Setelah melalui perdebatan panjang antara Petra dengan Chia untuk memilih es krim dan permen salju mana saja yang boleh Chia beli, yang tentu harus menyesuaikan dengan jumlah sisa uang dalam dompet Petra. Karena sebelumnya Petra sudah memakai uang saku selama dua pekan untuk membeli makan malamnya.
Karena hal itu pula, Petra harus melakukan penghematan besar-besaran terhadap uang belanja dan uang sakunya untuk dua minggu kedepan. Petra nanti akan melakukan penyesuaian terhadap anggaran belanja mingguan untuk membeli kebutuhan bahan makanan. Mungkin juga Petra harus berpuasa selama beberapa hari sebab harga makanan dan camilan di kafetaria musim salju itu terlalu mahal bagi Petra. Hanya dengan membeli makanan serta camilan untuk Chia saja sudah menguras seluruh isi dompet Petra. Sebuah pengalaman luar biasa bagi Petra. Baru pertama kali dalam hidup Petra menyadari begitu berharganya uang dan betapa mahalnya kehidupan di Metropol.
"Ini es krim vanilla yang Chia minta." ucap Petra sembari menyodorkan satu cup ukuran sedang kepada Chia yang sudah duduk manis dikursinya.
"Terima kasih kak." kata Chia, langsung menyendok es krim kesukaannya lalu memasukkan kedalam mulut kecil Chia. Seperti bocah yang makan dengan lahapnya karena kelaparan. Bahkan Petra yang lapar sungguhan saja kalah telak.
"Pelan-pelan Chia...nanti kamu tersedak es krim loh." nasehat Petra sembari mencoba mengelap pipi Chia yang belepotan es krim.
"Enak sekali kak. Sudah lama sekali Chia tidak makan es krim." cerita Chia disela-sela makan.
"Sungguh?" selidik Petra tidak percaya. Bagaimana mungkin anak kecil jaman sekarang tidak bisa memakan makanan kesukaannya dengan bebas? Orang tua macam apa yang tega membuat gadis kecil manis nan lucu disampingnya itu tidak boleh memakan es krim atau permen salju?
"Iya." jawab Chia cepat-cepat, takut jika es krim miliknya meleleh. Lalu mengangguk-angguk untuk meyakinkan Petra. Membuat rambut panjang Chia yang tergerai melambai-lambai permen salju yang dipegang Chia ditangan kiri.
Petra tertawa tertahan melihat tingkah laku Chia yang sangat lucu tersebu. Namun, Petra tidak bisa menanyakan kepada gadis kecil itu tentang alasan kenapa Chia bisa seperti itu keadaannya. Karena, itu berarti Petra harus mengorek lebih dalam tentang informasi perihal keluarga Chia yang tidak Petra ketahui siapa mereka sesungguhnya.
Cukup hingga dalam batas saling mengetahui nama saja untuk saat ini. Masih ada banyak hal lain yang harus Petra kerjakan hari ini, alih alih menghabiskan waktu dengan gadis kecil bernama Chia yang entah dengan siapa dia datang ke tempat seperti ini, klub olahraga golf.
Petra membiarkan Chia bermain-main dipojok area bermain kafetaria sementara dirinya sibuk mengerjakan PR-PR yang menumpuk. Hampir satu jam berlalu hingga akhirnya Petra bisa menyelesaikan PR-PRnya itu. Dan saat Petra mengarahkan pandangan ke bagian pojok kafetaria, disana masih ada Chia yang sepertinya tidak kenal lelah terus bermain bersama anak-anak lain seusianya. Bermain dengan aneka macam permainan anak-anak.
Petra pun menarik napas lega entah untuk alasan apa. Mungkin karena Chia masih ada ditempatnya dengan aman sehingga tiba saatnya nanti Lyon datang dan menanyakan tentang Chia, Petra bisa memberikan jawaban kepada Lyon. Atau mungkin karena gadis kecil itu tidak sekali pun sengaja datang menghampiri meja Petra untuk mengganggunya belajar. Entahlah. Petra tidak bisa memastikannya.
"Chia..." seru seseorang dari arah pintu kafetaria.
Suaranya cukup nyaring hingga membuat seluruh pengunjung kafetaria menengok kearah pintu untuk melihat siapa pemilik suara yang mengganggu telinga.
Disana, didepan pintu masuk kafetaria, berdiri seorang wanita berusia awal tiga puluhan. Wanita itu memakai kaos seragam klub golf berlogo -KL- berlengan pendek warna putih gradasi toska dan celana panjang warna maroon.
Wanita itu masih memegang pemukul bola. Dan, dari caranya memanggil Chia yang penuh rasa khawatir sekaligus kesal bisa dipastikan bahwa wanita itu adalah ibunya Chia yang pasti sedang kebingungan mencari keberadaan anak perempuannya.
"Mama..." seru Chia membalas seruan ibunya dari arah pintu. Chia lalu berlari menghampiri wanita yang kini Petra yakin betul sebagai ibu Chia.
Wanita itu membungkuk supaya bisa Chia membisikkan sesuatu di telinga ibunya. Tidak lama kemudian mereka datang menghampiri Petra yang masih sibuk dengan laporan dan neraca.
"Nona, terima kasih sudah bersedia menjaga anakku Chia. Biasanya dia tidak pernah membuat repot orang lain seperti ini." ucap ibu Chia dengan suara lembut.
Wanita itu, ibu Chia, sangat cantik. Wanita berkulit putih dengan rambut hitam terkuncir yang mencuat dibelakang topi golfnya. Postur tubuhnya ramping dan wajahnya mengingatkan Petra kepada seseorang. Namun sayang, Petra tidak bisa mengingat siapa orang tersebut.
Yang Petra tahu, dirinya pernah melihat seseorang yang wajahnya mirip dengan ibu Chia. Cantik, anggun dan mempesona penuh sopan santun.
"Tidak apa-apa nyonya. Lagipula...Chia adalah anak yang baik dan penurut. Chia sama sekali tidak mengganggu saya belajar." jawab Petra jujur.
Bertemu dan berbicara dengan sosok wanita yang mempunyai aura layaknya bangsawan membuat Petra salah tingkah dan binggung sendiri. Petra tidak terbiasa bergaul dengan kaum seperti mereka. Petra hanya pernah melihat mereka dari kejauhan, tanpa maksud ingin lebih dekat mengenal mereka.
Namun, berkat Lyon yang keberadaanya entah dimana saat ini membuat Petra mengalami hari yang tidak terduga, selalu saja.
"Begitu rupanya. Jadi kamu datang kemari bersama siapa?" tanya ibu Chia lagi.
Pandangan mata wanita itu sedang menilai Petra dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mencari-cari petunjuk entah apa. Petra yakin betul kalau itu bukan sesuatu yang baik. Setidaknya untuk diri Petra sendiri.
"Dengan teman sekolah." jawab Petra singkat.
Petra tidak berani mengikuti arah pandangan mata ibu Chia atau sekedar balas menatap, seakan apa yang akan Petra lakukan diketahui wanita cantik tersebut.
"Lyn...mama, disini ada Lyn." rengek Chia sambil menarik-narik lengan kanan ibunya.
"Lyn ada disini? Benarkah? Dimana Lyn sekarang?" cecar ibu Chia kepada anaknya sendiri setelah mendengar ucapan Chia tentang seseorang yang bernama Lyn.
"Dibawah. Bermain. Tadi sama kakak ini." jawab Chia lalu menunjuk kearah Petra.
Otomatis ibu Chia langsung menatap Petra kembali. Memiringkan kepala dan berdiam diri, seolah sedang berpikir keras akan sesuatu yang tidak bisa Petra tebak apakah itu.
"Kamu datang bersama Lyn?" tanya ibu Chia pada akhirnya setelah terdiam selama lima belas detik.
"Lyn siapa?" decit Petra tidak mengerti dengan maksud ibu Chia.
"Oh iya...maksudku Lyon. Kamu datang bersama Lyon?" kekeh ibu Chia, tawa ringan alami yang menunjukkan deretan gigi putih bersih terawat. Sama seperti milik Chia.
Mereka, ibu dan anak yang sangat mirip pikir Petra dalam hati.
"Lyn itu maksudnya Lyon? Iya benar. Sekarang dia...mungkin sedang berada di lapangan golf." jawab Petra mulai paham dengan nama panggilan yang ibu Chia berikan kepada Lyon.
"Jadi...apa yang adikku tawarkan kepadamu kali ini?" sergah ibu Chia dengan nada serius kepada Petra.
Demi apapun itu, Petra tidak menduga sama sekali akan bertemu anggota keluarga Levi lainnya di hari Kamis yang berat ini.
-tbc-