Semilir angin menerpa wajah seorang gadis yang tengah duduk dibangku taman Rumah Sakit milik Ayah nya.
Dengan tenang dia memperhatikan sekeliling nya, banyak orang yang berlalu lalang dan salah satunya tentu keluarga pasien.
Pandangan gadis tersebut berhenti di satu titik, saat melihat seorang pria yang masih remaja membantu seorang perempuan yang menggunakan kursi roda.
Gadis itu tersenyum, dia begitu senang jika ada yang menolong seperti itu terlebih lagi dia seorang pria remaja yang seumuran sepertinya, jarang sekali bukan yang seperti itu.
"Ara!" panggil seseorang dari arah belakang, gadis tersebut pun menoleh.
"Mama." jawab gadis tersebut ketika melihat ibunya.
"Ayo kita pulang." ajak ibunya saat sudah dihadapan gadis tersebut.
"Mama udah selesai?" tanya gadis tersebut.
"Yaudahlah, kalau belum ngapain mama disini. Yuk kita pulang."
gadis itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan saat mendengar jawaban ibunya.
***
Selesai sholat isya gadis yang dipanggil Ara tadi, atau lebih tepatnya Ayyara namanya.
Ia berdoa sambil memejamkan matanya.
"Ya allah. Hari ini entah kenapa Ara senang sekali, terlebih lagi saat melihat pria yang menolong seorang perempuan tadi. Ara menginginkan semoga Ara bisa kenalan sama pria tersebut, semoga Allah kabulkan do'a Ara ya. Aamiin."
Setelah itu Ayyara melipat mukena dan sajadahnya, dan berjalan menuju meja belajarnya.
Ia duduk di kursi sambil menggenggam pena, bersiap untuk menulis sesuatu di buku diarynya.
***
Diary Ayyara
17, Juli
Hari ini entah kenapa aku senang sekali saat melihat pria itu, hari ini akan aku sebut dengan awal kebahagiaan yang baru, semoga kita bisa ketemu yaaa dan bisa saling bertukar nama :)
***
Sudah beberapa hari ini dimana Ayyara kembali ke Rumah Sakit untuk menemani ibunya bekerja.
Dibangku taman Ayyara sedang celingak celinguk mencari pria yang beberapa hari kemarin ia lihat.
Namun nihil. Ayyara sama sekali tidak melihatnya, yang mendadak membuat ia lesu.
"Ara!" suara itu membuat Ayyara mendongakkan kepalanya untuk mencari sumber suara tersebut.
Tepat dibelakang Ayyara, seorang pria yang ia lihat beberapa hari kemarin sedang berdiri dihadapannya.
"lo manggil gue?" tanya Ayyara takut salah.
Pria tersebut pun mengalihkan penglihatan nya menghadap Ayyara.
"Bukan." jawab pria itu singkat.
"Tapi udah jelas lo manggil nama gue tadi!" sercah Ayyara sedikit terbawa emosi.
"Emang nama lo Ara?" tanya pria tersebut.
"Bukan! Ya jelas lah, udah gue bilang juga tadi
Kuping lo buta?"
"Kuping gue bisu." jawab pria tersebut dengan santai.
"Bodo." jawab Ayyara sinis.
"Rafka!" teriak seseorang yang entah dimana dia berada.
Pria yang tadi bersama Ayyara menoleh ke arah sumber suara dan pria itu tersenyum kepada seorang perempuan yang memanggil namanya.
"Ara." ujar pria tersebut yang diketahui adalah Rafka.
Ayyara sendiri masih bingung, sebenarnya siapa yang dipanggil pri tersebut dengan sebutan 'Ara'.
Rafka, pria tadi. Sebelum ia beranjak, terlebih dahulu ia menatap Ayyara.
"Namanya Tiara, biasa di panggil Ara." ujarnya kepada Ayyara.
Ucapan itu membuat Ayyara reflek menoleh.
"Tiara? Perempuan yang disebrang sana" tanya Ayyara sambil menunjuk seseorang yang bernama Tiara disebrang mereka.
"iya, dan nama gue Rafka." ujar Rafka mengulurkan tangannya maksud untuk saling berjabat tangan.
"Eh?" Ayyara terkejut saat Rafa mengulurkan, tangannya, dan dengan sopan Ayyara pun membalas jabatan tangan itu.
"Ayyara, biasa di panggil Ara juga." ucap Ayyara memperkenalkan dirinya sambil tersenyum hangat.
Setelah beberapa detik, mereka melepaskan jabatan tangan mereka.
"Oke Ayyara, gue panggil lo Ay boleh?" tanya Rafka hati-hati.
"Boleh kok."
"Yaudah kalau gitu gue kesana dulu, mau ketempat Tiara." pamit Rafka dengan senyuman.
"iya." jawab Ayyara sebelum Pria tersebut pergi ke arah sebrang tepatnya menyusul yang bernama Tiara.
***
Setelah dari Rumah sakit. Seperti biasa, Ayyara dan ibunya langsung balik ke Rumah.
Senja sudah meninggalkan langit kini waktunya menyambut kedatangan bulan dan Bintang.
Diruang Tamu Rumah Ayyara, ia dan ibunya sedang duduk di sofa sembari menonton acara televisi.
Tetapi sedari tadi Ayyara tidak fokus menonton melainkan ia melamun, entah apa yang dilamunkannya.
"Ara!" panggil ibu Ayyara sambil melambaikan tangannya didepan wajah putrinya.
"Eh, iya Rafka?" reflek Ayyara karena terkejut.
"Rafka? siapa dia, pacar kamu ya?" tanya ibu Ayyara sambil menggoda putrinya.
"Ah nggak kok, itu tadi temannya Ara." elak Ayyara.
"Iya deh iya, Mama percaya. Tapi kalau pacaran juga gapapa, kasian soalnya kamu gak punya pacar. Jangankan pacar, teman aja nggak punya."
"Ish Mama apaan sih, aku ke kamar aja deh kalau gitu. Selamat malam Mama muach." ujar Ayyara pamit sebelum mencium pipi Mamanya.
"Selamat malam juga sayang." balas ibunya tak kalah dengan penuh kasih sayang.
***
Diary Ayyara
20, Juli
Setelah beberapa hari yang lalu, saat aku berdoa agar aku bisa bertemu dengan pria tersebut. Walau hanya sekedar berkenalan.
Doa itu terjawab hari ini, Rafka namanya.
Nama yang akan aku simpan didalam memori ingatanku. Semoga aja kita bisa dipersatukan.
***
Dua minggu sudah berlalu.
Ayyara sudah semakin sering menemani ibunya kerja sebagai Dokter di Rumah Sakit Ayahnya.
Bukan tanpa alasan, Ayyara sering kesana hanya ingin bertemu dengan pria yang ia suka sejak pertama kali ia lihat. Yaitu Rafka.
Sejak kemarin, Ayyara memang menemani ibunya. Tetapi itu pun atas ajakan ibunya, tapi belakangan ini. Ayyara malah semakin antusias karena ingin bertemu dengan pujaan hatinya.
Dan belakangan ini juga Ayyara dan Rafka sudah sering bertemu itu juga tanpa disengaja.
Seperti kemarin mereka bertemu dikedai Ice cream, dan perbincangan mereka pun sudah semakin akrab.
Kembali ke hari ini.
Ayyara sudah berdiri di pintu utama Rumah sakit, sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Lama?" tanya seseorang dengan suara khas pria.
Mendengar itu, Ayyara yang tadinya menunduk kini mendongakkan kepalanya.
"Ya, udah satu abad gue nunggu." balas Ayyara kepada pria yang dihadapannya.
"Kalau udah satu abad, lo cuma tinggal tulang Ay." ujar pria tersebut yang diakhiri dengan kekehan kecil.
"Lo do'ain gue?" tanya Ayyara sembari menunjuk wajah pria tersebut tepat diwajah pria itu.
"Gue bercanda Ay." jawab pria tersebut sambil mengelus Puncak kepala Ayyara.
Hal itu membuat kondisi Jantung Ayyara seperti berlari maraton.
"Gue gak suka bercanda." balas Ayyara dengan nada ketus.
"Iya, nanti gue seriusin."
"Apaan sih lo Raf." ujar Ayyara kepada pria tersebut yaitu Rafka, dengan wajah blushing nya.
"Hahaha, yudah yuk jalan." ajak Rafka.
Hari ini Rafka memang sudah membuat janji untuk mengajak Ayyara pergi berjalan bersama.
Yang membuat Ayyara senang nya bukan main, dan langsung menerima ajakan itu.
Karena bagi Ayyara, kesempatan tidak datang dua kali.
***
Hari sudah semakin petang, Dan juga sudah berganti menjadi malam.
Kini Ayyara dan Rafka sedang duduk di meja makan, tepatnya di rumah Rafka.
Saat diajak untuk makan bersama di rumah Rafka, Ayyara sempat menolak.
Namun Rafka tetap memaksa, ia bilang 'Jangan segan anggap aja rumah sendiri'.
Yang membuat Ayyara mau tidak mau menerima ajakan itu.
Setelah selesai makan, Ayyara sedikit berbincang dengan ibunya Rafka sebelum pulang ke rumah.
"Nama kamu Ayyara bukan?" tanya ibu Rafka.
"Iya tante." jawab Ayyara dengan sopan.
"Kemarin Rafka cerita tentang kamu, katanya dia ketemu kamu di taman Rumah Sakit. Dan lebih lucunya, kata Rafka. Kamu sempat emosi hanya karena nama panggilan." ujar ibu Rafka yang diakhiri dengan kekehan.
"Hm, yang itu Ara minta maaf ya tante." balas Ayyara sedikit takut.
"Santai aja Ayyara, tante gak masalahin itu kok." ujar ibu Rafka dengn senyum hangat sembari mengusap bahu Ayyara.
"Ini udah malam, kamu gak di cariin Mama kamu?"
"Ini juga udah mau pulang kok tante."
"Padahal kalau gak di cariin, mending kamu nginap disini aja."
"Lain kali aja ya tante, soalnya tadi Mama Ara udah nelpon." ujar Ayyara menenangkan.
"Yudah kalau gitu, Tante panggil Rafka dulu buat anter kamu." ujar ibu Rafka.
"Eh, gak usah tante. Ara bisa pulang sendiri kok."
"Tapi ini udah malam Ayyara, lagian kan Rafka yang bawa kamu kesini jadi biar dia yang anter kamu juga." ujar ibu Rafka menasehati.
"Ara cuma takut ngerepotin Rafka tante."
"Tenang aja. Kalau dia ngerasa direpotkan, bilang ke tante, kan tante yang suruh tadi. Oke." ujar ibu Rafka sembari mengangkat kedua ibu jari nya.
Disitu Ayyara hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dan ia tidak menduga bahwa ibu Rafka sangat perhatian.
***
Setelah sampai dirumah.
Ayyara hendak turun dari mobil Rafka, tetapi sebelum itu ia berterimakasih terlebih dahulu.
"Makasih ya Raf, dan gue minta maaf kalau gue ngerepotin lo." ujar Ayyara sambil melepas seatbelt.
"Santai aja, kata bunda gue dia udah nganggap lo juga sebagai anaknya."
Mendangar itu Ayyara hanya tersenyum dan berkata.
"Yudah kalau gitu gue masuk dulu ya, Makasih sekali lagi." pamit Ayyara.
"Iya, gue juga pamit pulang, maaf gak bisa mampir." ujar Rafka sebelum Ayyara membuka pintu mobilnya.
Kini Ayyara sudah berdiri di depan rumah nya dan melambaikan tangan ke arah mobil Rafka.
Setelahnya Ayyara pun masuk kedalam rumah nya.
Sesampainya dikamar, ia lega karena tidak ada pertanyaan dari ibunya sebab ibunya sudah tidur.
Ayyara sendiri kini sudah menghempaskan tubuhnya ke kasur dan tersenyum sambil mengingat kejadian hari ini, dia memejamkan matanya dan berkata "Akhirnya Allah menjawab do'a Ara. Ara senang sekali hari ini bisa semakin dekat dengan Rafka."
Setelah itu Ayyara terlelap dengan keaadan bahagia.
***
Diary Ayyara
05, Agustus
Hari ini aku bisa tersenyum senang. Karena, Allah udah menjawab do'a aku.
Aku gak pernah menduga itu semua bakalan terjadi, aku senang bahwa ibunya Rafka sangat menyukai ku.
Akukira ibunya Rafka itu cuek, tapi ternyata sangat perhatian dan sudah menganggap ku sebagai anaknya. Tapi aku nggak mau jadi anaknya, yang aku mau adalah jadi menantunya.
hehehe.