Chereads / Sincere / Chapter 2 - berubah

Chapter 2 - berubah

Pagi ini, gadis itu disambut oleh hangatnya matahari pagi yang masuk dari sela gorden kamarnya. Teressa terbangun dari tidurnya, matanya masih terlihat sembab karna ia terlalu banyak mengangis kemarin malam.

Gadis itu kini menatap dirinya dari pantulan cermin di depannya, wajahnya yang terlihat pucat itu membuatnya tersenyum getir. Cukup menyakitkan jika mengingat kejadian kemarin, dimana dia harus menerima kenyataan bahwa ia mengidap penyakit kanker. Seorang Teressa yang biasa dikenal sebagai perempuan bobrok itu kini berubah menjadi perempuan yang sangat lemah.

"Lo harus kuat, Tess." Monolognya pada diri sendiri.

Akhirnya gadis itu memilih mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah. Mama nya pun kini sudah mengetuk pintu kamar Tessa untuk menyuruhnya sarapan di ruang makan.

"Iyaa mah, sebentar." Balas Tessa yang kini mengoleskan liptint di bibirnya. Biasanya dia gapernah mau pake hal-hal yang berbau makeup, tapi hari ini muka dia pucet. Jadi dia memutuskan untuk pake liptint tipis.

Saat di ruang makan, dia sudah melihat kedua orangtua nya ada disana bersama Natha.

"Lo ngapain, Nath. Disini?" Tanya Tessa lalu duduk di samping Natha.

"Jemput lo,"

"Tumben, biasanya jemput gebetan." Sindir Tessa lalu menerima piring berisi nasi goreng dari Mama nya.

"Ya ampun, Tere. Masih mending Natha sempetin jemput kamu,"

"Tuh, Tamie. Dengerin kata Mama," kata Natha lalu tersenyum bangga karna merasa di bela.

Tessa yang sedang memakan sarapan nya hanya memutar bola matanya malas, "Natha aja terus yang dibela,"

Setelah sarapan, mereka berdua pamit untuk berangkat sekolah. Natha merasa ada hal yang ga beres dari sahabatnya ini, karna dari tadi Tessa lebih banyak diam. Ga kaya biasanya yang selalu cerewet.

"Tessa," panggil Natha yang kini agak menengok ke Tessa yang masih ada di boncengannya.

"Hah?"

"Lo mau di motor terus? udah sampe nih," kata Natha membuat Tessa melihat sekeliling. Ternyata mereka sudah ada di parkiran sekolah.

Gadis itu pun kini turun dari motor lalu membuka helm nya.

"Lo kenapa sih dari tadi diem? marah sama gue?" Tanya Natha sambil merapihkan rambut Tessa yang sedikit berantakan.

Tessa menghela nafasnya kasar, "Pas gue banyak omong, lo bilang nya berisik. Giliran gue diem, di tanyain. Mau lo apa sih, Nath?"

"Ya engga gitu, maksud gue lo hari ini beda, Tess."

Tessa diem sebentar, "Cuma perasaan lo doang kali, udah yuk ke kelas. Gue belum ngerjain Pr ekonomi nih,"

Natha memperhatikan Teressa yang kini sudah berjalan menjauhi tempat parkir. Laki-laki itu kini mengambil ponsel nya dari saku celana nya untuk mengecek tanggal di kalender.

"Oh pantesan, Minggu ini jadwal dia datang bulan," monolog Natha lalu kembali memasukan ponselnya.

Natha sudah hafal betul perubahaan mood Tessa waktu datang bulan, bahkan dia sampe hafalin tanggal Tessa datang bulan biar dia punya ancang-ancang kalau Tessa lagi badmood. Emang dasar gemini, Moodyan parah.

Selama pelajaran, Tessa berubah jadi pendiem. Jangankan temen sekelas, Guru-guru aja sampe keheranan, karena biasanya setiap mereka masuk kelas XI IPS 2 mereka selalu disambut oleh suara toa Tessa. Tapi tidak untuk hari ini.

"Selamat siang, anak-anak" sapa Pak Galih yang kini masuk kedalam kelas.

"Siang, pak!"

"Loh kok tumben sepi, Tessa ga berangkat?"

Tessa yang tadinya sedang menidurkan kepalanya di meja itu langsung mengangkat tangan nya tinggi, "Berangkat kok, pak."

Pak Galih kini menghampiri meja Tessa dan Jihan, "Kenapa kamu Tessa? Sakit?"

Tessa menggeleng, padahal dia udah lemes banget.

"Muka kamu pucet banget itu, sana istirahat aja di UKS. Gausah ikut pelajaran bapak dulu," Ucap pak Galih.

"Saya gapapa pak, serius deh."

Pak Galih menghela nafas, anak murid nya ini keras kepala. "Nathanael, kamu bawa Tessa ke UKS ya,"

Natha mengangguk, jujur dia juga khawatir sama Tessa. "Baik pak. Yuk Tess, istirahat di UKS,"

Tessa cemberut, "Pak, gamau ke UKS,"

"Teressa Mutiara," kata Pak Galih membuat Tessa terpaksa mau pergi ke UKS.

Pak Galih kalo udah manggil pake nama panjang itu berarti dia serius.

"Nathanael, jangan macem-macem ya sama Tessa," peringat Pak Galih pada Natha yang kini membantu Tessa berjalan.

"Iyaa lah pak, lagian siapa sih yang mau macem-macem sama dia. Kaya ga ada cewe lain aja," celetuk Natha membuat Tessa memukul kepalanya.

"Kurang ajar,"

"Tess, lo lagi sakit juga masih sempet-sempetnya nabok kepala gue,"

"Bodoamat," balas Tessa.

Pak Galih dan yang lain hanya menggelengkan kepala melihat interaksi kedua sahabat itu. Natha sama Tessa emang gapernah akur.

Natha membantu Tessa untuk tiduran di kasur UKS, laki-laki itu kini menyelimuti tubuh Tessa.

"Mana sih yang tugas jaga?" ucap Natha karna disana sama sekali tidak ada anak PMR yang bertugas.

"Udah, Nath. Gapapa, gue cuma butuh istirahat bentar, paling juga sembuh." kata Tessa membuat Natha menghela nafasnya kasar.

"Tumben banget sih lo sakit gini, Tess. Padahal kan tadi pagi lo udah sarapan,"

"Ya mana gue tau, Nath." balas Tessa yang kini sudah menutup matanya, mencoba untuk tidur.

Natha memperhatikan wajah Tessa dari samping, muka gadis itu bener-bener pucet sekarang. "Mau gue beliin obat?"

Tessa menggeleng, "Gue mau tidur aja, lo balik ke kelas sana."

"Teressa," panggil Natha dengan suara yang mulai bergetar.

Tessa membuka matanya lalu menggenggam tangan Natha, "Gue baik-baik aja, Nath. Jangan khawatir,"

Natha ikut tersenyum melihat Tessa tersenyum padanya.

"Cengeng lo, udah sana balik ke kelas. Pak Galih pasti nyariin," celetuk Tessa membuat Natha segera menyeka air matanya.

"Yaudah gue balik ya, kalau lo butuh sesuatu telfon gue. Bawa hp kan?" Tessa mengangguk lalu memperlihatkan ponsel nya dari balik saku seragamnya.

Setelah Natha pergi dari UKS, tangisan Tessa pecah. Sebenernya dia ga tega liat Natha se-khawatir itu sama dia. Natha aja udah nangis liat dia lemes gini, gimana nanti Natha tau soal penyakitnya?

"Maaf, Nath."

•••

Ga kerasa, sekarang udah jam pulang sekolah. Pas jam terakhir Tessa balik ke kelas, karna dia gaenak udah ijin selama 3 jam pelajaran. Lagian kondisinya juga udah membaik, dia udah ga sepucet tadi. Mungkin karena dia udah tidur selama sejam, ditambah dia udah minum teh hangat yang Natha beliin pas jam istirahat.

Gadis itu kini memasukkan buku-buku nya ke dalam tas.

"Yuk, Tess. Abang gue udah di depan," ajak Jihan.

"eh, hari ini gue balik sama Natha, Ji. Kita mau ke tukang seblak dulu," kata Tessa, biasanya Jihan sama Tessa suka pulang bareng kalo Natha gabisa nganter Tessa pulang.

"Serius?" Tessa mengangguk.

"Nath! Tessa pulang sama lo?" tanya Jihan pada Natha yang masih mengobrol dengan Jimmie.

"Yoi!" balas Natha.

"Yaudah kalo gitu, gue balik duluan ya," Tessa mengangguk lalu membiarkan Jihan pergi dari sana.

Setelah Natha mengobrol soal turnamen basket bulan depan dengan Jimmie, laki-laki itu kini beralih menghampiri Tessa yang sudah menunggunya di depan kelas.

"Udah?" Tanya Tessa, Natha mengangguk.

"Jadi gimana soal turnamen itu?" Tanya Tessa lagi saat mereka sedang berjalan di koridor sekolah.

"Ya gitu, mulai minggu depan gue udah mulai latihan. Nanti lo temenin gue latihan ya," kata Natha membuat Tessa memutar bola matanya malas.

"Udah gede kok minta di temenin," celetuk Tessa.

"Kalo ga ada lo, nanti siapa yang bawain minum gue sama tas gue?"

Tessa memukul lengan Natha, "Gue bukan babu lo, ya."

Natha tertawa, "Terenosaur is back,"

Tessa bedecak membuat tawa Natha semakin keras.

"Nih," Natha memberikan helm pada Tessa. Tiba-tiba ponsel miliknya bergetar, menandakan pesan masuk.

"Kenapa, Nath? Kok diem?"

"Duh, Tess. Kayanya hari ini kita gabisa pulang bareng, Hani bilang ayah nya gajadi jemput,"

Mendengarnya, membuat Tessa menghela nafasnya.Tau gitu dia pulang sama Jihan tadi.

"Mutiara, jangan marah ya,"

"udah sana jemput si Hani aja," kata Tessa lalu melepas kembali helmnya.

"Mutiara, cantik deh."

"Pergi atau gue patahin tangan lo," Tessa memberikan helm itu pada Natha.

"Yaudah iyaa. Jangan marah ya, nanti malem gue ke rumah bawain seblak."

"Jam 8,"

Natha mengangguk, "Siap kapten."

Natha menyalakan mesin motornya, "jangan galak-galak, nanti ga ada yang naksir."

Tessa hendak memukul lengan Natha, namun laki-laki itu segera menjalankan motornya. Tessa pun kini melepas sepatunya dan melemparnya ke arah motor Natha yang hendak keluar gerbang.

BUG!

"mampus," ucap Tessa saat lemparan nya salah sasaran. Sedangkan Natha tertawa keras.

Laki-laki yang terkena pukulan sepatu Tessa itu kini menghampiri Tessa yang dari tadi menunduk. Dalam hati dia menyumpah serapah Natha, sekaligus merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya lemparan sepatunya kena kepala ketua osis.

"Ini sepatu lo?" Tessa menggeleng.

Bukan nya marah, laki-laki itu malah tersenyum gemas. Jelas-jelas dia liat Tessa cuma pake sepatu sebelah, tapi cewe itu masih aja gamau ngaku.

"EH?" Tessa kaget waktu ketua osis ini tiba-tiba pakein dia sepatu.

"Kalo sepatu itu dipake, bukan dilempar." katanya sambil terkekeh.

"Sorry ya, gue beneran ga sengaja." kata Tessa, malu banget dia woi.

"Gue Jeffry," katanya sambil mengulurkan tangan.

"Udah kenal." lagian siapa sih yang ga kenal sama Jeffry Zeroun? ibu warung depan sekolah aja tau. Selain dia terkenal karna ketua osis, Jeffry ini terkenal karena dia ganteng dan pinter. Dia selalu menang kalau ada lomba olimpiade.

"Eh tapi gue beneran minta maaf, jangan lapor guru ya," lanjut Tessa.

Jeffry mengangguk, "Pegel nih, tangan gue,"

Tessa segera membalas jabatan tangan Jeffry, "Teressa Mutiara Tamie, dari kelas XI IPS 2,"

Sebenernya Tessa itu cukup terkenal di kalangan IPS karna dia sahabatan sama Natha yang termasuk murid terganteng di angkatan nya. Tapi karna gedung sekolah IPA dan IPS itu dipisah, jadi maklum lah kalau banyak anak IPA yang ga kenal sama Tessa, apalagi Jeffry.

"Kepala lo gapapa kan?" Jeffry terkekeh lalu menganggguk.

"Gapapa, asal lo mau pulang bareng gue," katanya.

Tessa terdiam mendengarnya, ini pertama kalinya dia ditawarin pulang bareng sama cowo selain Natha.

"Mau?" tanya nya lagi membuat Tessa mengangguk. Lumayan lah ngirit ongkos pulang.

Akhirnya mereka pun pulang bersama.