba-tiba kepada seorang gadis kecil berumur tiga tahun yang berlari kearahnya. Menyeruak histeris gembira lalu memeluk kaki Lyon erat-erat.
"Chia...baik. Lisa ada didalam." sahut gadis kecil itu riang. Rambutnya yang panjang terawat berhamburan karena gadis kecil itu loncat-loncat meminta gendong kepada Lyon.
"Benarkah? Hmm, kamu minta gendong?" tawa Lyon ceria kepada gadis kecil bernama Chia tersebut. Lalu dengan sigap Lyon sudah meletakkan Chia berada diatas punggung lebarnya.
Petra hanya terdiam menyaksikan pemandangan penuh kehangantan tersebut. Dalam hati, Petra bertanya-tanya sendiri siapa gerangan Lisa itu? Apakah Lisa yang Lyon maksud hari ini sama dengan Lisa yang orang tua Lyon bicarakan tadi malam? Atau Lisa lainnya?
Namun, mengesampingkan siapa sebenarnya seseorang bernama Lisa dan gadis kecil bernama Chia yang muncul tiba-tiba entah dari mana tersebut, Petra dibuat terkejut dengan tingkah laku Lyon yang sepertinya sangat bahagia bertemu dengan Chia. Mereka berdua tengah bermain-main disalah satu sofa disudut lobi gedung yang luas. Satu hal lainnya, Petra jelas melihat senyum cerah alami Lyon saat bersama gadis kecil yang kini sudah berpindah tempat berada di pangkuan Lyon. Senyum cerah alami yang tidak pernah Petra lihat sebelumnya. Senyum yang hanya bisa Lyon berikan dengan gadis kecil menggemaskan itu tanpa Lyon sendiri sadari.
Hingga gerimis diluar berubah menjadi hujan deras membuat Lyon tertahan di lobi lebih lama dari yang Petra perkirakan. Latihan bermain golf yang dijadwalkan terpaksa ditunda akibat hujan deras yang sekarang disertai angin ribut.
Petra mengambil salah satu kursi disudut lobi lain, letaknya cukup jauh dari Lyon dan Chia berada. Ada yang banyak hal yang harus Petra kerjakan dari pada hanya berdiri menyaksikan adegan kekanak-kanakkan antara Lyon dengan Chia yang sepertinya tidak akan berkesudahan.
Pertama, Petra harus segera mengerjakan PR-PR miliknya terlebih dahulu sebelum ia bisa menyentuh laporan keuangan yang membuat sakit kepala sejak tadi malam. Kedua, Petra harus bisa memastikan neraca keuangan dari laporan-laporan keuangan yang sangat berantakan itu seimbang dan memperbaikinya semampu Petra. Ketiga, semua tugas tersebut membuat kepala Petra semakin berdenyut-denyut hingga terasa akan meledak saat itu juga. Keempat, tiba-tiba Petra merasa sangat lapar karena hawa dingin yang diakibatkan oleh hujan deras yang tiada henti tanpa ada tanda-tanda akan reda terus saja mengguyur Metropol, dan sialnya hanya semakin menambah sakit kepala Petra bertambah parah.
Petra berjalan menelusuri lorong gedung mencari kantin atau cafe yang menjual makanan demi mengganjal perut Petra karena rasa lapar yang semakin menjadi. Dan Petra hampir putus asa sebab dia tidak bisa menemukan penjual makanan setelah berjalan cukup lama menyusuri lorong-lorong gedung berlantai lima tersebut. Hingga sebuah tangan kecil tiba-tiba menyentuh pergelangan tangan kiri Petra. Menahan langkah kaki Petra untuk segera berhenti berjalan.
"Kakak mau kemana?" decit sebuah suara nyaring yang berasal dari seorang gadis kecil pemilik tangan mungil.
"Chia? Eh...itu...kakak sedang mencari penjual makanan tetapi tidak ketemu juga." jawab Petra kebingungan. Bagaimana bisa Chia, yang dari tadi Petra lihat dengan jelas sedang bermain bercanda bersama Lyon, sekarang tengah mengikutinya lalu tanpa sungkan berbicara kepada Petra.
"Itu ada diatas." ucap Chia sembari menunjuk ke lantai atas dengan jari telunjuk kiri tangannya. Petra merasa sangat bodoh karena gadis kecil didepannya itu lebih tahu area gedung yang saat ini Petra pijak dari pada dirinya. Seperti layaknya rumah sendiri.
"Bisa Chia tunjukan jalannya kepada kakak?" tanya Petra sopan kepada Chia dengan dibalas sebuah senyum lebar, menunjukkan deretan gigi putih bersih yang terawat. Mau tidak mau membuat Petra ikut tersenyum lebar melihat Chia tersenyum seperti itu.
"Ayo. Let's go..." sorak Chia riang gembira.
Chia menggandeng tangan kiri Petra erat, berjalan berbalik arah menuju sebuah lift disayap kiri gedung tidak jauh dari tempat Petra berada. Lalu mereka masuk kedalam lift yang kosong menuju lantai lima. Sesampainya di lantai gedung paling atas, setelah pintu lift terbuka dan mereka keluar berjalan menuju salah satu kafetaria yang berjejer dengan dekorasi aneka tema musim dari seluruh dunia.
Seperti jumlah lantai gedung, seperti itu pula jumlah kafetaria yang ada di lantai lima tersebut. Masing-masing kafetaria mengusung satu tema musim dari empat musim di dunia dan satu lagi sebuah kafetaria bertuliskan VVIP disamping pintu masuk. Petra sangat yakin jika kafetaria tersebut hanya diperuntukan untuk orang-orang tertentu saja, jelas bukan dirinya dan kalaupun Petra memaksakan diri memasuki kafetaria itu pasti dia tidak akan mampu membayar harga makanan yang tertera di buku menu.
Chia berlari menuju sebuah kafetaria dimana beberapa boneka salju dan rusa kutub terpajang dengan sangat cantik, membentuk sebuah pose yang diambil dari salah satu adegan film animasi populer bertema salju. Tidak lupa ada aneka bentuk lampu warna warni menghiasi bagian boneka-boneka itu, membuat Chia menghentikan langkah kakinya menghampiri salah satu boneka salju sambil menatapnya lekat-lekat. Petra pun hanya bisa pasrah mengikuti kemana gadis kecil itu menetukan pilihan. Kemudian Petra berdiri disebelah Chia, ikut memperhatikan boneka salju yang ukurannya lebih kecil daripada yang lain.
"Chia suka boneka salju?" celetuk Petra mencoba mengakrabkan diri pada Chia yang masih menatap boneka salju tersebut hampir tanpa mengedipkan mata. Seolah-olah boneka salju akan menghilang dari pandangan mata Chia jika tidak terus diperhatikan olehnya.
"Tidak. Chia benci salju. Papa selalu pergi ke tempat yang ada salju di benua jauh." ucap Chia perlahan.
"Begitu...tapi papa Chia pergi kesana untuk bekerja kan? Papa Chia bekerja untuk Chia juga kan?" sahut Petra, kemudian membungkukkan badan memandang wajah Chia yang langsung berubah muram.
"Chia ingin papa kerja disini saja." kata Chia lagi dengan suara seperti menahan tangis yang kapan saja bisa berhamburan.
"Baiklah. Lebih baik sekarang kita makan dulu ya...kakak sudah sangat lapar." kata Petra sembari menepuk perut kecilnya lalu membuat ekspresi orang kelaparan didepan Chia. Sontak membuat Chia tersenyum kemudian tertawa pelan.
"Chia mau es krim dan permen salju." oceh Chia, menarik tangan kanan Petra memasuki kafetaria dan langsung berlari kearah stan aneka es krim dan permen.
Setelah memesan makanan untuk dirinya sendiri, Petra berjalan menghampiri Chia yang sejak tadi masih saja binggung dalam menentukan pilihannya. Es krim rasa apa yang akan Chia pesan. Permen salju warna apa yang ingin Chia makan. Aneka warna dan rasa yang terpajang di spanduk stan membuat Chia hanya semakin kebingungan.
"Kak...Chia ingin makan semuanya, boleh?" rengek Chia sambil menarik-narik lengan Petra yang memegang dompet.
"Eh...tunggu dulu." sanggah Petra khawatir mendengar permintaan Chia yang bagi Petra mustahil untuk menurutinya.
Isi dompet Petra saat ini tidak cukup untuk membeli semua rasa es krim dan permen salju yang Chia minta.
-tbc-