Seperti biasanya.
Pagi ini Givano sudah stand by didepan rumah Ayyara. Karena hari ini Ayyara sudah kembali ke Kampus nya.
"Eh nak Givano." sapa Ibunya Ayyara yang baru saja keluar dari rumah untuk berangkat ke Rumah sakit seperti biasanya.
"Pagi tante."
"Pagi, kamu nunggu Ayyara bukan?"
"Iya tante, soalnya kan hari ini Ayyara masuk ke Kampusnya."
"Iya seharusnya Ara hari ini masuk. Tapi katanya dia lagi gak enak badan. Jadi dia titip absen sama temannya dia juga udah bilang ke dosennya kok." ujar Ibunya Ayyara menjelaskan.
"Oh gitu ya tante. Kalau bisa, Givano mau nyamperin Ayyara boleh tante?" tanya Givano.
"Boleh kok masuk aja, tante juga mau berangkat ini. Kalau bisa kamu temani Ara ya No, sekalian."
"Iya tante, kalau gitu Givano masuk dulu ya tante." pamit Givano sebelum masuk ke rumah Ayyara.
"iya." jawab Ibunya Ayyara sebelum berangkat.
***
tok tok tok.
Ayyara yang sedang malas bangkit dari kasurnya. Kini sangat kesal sebab terdengar suara ketukan pintunya, yang harus membuatnya bangkit membuka pintu kamarnya.
Setelah membuka pintu kamarnya, Ayyara langsung berkata tanpa melihat orang yang mengetuk pintunya tadi terlebih dahulu.
"Apa lagi sih Ma."
"Mama lo udah pergi."
"Eh. Lo?!" ujar Ayyara kaget sambil membelalakan matanya.
Givano yang tidak menghiraukan Ayyara kini berjalan santai memasuki kamar Ayyara.
"Eh. Lo gak sopan banget sih, udah masuk kerumah orang terus masuk lagi ke kamar perempuan." protes Ayyara.
"Hm." sekali lagi dengan santainya Givano merebahkan tubuhnya ke kasur Ayyara.
Ayyara yang kesal langsung menarik tubuh Givano supaya turun dari kasurnya. "Turun nggak lo dari kasur gue!!! Nggak sopan banget sih jadi manusia."
"Sepuluh menit." ujar Givano memejamkan matanya.
"Ha?" Ayyara yang tidak mengerti hanya membuka setengah mulutnya.
"Lo sehat." tambah Givano.
"Kalau ngomong itu bisa jangan setengah setengah bisa gak sih?!" protes Ayyara.
Givano membuka matanya dan duduk disisi ranjang Ayyara. "Lo gak sakit. Jadi siap siap ke kampus sana." perintah Givano, dan ia kembali merebahkan tubuhnya.
"Lo kok tau?" tanya Ayyara.
"Sakit hati." jawab Givano singkat.
"Ha?"
"Lo lagi sakit hati. Bukan nggak enak badan. Jadi masih bisa ke kampus, lebih baik lo ke kampus kan daripada mikirin tuh cowok."
"Tap–"
Ucapan Ayyara terpotong dengan ucapan Givano yang sambil mengangkat tangannya seperti menunjukkan seluruh jarinya. "Sepuluh menit, gue tunggu."
"Ck. Iya iya. Tapi lo keluar dulu sana, gue mau ganti baju." pasrah Ayyara.
"Ganti dikamar mandi aja."
"Cih, udah nyuruh pakai request lagi." gerutu Ayyara berjalan ke kamar mandi dan tidak lupa pula ia mengunci pintu kamar mandinya.
***
Setelah Ayyara bersiap siap, Givano malah membawa Ayyara ke tempat warung yang lumayan besar yang menjual beraneka bubur.
"Kok lo bawa gue ke tukang bubur sih? Kan lo nyuruh gue ke kampus, atau jangan jangan lo mau jual gue ke mamang tukang bubur itu ya?" Ayyara yang kebingungan sebab tadi Givano menyuruhnya untuk masuk ke Kampus malah membawa dirinya ketempat tukang bubur.
"Gue lapar, belum sarapan." jawab Givano singkat. Lalu meninggalkan Ayyara sendirian diparkiran.
Ayyara yang sudah kesal setengah mati. Kini pasrah mengikuti Givano masuk ke tempat tersebut.
"Kelas gue bentar lagi masuk." ujar Ayyara setelah Givano memesan bubur ayam.
"Hm."
"Kelas gue bentar lagi masuk tauk!" ujar Ayyara lagi.
"Ya terus? lo kan udah minta izin." jawab Givano santai.
"Terus kena–"
Ucapan Ayyara terpotong saat pesanan mereka mendarat dimeja yang ada dihadapan mereka.
"Permisi nduk, ini pesanan nya saya taruh disini ya." ujar seorang wanita tua yang diketahui adalah istri dari mamang yang menjual bubur tersebut.
"Yaiyalah buk, jadi mau taruh dimana lagi." ujar Ayyara bercanda dengan kekehen kecilnya.
"Hehe, cuma mau basa basi doang kok nduk." timpal wanita tersebut.
"Iya buk saya tau kok, kalau gitu kami makan dulu ya buk."
"Iya saya juga mau lanjut kerja, kalau gitu selamat dinikmati ya nduk." ujar wanita tersebut sebelum kembali berkerja.
Givano yang melihat obrolan singkat mereka hanya terdiam, dan sedari tadi sudah menyantap bubur yang dipesan tadi.
"Cih, udah dimakan aja." sinis Ayyara menyantap bubur nya.
Setelah mereka selesai makan, mereka terlebih dahulu untuk sekedar duduk di warung bubur tersebut.
"Heh, lo tadi nyuruh gue ke kampus. Tapi, malah baw–" Ayyara yang tadi mau bertanya kini ucapanya terpotong kembali.
"Perut kenyang, hati pun senang." jawab Givano santai.
"Hah?" Seperti biasa. Jika Ayyara tidak mengerti apa yang dibicarakan. Pasti, ia selalu membalasnya seperti itu.
"Hah hoh hah hoh mulu lo." ujar Givano sebelum beranjak untuk membayar bubur yang tadi mereka makan.
Ayyara yang masih tidak mengerti kembali menjawab. "Hah?"
***
Di sisi lain, dirumah Rafka.
Rafka yang sedang menuruni anak tangga langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara Ibunya.
"Mau kemana lagi kamu?" tanya Ibunya dari bawah tangga sambil melipat tangannya di depan dada.
"Rumah sakit." jawab Rafka melanjutkan langkahnya.
"Tiara lagi Tiara lagi, setiap hari selalu Tiara. Kapan sih kamu punya waktu dirumah sama bunda!" ujar Ibunya sedikit menahan amarah.
"Bun, Tiara lagi sakit."
"Ya terus? Hubungan sama bunda apa? Bunda udah ngebiyayain perawatan nya dirumah sakit kan? Apa bunda gak boleh minta waktu kamu?" tanya Ibunya masih dengan nada lembut yang sebenarnya menahan amarah.
"Bunda ikhlas gak sih?" tanya Rafka balik.
"Bunda ikhlas, tapi apa salah bunda kalau bunda cuma minta waktu kamu sehari aja." jawab Ibunya menekankan ucapannya diakhir kalimat.
"Bun–"
"Besok bunda mau kamu temanin bunda, dan bunda juga mau Ayyara ikut. Valid no debat!" ujar Ibunya meninggalkan Rafka.
Mendengar itu Rafka hanya bisa menghela nafasnya lalu pergi menuju rumah sakit.
***
Setelah membayar bubur mereka tadi, Givano membawa Ayyara ke taman yang berada di rumah sakit milik almarhum ayah Ayyara.
"See? Sekarang lo bawa gue ke sini. Dan, lo belum jawab pertanyaan gue! kenapa tadi pagi lo nyuruh gue ke kampus tapi lo malah bawa gue ke tukang bubur dan sekarang lo bawa gue ke sini?!" tanya Ayyara dengan emosi.
Bukannya menjawab, Givano malah bertanya kembali. "Lo mau Ice cream? "
"Jawab dulu pertanyaan gue!"
"Mau apa gak?" tanya Givano lagi.
"Y-ya mau lah kalau dibeliin."
"Tinggal jawab aja susah." ujar Givano menuju kedai Ice cream yang terletak tidak jauh dari taman rumah sakit.
Ayyara yang mendengar itu, lantas langsung teriak. "HEH SEHARUSNYA GUE YANG BILANG BEGITU!" Ayyara teriak saat Givano sudah mulai sedikit jauh.
Ayyara yang ditinggal lebih memilih duduk dibangku taman sembari menunggu kedatangan Ice cream yang nikmat.
"Ayyara!" teriak seseorang memanggil namanya, yang membuat nya mencari asal suara tersebut.
Setelah Ayyara mengetahui asal suara tersebut, ia langsung membalasnya.
"Rafka." Ayyara senang bukan main saat Rafka menghampiri nya.
"Lo sendirian?" tanya Rafka.
"Gue tadi sama teman." jawab Ayyara tersenyum.
"Teman lo mana?"
"Tuh." Ayyara menunjuk ke arah Givano yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa Ice cream.
Saat Givano sudah berada diantara mereka, ia langsung memberikan Ice cream tersebut kepada Ayyara.
"Nih."
"Baik banget deh, btw makasih." ujar Ayyara berterima kasih.
"Hm."
"Oh iya, Rafka kenalin dia Givano, dan Givano kenalin dia Rafka."
Rafka yang diperkenalkan langsung mengulurkan tangannya. "Rafka."
Seperti biasa Givano hanya berdeham tanpa membalas uluran tangan tersebut.
Ayyara melihat nya langsung mengalihkan pembicaraan. "Oh iya, tadi lo manggil gue kan Raf? emang ada keperluan apa?"
"Bunda gue mau ngajak lo jalan." jawab Rafka.
"Eh? kapan?"
"Besok."
"Besok gue harus ke kampus, terus gue pulangnya agak siang."
"Santai aja. Bunda ngajak makan malam diluar. Jadi, besok sore gue jemput."
"Gitu ya? Yaudah besok gue datang, gue juga udah kangen sama bunda lo."
"Kalu gitu gue ketempat Tiara dulu ya Ay."
"Iya, titip salam juga buat Tiara ya."
Givano yang sedari tadi memperhatikan mereka bicara hanya terdiam sampai Rafka pergi. Setelah Rafka pergi barulah ia membuka suara. "Seru banget ngobrol nya sampai Ice cream lo cair." ujar Givano menyindir.
"Eh iya gue lupa hehehe." ujar Ayyara nyengir.
"Cih, senang banget kayaknya diajak makab malam, apalagi sama gebetan."
"Biasa aja elah, lagian gue udah ikhlas juga kalau dia sama Tiara."
"Hm."
"Lo kenapa sih, kayaknya nggak suka banget sama Rafka, atau jangan jangan lo–"
"Apa?" tanya Givano memotong ucapan Ayyara.
"Gak jadi. Gue mau pulang, anterin gue cepat." ujar Ayyara menikmati Ice cream yang sudah cair tadi sambil menarik tangan Givano.
"Hm."
***
Diary Ayyara
13, Agustus
Hari ini aku benar-benar mencoba ikhlas, semoga aja aku berhasil dalam mencobanya.
Hari ini, Hanya ini yang bisa aku torehkan di buku ini karena aku benar-benar ingin melupakan perasaan ku padamu.