***Sudut Pandang Hana***
Setelah diantar Rey sampai ke apartemenku, aku lalu langsung mandi karena tubuhku sudah sangat lengket. Aku melepaskan semua pakaianku dan mulai menyalakan shower. Entah mengapa, rasanya aku sedang ingin.
Ya, ingin bercinta.
Memang salahku sih, waktu itu aku menolak Rey untuk melakukannya. Tapi bagaimana lagi? Saat itu kepalaku sedang dipenuhi oleh Faris, karena itu aku sedang engga mood. Karena itulah sekarang aku malah merasa terangsang. Aku berpikir bahwa besok aku akan seks dengannya, namun setelah aku selesai mandi, dia memberitahukan kepadaku bahwa ia besok akan mengajak Rena jalan-jalan.
Sayang sekali, padahal aku sedang sange banget.
Aku juga merasa sedikit cemburu, tapi mengapa? Rena kan adiknya, mana mungkin Rey berbuat kepada adiknya.
Mikir apa sih aku.
Sembari berbaring di kasur, aku membuka galeri. Aku melihat-lihat foto Rey yang sudah ku gabungkan dalam satu folder. Foto-foto yang pernah kuambil dari ponselku secara diam-diam. Aku bahkan pernah mengambil foto penisnya saat ia sedang tidur. Selain itu aku punya foto-foto Rey yang bertelanjang dada ketika dia menginap di rumahku.
Ya, Rey sangat seksi.
Tubuh Rey memang biasa aja, tidak seperti roti sobek, namun aku malah lebih suka yang biasa saja, tubuh berotot terlihat sangat mengerikan bagiku. Dia tidak tahu kalau aku menyimpan ratusan fotonya, dia juga tidak tahu bahwa diam-diam aku sering masturbasi dengan fotonya, walaupun kami sudah melakukan seks.
Sambil melihat-lihat foto Rey, aku mengapit bantal guling di selangkanganku dan menggesek-gesekkannya, lalu aku memasukan tanganku ke dalam baju dan memainkan pentil payudaraku. Saat sudah menemukan foto yang sempurna, aku meletakkan ponselku di atas bantal. Lalu aku tengkurap, tangan kananku memainkan payudara, dan tangan kiriku mencolek-colek vaginaku secara cepat.
Rasanya enak banget.
"Aaaah,...Rey....."
Semakin merasa nikmat, semakin keras aku mendesah. Begitu terus hingga akhirnya aku mencapai ejakulasi. Ya, sampai basah celana dalamku, padahal aku baru saja mandi dan mengganti pakaian.
"Ah, besok aja deh mandi lagi.."
Sudah larut malam sekali, aku juga sudah lemas, lemas karena lima hari ini menjadi panitia Pesimis, lemas juga karena masturbasi. Aku terlelap tanpa aku menyadarinya, sampai pagi hari aku dibangunkan oleh panggilan masuk dari Ibuku.
Tidak ada angin atau badai, Ibuku menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Oleh karena itu aku langsung mandi dan bersiap-siap. Aku pergi ke sana dengan ojek daring, rumah Ibuku lumayan jauh, berada di perbatasan pusat ibukota. Saat sampai di sana aku langsung di sambut oleh teh hangat buatan ibuku.
Sembari menyeruput tehnya, aku bertanya, "ada apa ibu menyuruhku ke sini?"
"Ah enggak, cuma kangen aja nak.." jawab ibuku.
"Ayah pasti engga pulang lagi kan?"
"Ah, kamu tau aja..,---bagaimana sekolahmu? Kemarin kamu jadi panita kan? Lancar acaranya?"
Sudah kuduga, pasti ayahku sibuk lagi.
Ya, ayahku memang seringkali pergi keluar kota karena pekerjaannya itu yang membuat ibuku sering sendirian di rumah. Aku tidak membencinya, namun ya aku sedikit kesal karena dia seringkali mementingkan pekerjaannya. Aku tahu mungkin ayahku tidak separah Ayah Rey yang dahulu, tapi tetap saja. Sejak kecil jarang sekali aku bermain dengan Ayahku, malahan aku lebih sering bermain dengan Pamanku.
"Lancar kok, Bu. Sempet ada masalah sih, tapi udah diatasi sama Rey.." balasku.
"Eh? Rey itu siapa?" Ibuku bingung.
Oh ya, aku belum pernah cerita soal Rey.
Aku lalu menceritakan tentang Rey, bahwa dia itu pacarku. Aku menceritakan sejak kami bertemu, tentunya aku tidak menceritakan hal yang berhubungan dengan seks. Aku membuat cerita yang agak berbohong sedikit. Aku menceritakan bahwa aku bertemu Rey saat sepulang sekolah, kami tidak sengaja bertemu. Setelah sekian lama, Rey mulai perhatian dan dia menyatakan perasaannya kepadaku saat kami jalan-jalan ke mall. Ya, memang berbohong tapi engga sepenuhnya bohong.
"Kedengarannya dia seperti anak yang baik yah.., syukur deh kalau gitu. Ibu restuin kok.." ujar Ibuku.
"Apaan sih, ibu. Orang cuma pacaran kok! Kan belum mau menikah.." sahutku dengan malu.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada panggilan masuk dari Ayu.
"Halo, Hana. Kamu lagi free ga?" Tanya Ayu.
"Ya, bisa dibilang begitu.." sahutku.
"Bagus. Mau ikut ga? Jalan-jalan ke mall bareng Novi sama Amanda!"
"Eh? Kamu ngajak aku??"
"Ya iya lah! Ayo, mau ikut ga? Kalau ikut nanti aku jemput.."
"Wah, mau dong! Aku mau ikut!"
"Oke kirim lokasinya ya!"
Aku menutup telfonnya lalu melihat ke Ibuku. Dia lalu menganggukkan kepalanya menandakan aku boleh pergi bermain. Ini adalah pertama kalinya aku pergi jalan-jalan selain bersama Rey. Lumayan lama untuk Ayu datang menjemputku, aku lalu masuk ke dalam mobilnya. Saat masuk ke dalam, aku langsung sadar bahwa mobilnya Ayu tidak lebih bagus dari mobilnya Rey.
Lagipula mikir apa sih aku,
hal engga penting begitu.
Setelah sampai di mall kami langsung menuju tempat yang paling disukai wanita, yaitu toko baju. Aku tanpa sengaja melihat bagian yang terdapat banyak baju tanpa lengan, dengan kata lain baju yang menunjukkan ketiak. Karena itu seketika aku teringat dengan Rey, aku lalu melihat-lihat hingga menemukan yang berwarna merah muda. Aku menempelkan baju itu ke badanku di depan kaca, namun aku tidak tahu pasti karena tidak mencobanya.
"Wah bagus tuh, Hana!" Ujar Novi yang lalu menghampiriku.
"Bagus kah? Hmmm..." aku masih ragu.
"Lumayan juga sih, kenapa engga kamu coba aja?" Saran Ayu.
Aku lalu mencobanya di ruang ganti, menurutku bagus, entah menurut mereka bagaimana. Aku lalu keluar dari ruang ganti dan menunjukkan kepada mereka.
"Bagaimana?" Tanyaku.
"Hmm, coba berpose unjuk ketiak!" Ujar Novi.
Tanpa sadar aku menuruti perkataannya, aku berpose bagaimana layaknya saat aku dan Rey sedang bercinta.
"Begini?" Tanyaku lagi.
"Cocok banget, enak ya ketiaknya mulus begitu.." balas Ayu.
"Hmm, Hana keliatan kayak wanita dewasa gitu sih.., padahal rambutnya dikepang.." ujar Novi.
"Bagus kok, Hana. Beli aja!" Kata Amanda.
Biasanya aku sangat bisa menahan diri untuk berbelanja di mall seperti ini, namun entah mengapa karena mereka aku jadi bebas dan mengikuti mereka. Namun kurasa itu engga salah, mungkin aku saja yang pertama kali merasakan berbelanja dengan teman. Setelah berbelanja, kami makan siang di restoran cepat saji yang ada di mall. Sembari makan, mereka saling cerita dan curhat tentang hubungan percintaan mereka. Mereka juga bertanya tentang aku dan Rey, namun aku hanya menjawab bahwa kami baik-baik saja.
Hal yang baru kutahu soal wanita, mereka itu mudah sekali terkagum oleh suatu hal. Entah itu cowok ganteng, aksesoris, dan banyak lagi. Mereka juga menganggap semua hal itu lucu, sedikit-sedikit foto. Namun mungkin itu tidak aneh, lagi-lagi pasti aku yang norak karena tidak pernah merasakan mempunyai teman sebelumnya. Seharian ini hingga sore, banyak sekali tempat yang kami kunjungi, berbagai macam barang kami beli, sampai-sampai kami kesulitan membawanya. Baru kali ini aku benar-benar menghabiskan uang yang banyak dalam sehari, tapi aku rasa itu gapapa. Lagipula aku memiliki teman sekarang. Sekarang kami berjalan menuju parkiran mobil untuk pulang, parkirannya berada di seberang mallnya, sembari berjalan dipinggir jalan aku melamunkan tentang hari ini.
Ternyata seru juga ya...
...memiliki teman.
Sebelumnya aku trauma karena di tipu teman.
Membuatku menjauhi pergaulan wanita.
Hanya memiliki Rey.
Namun Rey sekarang sedang bersama Rena...
...karena itu aku sekarang bersama temann-temanku.
Sebentar...
Aku tiba-tiba teringat dengan perkataan Faris saat kami memesan burger pada hari itu.
"Apa kamu yakin Rey itu tulus sama kamu?"
"Apa kamu pikir Rey engga akan bosan karenamu?"
"Pastinya kalian sudah bercinta, kan?"
"Tapi sampai berapa kali 'blowjob'mu itu membuatnya puas?"
"Rey mungkin orang yang baik, tapi dia juga cowok"
Mungkinkah?
Rey akan setega itu..
Dia membuatku memiliki teman.
Karena dia ingin lepas dariku?
Apa dia sudah bosan denganku?
Tidak!
Aku benci Faris..
..dia memang hebat mempermainkan perasaan wanita.
"-----ana!!!! Awas!!!!"
Suara seseorang seperti memperingatkanku. Aku tidak mendengarnya. Saat aku melihat ke kiri, ada sebuah motor yang melaju sangat cepat ke arahku. Namun aku tidak bisa menghindar. Motor itu menabrak tubuhku dengan kencangnya, hingga aku sempat melayang sesaat. Setelah itu aku hanya melihat langit yang mulai mendung. Aku tidak bisa merasakan apapun. Lalu aku tidak ingat apapun lagi.
*****
.
.
.
....
...
Saat aku terbangun ada Rey yang tidur sembari memegang tangan kananku dipinggiran kasur tempat aku berbaring.
Aku lega...
...rasanya aku baru saja bermimpi bahwa aku akan kehilangan Rey.
Namun Rey sekarang ada di sampingku, itu sudah cukup. Aku tidak mau memikirkan hal itu lagi.
Aku cepat pulih dari kecelakaan itu, namun aku masih harus menggunakan gips di tangan kiriku, karena lengan kiriku hampir patah. Setelah pulang dari rumah sakit aku cuti sekolah untuk seminggu di rumah Ibuku. Aku di rawat oleh Ibuku, setiap hari Rey datang untuk menjengukku. Oleh karena itu Ibuku sekarang mengenal dan semakin dekat dengan Rey. Amanda, Novi, Ayu, dan Febi juga menjengukku saat aku sudah di rumah. Mereka memberikan tandatangan mereka di gips, entah apa tujuannya, tapi aku merasa senang. Mereka benar-benar perhatian kepadaku.
Setelah seminggu cuti, aku pergi ke sekolah Minggu selanjutnya walaupun tanganku masih terlapis oleh gips. Saat di sekolah juga semua orang perhatian denganku, mereka juga ikut menandatangani gips yang ada di lenganku.
Rey dengan sabar menjemput ke sekolah dan mengantarku kembali ke apartemenku. Ibuku sepertinya sudah percaya dengan Rey dan memintanya untuk merawatku. Meskipun kondisiku sedang begitu, kami tetap berciuman. Ya itu juga karena aku yang memintanya. Aku juga seringkali meminta Rey untuk memuaskanku, namun saat aku ingin memuaskannya, dia menolak, dia engga ingin aku melakukan di kondisiku yang sekarang. Padahal sebenarnya aku bisa-bisa aja melakukan oral seks kepadanya juga.
Malam ini juga, setelah selesai memakan makanan yang Rey buatkan untukku, aku menciuminya. Namun dia agak sedikit menolak, karena itu aku jadi teringat saat aku kecelakaan. Ya tentang perkataan Faris soal Rey akan bosan kepadaku.
"Rey, kenapa sih kamu menolak terus buat berhubungan sama aku? Barusan dicium aja begitu.." tanyaku dengan sebal.
"Kamu ini ya, jelas-jelas kamu sedang kesulitan begitu.., jangan nyusahin diri buatku. Aku bisa tahan kok.." ujar Rey.
Aku terdiam sejenak.
"Kalau nanti kamu udah bisa lepas gipsnya, baru nanti kita bebas ngapain aja.., buat sekarang sabar dulu ya sayang.." lanjut Rey menenangkanku.
"Rey.." panggilku.
"Iya?"
"Apa kamu engga bosen sama aku? Apalagi sekarang aku engga bisa blowjob kamu.."
"Aku engga pacaran sama kamu cuma buat blowjob. Aku juga peduli sama kamu.."
"Tapi kenapa kamu akhir-akhir ini selalu menjauh dariku? Kalau sange mah jangan ditahan-tahan. Walau begini, aku masih bisa kok blowjob kamu.."
Rey terdiam melihatku, sepertinya perkataanku berhasil. Dia lalu memeluk tubuhku dengan erat dengan cukup lama, lalu ia mencium bibirku dengan sangat nafsu hingga aku berbaring di kasur.
"Aku memang sudah lama sange, aku menahannya, Hana. Karena aku engga mau kamu jadi makin sulit..." Ujar Rey.
"Kalau begitu ayo blowjob, kan bisa kamu yang gerakin kepalaku.." Sahutku.
Rey terlihat sedikit kesal karena aku yang keras kepala, namun tak lama dia menghela nafas dan tersenyum padaku, menandakan dia menyerah.
"Oke. Kamu senderan di dinding.." ujar Rey
Aku lalu duduk bersandar di dinding, Rey berdiri melepas celananya dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Posisi penisnya sangat pas dengan mulutku, tanganku bisa beristirahat di dengkul dan juga tidak menyulitkannya untuk bergerak maju mundur. Lalu Rey menggerakan kepalaku maju mundur berulang kali. Aku hanya pasrah saja sembari melihat wajah Rey yang merasa nikmat dan mendesah itu. Tidak perlu waktu yang begitu lama, spermanya Rey muncrat dan memenuhi mulutku hingga luber. Ternyata Rey benar-benar sudah lama menahannya.
Setelahnya, Rey membersihkan tubuhku seperti biasanya. Aku memperhatikannya, dia sama sekali tidak menunjukkan wajah enggan merawatku. Dia terlihat sangat tulus, seperti orang yang benar-benar mencintaiku. Sebelumnya aku berpikir bahwa Rey lah yang beruntung bisa berpacaran dengan orang yang kecanduan seks sepertiku, tentunya karena bisa minta jatah berkali-kali.Namun aku tersadar, justru aku lah yang beruntung berpacaran dengan Rey, dia benar-benar orang yang setia. Dia peduli untuk merawatku hingga pulih kembali, bukannya malah meninggalkanku.
*****
Beberapa minggu kemudian, di gang buntu dan sempit. Suasana lembab karena hujan deras, dingin yang menusuk kulit. Aku tidak berdaya. Orang brengsek itu melumpuhkanku. Dia memanfaatkan kelemahanku untuk keuntungannya.
Rey?
Kamu ada di mana?
Tolong aku.
Selamatkan aku.