Setelah Faris pergi, hari ke-5 atau hari terakhir Petisi tetap berjalan sebagai semestinya. Semuanya lancar, tanpa ada kendala sedikitpun. Saat kami evaluasi setelah acara selesai, kepala sekolah mengatakan acaranya sukses besar. Kepala sekolah juga bilang bahwa dia akan memberikan hadiah di kemudian hari. Setelah selesai evaluasi, Aku dan Hana dijemput oleh Rena untuk makan malam di restoran yang Rena sangat penasaran untuk kunjungi.
Kami bertiga pergi ke sana dan menikmati masakan laut khas korea yang kabarnya sedang banyak diminati oleh kalangan muda, tanpa berpikir panjang, aku bisa mengatakan bahwa malam ini merupakan malam yang cukup spesial. Karena pada malam itu adalah malam ulang tahunnya Rena. Aku dan Hana berinisiatif untuk merayakannya lebih awal. Kami membelikannya kue yang kebetulan dijual di mall tempat restoran Korea itu berada. Walaupun mahal, kami tetap membelinya.
"Selamat Ulang Tahun, Rena!"
Kami merayakan Ulang Tahun Rena di rumahku, tentunya Rena baru tahu bahwa kami membeli kue untuknya saat sudah sampai di rumah. Rena terkejut dan terharu, kalau dipikir-pikir sudah lama aku tidak merayakan Ulang Tahun Rena. Kami lalu memotong kuenya dan memakannya bersama-sama, namun masih banyak tersisa karena kami sudah makan sebelumnya. Setelah itu aku mengantarkan Hana pulang ke apartemennya, aku lalu kembali ke rumah, ternyata Rena sudah tertidur di sofa. Aku lalu mengangkatnya dan membawanya ke kamarnya, dia cukup berat saat aku bawa.
Tak lama, ponselku berdering, ayah yang memanggil.
"Rey? Kamu di rumah?" Tanya Ayah.
"Iya, aku di rumah. Kenapa?" Sahutku.
"Apa Rena masih bangun?"
"Dia udah tidur.."
"Oh gitu, bagus deh.."
"Emangnya kenapa, yah?"
"Kamu keluar sini.."
Lalu aku keluar dari kamarku menuju halaman rumah, di sana ada ayahku seperti sedang kesulitan. Di sana terdapat sebuah kue dan boneka beruang yang cukup besar.
"Kue sama boneka? Buat siapa yah?" Tanyaku.
"Buat siapa lagi? Ya Rena lah" jawabnya.
"Oalah, ayah ingat ya.."
"Tentu lah! Aku kan ayah kalian.."
Aku senang, ternyata ayah memang sudah berubah. Dibandingkan dulu, sekarang ayah bisa menyempatkan diri untuk anaknya. Ayah pasti kesulitan mencari kue dan boneka di larut malam begini. Setelah itu kami membawa kue dan bonekanya, aku membawa boneka sedangkan ayah membawa kuenya. Rena juga terkejut dan terharu karena ayah mengingat ulang tahunnya, dia hanya memakan sedikit kuenya. Namun karena mengantuk, dia tidur kembali. Aku dan ayah lalu mengobrol di ruang tengah, dia bertanya tentang bagaimana acara sekolahku, aku menceritakan semua yang telah terjadi sejak hari pertama hingga hari terakhir.
"Faris Farendra ya? Dia itu anaknya Frans Farendra..bukan sih?" ujar Ayah.
"Ayah kenal?" Tanyaku.
"Engga begitu sih, tapi ayah sering melihat namanya.."
"Begitu.."
"Memangnya kenapa anak itu? Apa dia mengganggu hubungan kalian?"
"Gimana ya.., bisa dibilang begitu sih.."
"Kalau ayah jadi kamu, ayah akan ajak berantem Faris itu untuk unjuk diri di depan Hana!"
"Oh! Ayah dulu begitu juga saat pacaran sama ibu??"
"Ah, enggak.."
"Kok?"
"Bagaimana ya, ibumu itu. Orang yang pemberani." Ayahku menghadap ke atas dan tersenyum.
"Pemberani seperti apa?"
"Dulu saat kami masih baru kenal, ayah lumayan terkenal loh, ayah seringkali didekati cewek-cewek, tapi ayah dulu engga punya keberanian untuk menolak cewek-cewek. Akhirnya Ibumu datang seolah-olah melindungi ayah, dia mengajak ribut semua cewek yang ganjen ke ayah. Sampai akhirnya kami akhirnya pura-pura pacaran demi ga dideketi cewek-cewek lagi..."
"Wahh, pasti selanjutnya Ayah suka beneran dan langsung nembak ibu kan!"
"Ah, enggak juga. Ayah memang punya perasaan, tapi ayah saat itu masih tidak punya nyali, ibumu lah yang pertama kali menembak ayah.."
"Ah.., kok ayah payah banget..."
"Yah, begitulah. Karena ibumu, aku sekarang bisa menjadi jantan begini.."
"Tetap saja, dulunya begitu.."
"Hehehehe. Oh iya, ngomong-ngomong besok kamu libur kan?"
"Iya, kan besok Sabtu.."
"Kalau begitu kamu ajak Rena jalan-jalan! Nanti ayah transfer uangnya.."
"Kenapa engga ayah juga?"
"Ayah masih punya urusan, soalnya ayah sekarang kabur, kalau nanti siang engga balik lagi, perjanjiannya bisa batal.."
"Hmm, yasudah lah.."
Setelah itu aku pergi ke kamarku untuk tidur, sembari memikirkan kemana aku akan mengajak Rena besok. Lalu aku izin ke Hana untuk seharian bersama Rena, aku diperbolehkan tentunya, lagipula buat apa aku izin ke Hana, dasar aku.
Pagi harinya, Rena terkejut dengan adanya boneka yang besar di kamarnya. Dia sepertinya lupa bahwa semalam dia mendapatkan hadiah ulang tahun dari ayah, semalam dia dalam keadaan mengantuk. Setelah aku dan Rena sudah siap, kami langsung menaiki mobilku, kebetulan mobilku sedang ada di rumah. Aku juga sudah memilki SIM yang membuatku merasa aman membawa mobil. Meskipun begitu aku masih belum tahu mau kemana membawa Rena. Aku lalu langsung membawa mobilku ke arah pusat kota.
"Rena, kemana ya?" Tanyaku.
"Lah? Kan Kakak sendiri yang ngajak, masa engga tau mau kemana?" Balasnya.
"Gimana ya, aku juga engga terlalu tau.."
Kami berdua terdiam sejenak.
"Kalau begitu, kita ke mall saja.." ujar Rena.
"Mall? Ah oke!"
Tumben sekali Rena bisa memutuskan pergi kemana,
biasanya dia hanya menyerahkannya kepadaku.
Apa saja yang terjadi dengannya selama aku tidak di rumah?
Walaupun kami berangkat pada pagi hari, namun saat kami sampai di sana, hari sudah mulai terik karena seperti biasanya, pusat kota selalu macet. Aku berpikir bahwa menggunakan motor lebih baik, bisa selap-selip. Saat sampai di sana, tempat pertama yang kita kunjungi adalah toko baju. Ya, tipikal Rena. Padahal bajunya banyak tapi ia bilang bahwa bajunya hanya sedikit. Ketika melihat-lihat baju, aku menemukan bagian kacamata. Seketika aku teringat dengan Hana.
"Rena, coba deh pakai ini.." ujarku sembari memberikan kacamata merah itu kepadanya.
"Kenapa? Hmm, bagaimana?" Sahutnya sambil memakai kacamatanya.
Lumayan juga, Rena terlihat lebih cantik memakai kacamata.
Apa mungkin aku memiliki fetish kacamata juga?
"Terlihat cantik!"
"Hmm, dasar Kak Eyan..., Pasti kak Eyan mau bandingkan aku sama Kak Hana kan?" Tanyanya dengan sebal.
"Ahh, engga juga kok.."
"Huft. Kalau begitu, lebih cantik siapa? Antara aku dan Kak Hana.."
Sial. Pertanyaan menjebak. Aku harus jawab apa?
Oh iya! Cari aman!
"Rena, kalian berdua itu sama-sama cantik kok.." ujarku dengan nada menggombal.
Sepertinya berhasil. Rena terlihat malu-malu. Setelah itu kami berdua ke kasir untuk membayar baju yang Rena beli. Padahal sedikit lagi kami sampai di pintu keluar, namun Rena melihat bagian kosmetik dan itu menariknya. Dia terlihat mencoba kosmetik yang ada di situ, bahkan dia juga mencoba lipstik merah muda yang terlihat ia sangat sukai itu. Kalau dipikir-pikir, seingatku sebelum aku pergi dari rumah, Rena tidak begitu memikirkan penampilannya.
Kira-kira apa yang merubahnya ya?
Apa karena pubertas?
Atau jangan-jangan dia sudah punya pacar?
Rena sepertinya sangat tertarik dengan lipstiknya, oleh karena itu untuk mempersingkat waktu, aku langsung membelikannya. Setelah itu kami mencari restoran untuk makan siang, lumayan lama aku berdiri menunggu Rena selesai mencari baju yang pas. Sambil mencari restoran yang pas, Rena berkali-kali mengajakku untuk berfoto bersama. Dia sepertinya terlihat lebih percaya diri dari sebelumnya.
Kami menemukan restoran yang terlihat enak dan juga tidak begitu ramai pengunjungnya. Aku memesankan makanannya sedangkan Rena menjaga tempat duduk dan barang-barang kami. Setelah memesan, aku kembali ke meja untuk menunggu pesanannya dibuat. Sembari menunggu, Rena sepertinya masih melihat wajahnya dengan kamera ponselnya. Sepertinya dia masih memperhatikan penampilannya, akupun penasaran untuk siapa penampilan cantiknya itu.
"Rena.." panggilku.
"Iya, kak Eyan?" Sahutnya.
"Kamu daritadi masih ngeliat wajah terus.."
"Ah iya, maaf kak.." ujarnya sembari meletakkan ponselnya di meja.
"Kamu udah cantik kok"
"Ahh, ma-makasih kak.." jawabnya dengan tersipu.
"Bukannya dulu kamu engga pernah dandan seperti ini ya?"
"Ish, kan aku sudah dewasa sekarang.., wajar lah.."
"Benar sih, tapi untuk siapa?"
"Eh? Maksudnya untuk siapa?"
"Ya, penampilan cantikmu ini untuk siapa?"
"Bu-bukan untuk siapa-siapa.." ujarnya sembari menundukkan kepalanya.
Dasar Rena, kalau begini langsung pada intinya saja ya..
"Kamu punya pacar?"
Rena terlihat terkejut dengan pertanyaanku. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa kak Eyan menganggapnya begitu?"
"Ya, aku rasa itu yang paling masuk akal.."
"Apa kak Eyan akan marah?"
"Aku tidak marah. Aku hanya ingin tahu apa yang mengubah adikku menjadi lebih feminim begini.."
Rena sedikit menundukkan kepalanya, lalu bibirnya yang berwarna merah muda itu tersenyum kecil.
"Aku tidak punya pacar loh kak.." ujarnya dengan tersenyum kepadaku.
"Hmm, lalu mengapa?"
"Gapapa. Berarti aku yang begini kelihatan cantik ya?"
"Ya, tentu saja. Rena itu memang cantik.."
"Apa Kak Eyan suka kalau aku begini?"
"Ya. Aku suka."
Sepertinya memang Rena sedang jatuh cinta kepada seseorang, namun dia masih belum bisa memberitahukannya kepadaku.
Syukurlah kalau begitu...
Tak lama, makanan yang kami pesan tiba. Namun makanan itu membuat lipstik yang dipakai oleh Rena menjadi hilang, tapi sepertinya dia tidak menyadarinya. Biarlah begitu, lagipula Rena sudah cantik tanpa makeup.
Setelah makan, kami menonton film hingga sore hari. Lalu kami melanjutkan untuk bermain di tempat bermain di mall, biasanya anak muda sangat suka bermain di sana untuk mengabiskan waktu atau berkencan. Ya bagaimanapun juga, bagi orang yang tidak mengenal aku dan Rena pasti akan menganggap kami berpacaran. Karena Rena sepanjang jalan selalu memegang tanganku tanpa melepaskannya sedikitpun. Yah, Rena memang manja. Saat sampai, kami mengantri untuk mengisi kartu permainannya untuk bisa bermain.
"Rena, apa yang kamu inginkan untuk Ulang Tahun ini?" Tanyaku.
"Eh, keinginanku gitu?"
"Yah, kamu mau hadiah atau apa gitu. Aku kan belum kasih apapun.."
"Hmm, apa ya.."
"Boneka mungkin?"
"Engga mau ah, lagian udah ada boneka gede banget tuh di rumah.."
"Lalu apa dong?"
"Bagiku, kepulangan Kak Eyan ke rumah itu menjadi hadiah yang paling berharga..." ujarnya dengan tersenyum.
Karena kata-katanya itu aku merasa sangat bersalah. Pasti Rena benar-benar menginginkan kepulanganku.
Begitu parahnya ya?
Sampai-sampai dia berkata begitu.
Tapi yang sudah terjadi telah terjadi, sekarang aku sudah di sini.
Kembali dengan keluargaku.
Aku takkan meninggalkannya lagi.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, saat aku buka itu dari Hana.
"Kak Hana kenapa menelfon?" Tanya Rena.
"Aku tidak tahu.."
Aku lalu menjawab panggilan itu, "Rey! Kamu ada di mana?"
Suara wanita lain yang menelfon, bukan Hana.
"Ah, aku di mall. Ini siapa ya?" Tanyaku.
"Ini aku Novi! Kamu sebaiknya ke sini sekarang! Hana kecelakaan!" Ujarnya dengan panik.
Apa..
... yang baru saja kudengar?
Mendengar kata-kata itu membuat kedua kakiku menjadi lemas.
Bagaikan memakan kue manis yang di dalamnya terdapat garam.
Tiba-tiba rasanya asinnya menusuk lidah.
...."Kecelakaan"...?
Sebenernya apa yang terjadi?
Hana...
apa yang terjadi dengannya???