Chereads / Sincere / Chapter 5 - turnamen basket

Chapter 5 - turnamen basket

Hari ini adalah hari dimana turnamen basket itu diadakan, tim basket sekolah Tessa lawan dengan tim basket sekolahnya Hani. Hal tersebut yang membuat Tessa malas berangkat ke sekolah, tapi Jihan terus saja memaksa Tessa untuk berangkat. Bahkan Jihan rela menjemput Tessa di rumahnya agar gadis itu tidak bisa bolos sekolah. Akhirnya Tessa mau berangkat ke sekolah karena paksaan Jihan.

"Tess, gue mau meeting sama anggota osis, lo tunggu sini. Awas aja ya kalo lo kabur," ancam Jihan pada Tessa yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja.

Jihan itu orang yang suka bersosialisasi, jadi dia dipilih untuk jadi anggota osis inti di sekolahnya. Beda jauh sama Tessa yang mageran, bahkan gadis itu sama sekali ga ada niatan untuk masuk organisasi sekolah satupun.

Kalo ada event sekolah pun, Jihan harus berusaha untuk bujuk Tessa supaya gadis itu datang. Kaya sekarang ini, Jihan bilang akan traktir Tessa es krim kalau dia mau ikut nonton turnamen basket. Tessa akhirnya nurut, karena dia pecinta es krim dan seblak nomer satu.

Tessa hanya menanggapi ucapan Jihan dengan deheman, sedangkan Jihan hanya berdecak kesal mendengarnya sebelum dia pergi ke ruang osis.

Hari ini adalah hari sabtu, seharusnya setiap hari sabtu sekolah nya libur, tapi tidak untuk hari ini karena sekolah mengadakan turnamen basket. Sebenernya siswa ga diwajibkan untuk datang ke sekolah dan menonton turnamen ini, tapi karena pemain tim basket sekolah ganteng-ganteng, jadi hampir semua siswi berangkat untuk mendukung mereka.

"Kalau aja Jihan ga nyogok gue, pasti sekarang gue udah tiduran di kasur sambil nonton drakor episode terbaru," monolog Tessa sambil menghela nafasnya.

Tiba-tiba, ada seseorang menaruh sebuah roti dan susu strawberry di meja nya.

"Nih, sebagai ucapan terimakasih gue karna lo mau berangkat sekolah hari ini," Tessa hanya menatap datar ke arah Natha yang sudah rapih menggunakan seragam basketnya.

"Gausah kepedean deh lo, gue berangkat karna di sogok sama Jihan." ucap Tessa dingin.

"Nath, ayo buruan! Mau pemanasan dulu!" ucap Jimmie yang sudah menunggu Natha di ambang pintu kelass, Natha mengangguk.

"Dimakan ya Tamie rotinya," ucap Natha lalu pergi menghampiri Jimmie.

"Kayanya udah seabad gue ga denger lo manggil gitu, Nath." kata Tessa pelan sambil menatap getir roti dan susu strawberry di depannya.

Tessa baru ingat kalau ia harus minum obat setelah sarapan, tapi waktu di rumah dia ga sempet sarapan. Jadi, dia terpaksa makan roti dari Natha supaya dia tetep bisa minum obat.

Setelah roti nya habis, gadis itu melangkahkan kakinya pergi ke arah koridor khusus loker. Lalu, dia mengeluarkan obat nya dari dalam sana dan meminumnya. Kenapa dia taruh obatnya di loker sekolah? ya supaya orangtua nya gatau kalau selama ini dia sakit.

Obat yang harus dia minum saat pagi dan siang hari dia taruh di dalam loker, sedangkan obat yang harus diminum di malam hari dia taruh di dalam tas sekolah. Pokoknya ga ada satupun obat yang dia taruh di dalam kamarnya.

Setelah minum obat, dia berniat kembali ke kelasnya untuk melanjutkan tidurnya. Jujur, hari ini cuaca lagi mendukung banget buat Tessa tidur.

"aduh!" ucap Tessa saat seseorang dengan sengaja menyenggolnya keras.

"Oh sorry, gue ga sengaja." kata perempuan itu lalu pergi dari sana.

"Kalau aja lo bukan cewenya Natha, udah gue cakar tuh muka," kata Tessa sambil menatap tajam punggung Hani.

Kenapa Hani ada disini? karena Hani itu anggota cheers sekolahnya gitu, jadi setiap ada turnamen basket dia sama kelompoknya selalu dateng buat nyemangatin tim basket sekolahnya.

saat berada di kelas, dia langsung duduk di kursi nya lalu menidurkan kepalanya di atas meja. Baru aja Tessa mau nutup mata, dia dikejutkan oleh suara Jihan.

"Teressa! pertandingan udah mau dimulai, dan lo malah masih ada disini," cerocos Jihan membuat Tessa menghela nafasnya kasar.

"Ji, Lo ga liat apa cuaca aja mendukung gue untuk tidur," balas Tessa sambil menunjuk langit yang lumayan mendung.

"Engga, gue ga ngijinin lo tidur. Ayo cepet ke lapangan," kata Jihan yang kini berusaha menarik tangan Tessa agar bangun dari duduknya.

"Jihan Anastasya, gue mager." rengek Tessa.

"Oh oke, es krim lo hangus," ucap Jihan lalu melepaskan tangan nya dari tangan Tessa.

Tessa berdecak lalu mengejar Jihan yang sengaja meninggalkan nya sendiri di kelas.

"akh, lo sukanya gitu." ketus Tessa membuat Jihan tersenyum senang lalu merangkul bahu sahabatnya itu.

"Masa lo gamau dukung Natha sih," celetuk Jihan membuat Tessa memutar bola matanya malas.

"Gue balik nih ke kelas," Jihan nya ketawa.

"Engga engga, bercanda gue,"

***

Natha bersama tim basketnya masuk ke area lapangan membuat para siswi disana menjerit melihat mereka. Pandangan Natha beralih pada pacarnya yang berada di baris paling depan untuk mendukungnya.

"Natha sayang semangat!" Teriak Hani membuat siswi di sekitarnya menatapnya tidak suka. Natha membalas teriakan Hani dengan hanya tersenyum.

Biasanya Tessa yang selalu berada di barisan paling depan untuk menyemangatinya, namun kali ini dia tidak melihat sosok sahabatnya itu disana. Jujur, rasanya benar-benar asing jika Tessa tidak ada disana.

"Jihan ih gue mau bobo syantik aja dikelas," rengek Tessa keras saat Jihan menarik tangan nya paksa untuk berdiri di barisan depan. Tadi, pas mereka udah sampe di deket lapangan Tessa berniat kabur, jadi mau gamau Jihan menarik tangan sahabatnya itu.

"Tess lo bisa diem ga?" ucap Jihan sambil membekap mulut Tessa karna satu lapangan kini menatap mereka berdua, malu lah si Jihan nya.

Natha mengulum senyum saat Tessa masih saja merengek untuk pergi dari sana. Kalau boleh jujur dia senang karna akhirnya Tessa ikut menonton walaupun dibawah paksaan Jihan.

"fokus, Nath." ucap Jimmie sambil menyenggol lengan Natha yang dari tadi diam menatap Tessa.

Pandangan Natha kini kembali ke arah Hani yang sekarang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"okey okey gue mau nonton," ucap Tessa membuat Jihan tersenyum lebar.

"Tapi dari kelas," lanjut Tessa membuat Jihan menghela nafasnya.

"Itu sih sama aja dodol," ketus Jihan membuat Tessa kembali merengek keras.

"Es krim nya 2 deh," ucap Jihan mencoba membujuk Tessa.

"5"

"3"

"gamau, 4"

Jihan menghela nafas, "okey, deal."

Tessa terkekeh, "Gitu dong dari tadi,"

Jihan memutar bola matanya malas, "eh, gue tinggal ya? baru inget tadi dipanggil Rosa,"

Tessa mengangguk dan membiarkan sahabatnya itu pergi dari sana.

***

Pertandingan sudah dimulai dari tadi, tetapi belum ada satupun bola yang masuk ke dalam ring. Dari tadi Tessa sama sekali tidak tertarik menonton pertandingan nya, bahkan gadis itu sudah pindah ke bangku yang berada di dekat lapagan sambil memainkan ponselnya.

"Natha, Fokus!" ucap Kai karena dari tadi bola basket Natha berhasil di rebut tim lawan. Natha mengusap wajahnya yang sudah sangat berkeringat itu dengan kasar. Dia juga gatau kenapa hari ini permainan nya jelek, padahal setiap latihan dia berhasil masukin bola ke ring paling banyak dari teman-temannya.

Pandangan Natha kini beralih pada Tessa yang sudah bangun dari duduknya, gadis itu sepertinya hendak pergi dari sana karna terlalu bosan.

BUG!

"Tessa!" Teriak Natha.

"Natha, Jangan." ucap Hani yang kini menahan tangan Natha yang hendak menghampiri Tessa.

Wajah Tessa berubah pucat saat pantulan bola basket itu mengenai perut bagian bawahnya dengan sangat keras. Rasanya bener-bener sakit. Gadis itu kini menatap ke arah kakinya saat merasakan sesuatu mengalir dari selangkangan nya, tangan nya kini bergetar hebat.

"Darah," lirih Tessa sebelum pandangan nya berubah gelap.

"Tessa!" Jihan kini beralih menghampiri Tessa yang sudah pingsan dengan darah yang terus mengalir dari bawah.

"Natha, kalau kamu kesana, kita putus!" Bentak Hani saat Natha hendak menghampiri Tessa lagi.

Natha berteriak frustasi lalu pergi dari sana, bukan menghampiri Tessa, melainkan pergi ke rooftop untuk menenangkan fikiran nya.

"Natha!" panggil Hani keras, namun Natha tetap saja pergi dari sana.

Laki-laki yang tidak sengaja melempar basket ke arah Tessa itu segera mengangkat tubuh Tessa, "Gue bakal tanggung jawab, sekarang gue bawa dia ke rumah sakit,"

"Gue ikut," Kata Jihan yang kini ikut berdiri.

"Tunggu!" teriak Jeffry dari jauh sambil melepas jas almamaternya.

"Udah sana cepet bawa Tessa ke rumah sakit," ucap Jeffry yang baru saja menaruh jas almamaternya di paha Tessa.

Laki-laki itu mengangguk lalu membawa Tessa ke mobilnya diikuti Jihan dari belakang. Sebenarnya Jeffry ingin ikut pergi ke rumah sakit, tapi gamungkin dia ninggalin semua tugasnya, emang nasib seorang ketua osis.

Jeffry memutuskan untuk mengundurkan turnamen basket ini. Selain kondisinya tidak memungkinkan, kedua tim basket ini tidak bisa melanjutkan pertandingan karna ketua tim mereka tidak ada. Ya, Natha dan laki-laki tadi adalah ketua tim basket mereka.

***

Natha melihat para siswa yang berjalan keluar gerbang sekolah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, jujur dia marah pada dirinya sendiri karna disaat Tessa membutuhkannya, dia malah tidak ada di sebelah gadis itu. Tapi disisi lain, dia tidak mau putus dengan Hani.

Pandangan Natha kini beralih pada Hani yang sedang berdiri di dekat gerbang sekolah menunggu jemputan papahnya, Sebenarnya tadi Natha sudah menawarinya tumpangan pulang, namun Hani tetap saja menolaknya. Natha menghela nafas nya kasar karna Hani menjadi marah padanya.

Tidak begitu lama, dia melihat sebuah motor berhenti tepat di depan Hani berdiri. Pria itu membuka helmnya lalu mencium kening Hani sekilas, Hani memukul lengan pria itu sambil celingak-celinguk. Setelah dirasa sepi, Hani mencium pipi pria itu sebagai balasannya. Lalu ia naik ke atas motor pria itu dan mereka pergi dari sana.

Natha tersenyum getir melihatnya, dia tau betul kalau pria tadi bukan Papahnya Hani. Karena sebelumnya ia pernah bertemu dengan beliau.

Natha mengacak rambutnya frustasi, seharusnya ia percaya dengan ucapan Tessa minggu lalu. "Tessa, maafin gue."