Chereads / TERLANJUR MENCINTA / Chapter 8 - Rencana

Chapter 8 - Rencana

Satu minggu kemudian setelah makan malam dirumah Rafka, Ayyara jadi sering bertemu dengan Ibunya Rafka.

Mereka sering bertemu untuk memikirkan rencana yang akan dijalani mereka agar pernikahan Rafka dan Tiara batal.

Sebelum menjalani rencananya, satu minggu yang lalu, saat makan malam. Ibunya Rafka sempat mengajak Ayyara berbincang di ruang tamu saat selesai makan.

FLASH BACK ON.

Setelah makan malam, Ibunya Rafka mengajak Ayyara untuk pindah ke ruang tamu.

Saat sampai di ruang tamu, Ibunya Rafka langsung membuka suara.

"Saat pertama kali liat kamu, tante udah mulai suka sama kamu. Dalam artian tante ingin kamu jadi menantu tante."

"Eh? ehm, t-tapi tante Tia–"

"Oh kalau Tiara? Kalau dari awal tante ketemu Tiara itu, entah kenapa bawaannya pengen dia jauh dari tante. Asal kamu tahu Ara, biaya perawatan Tiara di rumah sakit. Itu tante yang bayar, dan Rafka yang selalu jagain dia. Tapi kalau tante minta Rafka buat temani tante jalan, Rafka selalu nolak. Alasannya jaga Tiara lah. Ngehibur Tiara lah. Ini lah. Itu lah. Pokoknya selalu berhubungan dengan Tiara."

"Ehm, mungkin emang Tiara lagi butuh Rafka tante." ujar Ayyara saat Ibunya Rafka berhenti bicara.

"Iya tante tau dia butuh Rafka. Karena dia sebatang kara. Tapi, tante minta temani Rafka palingan seminggu sekali. Tapi apa? Selalu ditolak sama Rafka."

"Maaf tante, tapi kan–"

"Kamu suka sama Rafka kan?"

"Ha?"

"Tante tau kalau kamu suka sama Rafka."

"I-ya tante."

"Tante mau kamu jadi menantu tante, dan kamu juga mau sama Rafka kan?"

"I-iya tante, Ara mau sama Rafka."

"Nah karena itu tante punya rencana."

"Rencana?"

"Iya, tante mau membatalkan pernikahan Rafka sama Tiara."

"T-tapi kan, pernikahan mereka satu bulan lagi tante."

"Ya karena itu, tante mau membatalkan nya."

"Caranya gimana tante?"

"Kamu mau kan mereka batal nikah?"

"M-mau tante."

"Buat Tiara koma." ujar Ibunya Rafka enteng seperti tanpa dosa.

"Tante itu kan–"

"Tante tau itu salah, tapi hanya itu caranya. Kamu mau kan? Kalau gak mau ya kamu harus relain Rafka sama Tiara."

Ayyara yang sedang dalam keadaan bimbang dan gugup hanya bisa pasrah menjawab. "Ara mau menjalankan rencananya tante."

"Nah bagus. Jadi, untuk menyusun rencananya kita harus sering bertemu. Untuk membicarakan nya. Oke?"

"Baik tante."

FLASH BACK OF.

"Givano!" panggil Ayyara saat Givano fokus dengan laptopnya dirinya, guna memeriksa skripsi Ayyara yang baru satu bab.

Dan yang harus kalian tau, dosbing Ayyara sering ke luar kota dan akan digantikan oleh muridnya dulu, yang tidak lain adalah Givano yang sudah lulus S2.

"Hm."

"Udah selesai belum?" tanya Ayyara kepada Givano yang masih fokus pada laptop.

"Bentar."

"Cepatan! gue mau print kalau udah benar."

"Nih dibagian ini, masih ada yang salah." ujar Givano.

"Itu doang?"

"Sama yang ini, dah dua itu aja."

"Oke wait." ujar Ayyara mengambil laptopnya, dan merevisi yang salah.

Setelah selesai, Givano kembali memeriksa nya.

Dan finally, bab satu sudah selesai.

Maka Ayyara membutuhkan empat bab lagi.

"Gimana?"

"Udah benar."

"Oke, nanti malam tinggal gue print." ujar Ayyara sambil menyimpan file nya dan membereskan laptopnya.

"Oh iya lo lapar nggak?" tanya Ayyara menuju dapur rumahnya.

Fyi, bimbingan tadi mereka kerjakan di ruang tamu rumah Ayyara.

"Hm." ujar Givano mengeluarkan ponselnya.

"Hm hm hm mulu lo." protes Ayyara

"Hm."

"Ishh bodo ah." ujar Ayyara kesal.

Hampir setengah jam Ayyara berkutat dengan alat masak, Hingga makanan yang dibuat Ayyara siap di sajikan.

Bukan makanan yang lezat, namun hanya dua porsi nasi goreng seafood sederhana.

"Nih." ujar Ayyara menaruh sepiring nasi goreng di hadapan Givano.

"Makasih." ujar Givano meletakkan ponselnya lalu mengambil piring yang berisi nasi goreng tersebut.

"Sama sama."

"Nanti sore anterin gue ke rumah Rafka lagi ya." pinta Ayyara di tengah makan nya.

"Lo ngapain sih setiap hari kesitu mulu?"

"Ketemu sama Ibunya."

"Harus setiap hari ya? tugas lo dirumah sakit gimana?"

"Kok lo jadi cerwet sih."

"Gue cuma nanya."

"Tugas gue digantiin sama suster yang ada disana. Kalau ketemu sama Ibunya Rafka, itu permintaan dari Ibunya Rafka sendiri." jawab Ayyara setelah selesai makan, dan sekarang menuju dapur untuk menaruh piring kotornya.

"Oh." balas Givano singkat, dan ia juga menuju dapur.

"Nih." ujar Givano memberi piring kotornya pada Ayyara yang sedang mencuci piringnya tadi.

"Hm." jawab Ayyara.

"Sore ini gue gak bisa antar, soalnya nanti gue mau jemput Mayra di rumah nya. Dia nanti mau nginap di rumah gue."

"Yah, yaudah gapapa nanti gue bilang kalau gue gak bisa dateng sama Ibunya Rafka." ujar Ayyara menyusun piring di rak.

"Oh iya, gue udah lama juga nggak jumpa sama Mayra. Gue ikut lo boleh?"

"Boleh."

"Jam berapa?"

"Jam lima."

"Oke, masih ada waktu dua jam lagi, gue mau tidur dulu. Nanti lo kerumah gue yaa buat bangunin gue."

"Hm."

"Yaudah sana pulang, gue mau istirahat."

"Hm."

"Ck, hm hm mulu. Btw makasih udah jadi dosbing gue."

"Sama sama, kalau gitu gue pulang assalamualaikum." ujar Givano saat sampai di depan pintu rumah Ayyara.

"Wa'alaikumsalam." ujar Ayyara manjawab salam sebelum menutup pintu.

***

Menjelang pukul lima sore, tanpa di banguni oleh Givano. Ayyara sudah bersiap siap dan sudah menuju ruang tamu.

"Baru mau dibanguni." ujar Givano saat baru membuka pintu rumah Ayyara.

"Hehehe, soalnya tadi teman gue nelpon, jadi kebangun. Oh iya, gue mau pamitan dulu sama Mama gue bentar."

"Gue tunggu luar."

***

Setelah meminta izin pada Ibunya, Ayyara menghampiri Givano yang sudah berada dalam mobil.

"Kok lo tumben banget sekarang pakai mobil terus?" tanya Ayyara sambil memasang seatbelt.

"Gapapa pengen aja."

"Oh, yaudah cepat jalan."

"Hm."

***

Setelah menjemput Mayra, mereka menuju ke alun alun kota.

"May mau itu kak ino." pinta Mayra menunjuk ke pedagang arum manis.

"Hm." seperti biasa mau dengan siapa pun itu, Givano selalu manjawab dengan berdeham.

"Ay mau arum manis kan?" tanya Ayyara.

"Iya kak."

"Yaudah yuk beli nya sama kak Ara aja." ajak Ayyara.

"Ayok!" ujar Mayra dengan girang.

Setelah membeli arum manis, mereka menuju ke pedagang Ice cream.

Kali ini, Ayyara sendiri yang menawarkan nya pada Mayra tanpa diminta oleh Mayra.

"Nih rasa coklat buat Mayra, bilang apa dulu?"

"Makasih kak Ara."

"Sama sama, pelan pelan makannya ya."

Mayra yang sibuk memakan Ice cream, sedangkan Ayyara sibuk memegang dua arum manis yang tadi dibeli.

Givano? ia sibuk dengan ponselnya.

Kini kerlap-kerlip bintang dan bulan sudah terlihat, mereka menuju bangku yang berada di taman dekat alum alun tersebut.

"May mau arum manis nya kak Ara." pinta Mayra.

"Iya, tapi habisin dulu Ice cream nya."

"Oke." ujar Mayra semakin lahap memakan Ice cream nya.

"Nih, Ice cream May udah habis." ujar Mayra menunjukkan kotak Ice cream yang sudah habis.

"Yudah sini kotak nya. Biar kak Ara buang dulu. Dan ini tisu buat lap mulut Ay." ujar Ayyara sebelum menuju tempat sampah.

"Nih arum manis nya." ujar Ayyara memberikan arum manis tersebut saat sudah kembali ke bangku taman.

"Makasih kak Ara."

"Iya sama sama." ujar Ayyara mengelus puncak kepala Mayra sambil tersenyum.

Tanpa diketahui. Sedari tadi Givano sesekali melirik kearah Ayyara. Dan sempat tersenyum melihat tingkah Ayyara yang ramah terhadap anak kecil.

Setelah memakan arum manis, mereka memutuskan untuk pulang.

***

"Makasih ya." ujar Ayyara saat sudah sampai di depan gerbang rumahnya.

"Seharusnya gue yang bilang makasih." ujar Givano.

"Sama sama." balas Ayyara dengan kekehan diakhir katanya.

"Nanti gue ganti duit lo, karena tadi lo yang bayar jajan Mayra."

"Gak usah diganti, anggap aja itu gue bayar utang gue pas lo ajak gue makan saat gue ulang tahun kemaren."

"Yaudah sekali lagi makasih ya Ra.

Gue masuk kerumah ya selamat malam. Assalamualaikum."

"Sama sama, selamat malam juga, Wa'alaikumsalam." balas Ayyara dengan tersenyum."

***

Diary Ayyara

21, Agustus

Givano, entah kenapa saat di dekat mu aku sangat nyaman. Walau kita tidak sefrekuensi.

Kita ini seperti timbal balik. Aku yang cerewet Dan, kamu yang sangat acuh.

kamu menginginkan yang terbaik untukku, dengan cara menyuruh ku untuk menjahui Rafka. Karena itu akan menyakiti hati ku jika aku masih menyukai nya.

Tapi aku sudah terlanjur menyukainya, dan aku tetap ingin memilikinya.

Kalau dengan kamu, aku terlanjur nyaman. Dan aku juga tidak ingin jauh darimu.

Kesimpulannya, aku ingin kalian berdua di dekatku.