Chereads / Menikah dengan Mantan / Chapter 30 - Bab 30

Chapter 30 - Bab 30

PERINGATAN KERAS, SEBELUM MEMBACA TERLALU DALAM INGAT INI GENRENYA APA YA GUYS... JADI JANGAN KOMPLAIN...

AREA 21++ JADI YANG TIDAK SUKA LANGSUNG SCROOL PALING AKHIR BIAR MATA KALIAN TIDAK TERNODAI...

HAPPY READING....

Pada akhirnya Raka menyerah. Ia pun membalas ciuman Kenan lebih dalam lagi. Lidah mereka sudah saling membelit satu sama lain. Mereka berdua begitu rakus mencecap manisnya bibir lawannya. Mereka berdua berjalan ke kamar dengan masih saling membelitkan lidah satu sama lain. Beberapa barang terjatuh karena tidak sengaja tersenggol oleh tubuh mereka.

Kini Kenan dan Raka sudah ada di dalam kamar, posisi Raka sudah terbaring dan menatap sensual Kenan. "Fuck, me," ucapnya dengan nada sensual.

Seperti orang yang lupa ingatan, Kenan pun terbuai untuk menyentuh tubuh kekasihnya. Ia melupakan Qia yang ada di ruang televise sedang tertidur. Melihat wajah Raka yang tadi begitu tidak bersemangat dan ternyata kekasihnya itu tidak menaruh apapun di minumannya membuat dirinya merasa bersalah. Kenan melepaskan kaos yang di pakainya, kemudian merangkak naik ke atas tempat tidur.

Raka sudah menggoda kekasihnya dengan wajah sensualnya. Tangan Kenan kini memegangi ujung baju Raka kemudian dengan gerakkan perlahan ia melepaskan kaos yang digunakan Raka. Kini bagian atas tubuh mereka sudah tidak ada kain yang menutupi. Bibir mereka kembali saling bertautan menghisap, melumat bibir pasangannya.

Tangan Raka dan Kenan sudah bergerak ke bagian bawah. Dengan cekatan Raka dan Kenan sama-sama membuka reseleting celana pasangannya. Hanya satu kali tarikan celana luar mereka sudah tertarik ke bawah. Mereka melepaskna pagutan mereka kemudian melepaskan celana mereka masing-masing. Kini hanya ada CD yang masih menempel di tubuh mereka. Tangan Raka sudah aktif membelai belalai Kenan sedangkan tangan Kenan aktif menyelusuri bentuk tubuh kekasihnya.

Ciuman Kenan turun ke leher Raka, kemudian dada Raka. Ia memainkan lidahnya di ujung punting Raka membuat sang empunya menggerang nikmat. Satu tangannya sedang memilin ujung dada Raka yang lainnya. Kini bukan hanya desahan Raka saja yang keluar, tetapi desahan Kenan pun sudah keluar.

Tangan Raka dengan terampil terus merangsang belalai Kenan yang masih terbalut rumahnya. Kenan mengangkat wajahnya kemudian menatap wajah Raka yang sudah sagat menginginkan sentuhan lebih. "Say, fuck, me!" ucap Kenan yang satu tangannya kini mengusap belalai Raka dari balik sangkarnya.

"Fuck, me."

"One, more," ucap Kenan seraya tersenyum.

"Fuck, me, sayang."

Kenan tersenyum kemudian ia memagut kembali bibir Raka sebelum ia berdiri dan mengambil pelumas di dalam nakas sebelah tempat tidur mereka. Kenan kembali dan menindih tubuh Raka yang tersenyum menatapnya. Tangannya kini menarik sangkar yang menutupi belalai Raka dengan wajahnya yang tersenyum menatap kekasihnya yang juga tersenyum.

Kini ia bisa melihat, belalai kekasihnya yang masih belum bangun. Padahal belalai miliknya saja sudah siap bertempur dengan belalai kekasihnya. Tangan Kenan terulur untuk memegang belalai Raka, kepalanya kini sudah mendekat di depan belalai Raka. Perlahan ia memijat naik turun belalai Raka kemudian ia pun menyentuhkan lidahnya di ujung belalai Raka. "Sst…" ucap Raka mencoba menahan desahannya.

Hanya di ujung saja ia sudah merasakan sensasi yang berbeda di tubuhnya. Kenan tersenyum, ia pun mulai menarikan lidahnya di ujung belalai Raka membuat suara desahan itu kini terdengar jelas. Kenan pun mulai memasukkan belalai Raka ke dalam mulutnya, kemudian ia menggerakkan kepalanya naik turun bersamaan dengan tangannya yang memegang belalai Raka itu naik turun.

Desahan Raka kembali terdengar, tangan Raka pun sudah menarik rambut Kenan karena kenikmatan yang dibuat kekasih. "Oh… sayang. Fuck, me, pliss, sayang," desahnya yang meminta lebih.

Kenan semakin mempercepat gerakkan naik turunnya di belalai Raka membuat Raka semakin mendesah, dan tubuhnya bergerak tidak karuan meminta lebih. Satu tangan Kenan pun juga sudah bemain di belalainya yang masih tertutup sangkar. Raka yang sudah tidak tahan membalikkan keadan dirinya kini sudah berada di atas tubuh Kenan.

Dengan kasar ia melepaskan sangkar Kenan supaya belalai kekasihnya itu bisa segera memasukinya. Kenan hanya tersenyum saja dengan perlakuan Raka padanya. Raka pun kini sudah bermain didada Kenan, menghisap, memelin, menjilati puncak dada Kenan. Tangan Kenan menjambak rambut kekasihnya itu untuk meyalurkan rasa nikmat di tubuhnya.

Satu tangan Raka meraih gel pelumas kemudian ia melepaskan jilatannya di dada Kenan. Ia menumpahkan gel ke telapak tangannya kemudian menumpahkannya di belalai Kenan yang masih kering. Satu tangannya ia gunakan untuk mengurut belalai Kenan dan satu tangannya yang lain ia gerakkan untuk membuka jalan masuk belalai Kenan ke gua sempitnya.

"Berbaliklah, " ucap Kenan yang di mengerti Raka. Raka segera membalikkan tubuhnya dan menghadapkan guanya tepat ke wajah Kenan. Tangan Raka bermain di belalai Kenan dan bibirnya kini meraup telur puyuh Kenan. Jemari Kenan kini sedang membuka jalan gua Raka, desahan mereka memenuhi kamar kedap suara itu. Kenan sudah benar-benar tidak mengigat lagi ada Qia di appartement itu. Ia hanya ingin mendapatkan kepuasan dan pelepasan.

Keinginannya bersama Qia bukan benar-benar ingin mengubahnya menjadi pria normal. Ia hanya ingin kakeknya berhenti mendesaknya, dan ia masih bebas bersama Raka. Walau hatinya sendiri bimbang untuk sementara melepaskan Raka dan memulai kembali hubungannya bersama Qia.

Setelah mendapatkan pelepasannya masing-masing Kenan dan Raka pun tertidur dengan nyaman. Kenan yang tidur terlentang sedangkan Raka yang tidur miring memunggungi Kenan.

Sekitar pukul empat dini hari, Qia membuka matanya. Ruangan yang terang benderang yang pertama kali ia lihat. Ia pun bangun sambil menyibak selimutnya kemudian mendudukkan dirinya sambil memegangi kepalanya yang sedikit berat. "Au!" pekiknya ketika kakinya menginjak lantai. Mata Qia langsung terbuka lebar dan mengangkat kakinya ke atas. Ia menginjak pecahan botol yang belum di bereskan tadi malam. Ia mencabut pecahan kaca itu, walau tidak begitu dalam tapi cukup membuat darah segar mengalir dari kakinya dan robekan di kaki sekitar satu centimeter lebih mungkin.

"Ah, sialan!" makinya sambil mencabut pecahan botol itu dari kakinya. Kini matanya menatap kesekelilingnya. "Apa ada perang tadi malam?" tanya Qia menatap ruangan yang berantakan. Beberapa barang terjatuh dan pecahan botol berserakan di lantai.

Qia mengambil beberapa lembar tisu yang ada di atas meja untuk membersihkan lukanya. Darahnya masih tidak mau berhenti padahal ia sudah menekannya menggunakan tisu. Ia pun menarik selimut yang ia pakai tadi kemudian menekannya ke lukanya agar berhenti. Suara pintu kamar terbuka yang menampilkan raut wajah Kenan yang terlihat panik dengan wajah baru bangun tidurnya itu membuat Qia terdiam.

"Ta, kamu kenapa Ta?" tanya Kenan khawatir dan ia berjalan cepat ke arah Qia.

"Berhenti, pak!" ucap Qia sambil merentangkan satu tangannya kedepan membuat Kenan langsung menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Kenan bingung. Matanya kini melihat satu tangan Qia yang sedang memegangi kakinya kemudian matanya melihat tisu yang terdapat darah di atas meja.

"Kamu kenapa, Ta?" tanya Kenan lagi dengan wajah paniknya dan ia akan kembali melangkah.

"Pak Kenan, berhenti di situ!" ucap Qia cepat. Kenan kini tidak mempedulikan perkataan Qia, ia kembali melangkahkan kakinya menuju Qia.