Seperti biasanya. Givano akan mengantarkan Ayyara ke Kampusnya. Namun kali ini Givano dipinta untuk tidak menjemput nya nanti, karena Ayyara akan pergi bersama Rafka.
"Hari ini lo jadi pergi sama dia?" tanya Givano saat motor sport nya berhenti di lampu merah.
"Jadi dong." jawab Ayyara semangat.
"Jangan sampai lo jadi pelakor ya!" ujar Givamo memperingati.
"Hm, tenang aja." balas Ayyara.
Sesampainya di Kampus, Givano kembali membuka suara sebelum Ayyara masuk ke dalam kelasnya.
"Nanti pulangnya jam berapa?" tanya Givano mengambil helm yang diberikan Ayyara.
"Kayak biasa, tapi kan gue pulangnya sama Rafka nanti. Ngapain lo nanya sih?"
"Hm, maksud gue. Nanti lo pulang setelah sama Rafka jam berapa?"
"Ck, lo sih kalau yang nanya tuh yang benar! Kalau jamnya sih gue nggak tau."
"Yaudah, yang penting jangan larut!" ujar Givano memberi perintah.
"Iya-iya, lagian lo kok belakangan ini peduli banget sih sama gue? Dan lo juga jadi banyak ngomong." Tentu saja Ayyara heran, sebab sikap Givano tidak seperti awal-awal bertemu.
"Hm." jawab Givano menyalakan mesin motor nya.
"Ck, dah ah gue masuk dulu bye." ujar Ayyara sebelum melangkahkan kakinya dengan raut yang terlihat kesal.
Givano yang memperhatikannya, hanya bisa tersenyum kecil. Karena ketika melihat raut Ayyara yang sedang seperti itu, ntah kenapa hal membuat mood nya naik.
****
"Ra!"
"Hm."
"Kemarin tuh gue punya rencana buat nyomblangin lo sama orang yang lo suka. Tapi, gue ga tau siapa yang lo suka Ra." tutur Keyla dengan menumpu kepalanya diatas meja sambil memainkan rambutnya.
Saat ini kelas mereka telah usai, dan seperti biasanya mereka tidak akan langsung keluar dari gedung kampus. Melainkan mereka akan duduk di kantin terlebih dahulu.
Ayyara yang mendengar perkataan Keyla barusan, hal itu membuat Ayyara yang awalnya memfokuskan dirinya memakan nasi goreng, kini teralihkan menghadap Keyla.
"Ga perlu." jawab Ayyara singkat.
"Ish, emangnya kenapa sih Ra? Bagus dong gue comblangin, biar lo bisa dapatin dia!" Keyla yang semuanya meletakkan kepalanya dimeja, kini terangkat menatap Ayyara yang kembali memakan nasi gorengnya.
"Gue bisa sendiri." jawab Ayyara lagi.
"Ck, serah lu dah. Mana gue lapar lagi."
"Ya makan lah. Btw tumben lo nggak pesan makan?" tanya Ayyara.
"Lagi hemat gue."
"Oh."
"Peka dong lo Ra!"
"Peka apanya?"
"Kalau gue minta traktir!"
"Oh, bilang dong. Gue ngga ngerti kode kode."
"Ck, gimana sih lo."
"Yaudah sana pesan, tapi gue pulang duluan ya. Soalnya mau pergi, nih duit nya." ujar Ayyara menaruh sejumlah uang diatas meja dekat Keyla.
"Aww, makasi Ara cantik." puji Keyla sambil mengambil uang yang diberikan Ayyara.
"Hm, gue duluan ya." pamit Ayyara.
"Yoi."
****
Saat diparkiran, Ayyara bertemu dengan Rafka yang sudah menunggunya sedari tadi di dalam mobilnya.
"Hai! Sorry gue lama, soalnya ngasih makan dulu ke cacing diperut gue." ujar Ayyara dengan mengawali sapaannya.
"Gapapa, yaudaa yuk." Setelah itu, Rafka menyalakan mesin mobilnya.
Saat setengah perjalanan, yang semulanya tidak ada percakapan. Dengan inisiatif, Ayyara mulai membuka suara.
"Keadaan Tiara gimana?"
"Alhamdulillah, baik." jawab Rafka fokus menyetir.
"Oh iya, ini kita mau kemana?"
"Tempat Ice cream yang pernah kita kunjungi."
"Oh yang itu." ujar Ayyara sambil menganggukkan kepalanya.
"Tapi setelah itu kita ke dufan gimana?" tanya Rafka.
"Boleh, gue juga udah ngga lama ke sana. Janjikan kalau kita bakal kesana?" jawab Ayyara dengan raut wajah yang bahagia dengan mengakhiri pertanyaan.
"Gue janji, tenang aja."
"Oke, makasih Rafka."
"Sama sama Ay."
****
Setelah memakan Ice cream, Rafka bukannya membawa Ayyara ke Dufan. Melainkan mengantar Ayyara kerumahnya.
"Loh, kita nggak jadi ke dufan?" tanya Ayyara.
"Seharusnya, tapi sorry. Pihak rumah sakit tadi ngabari kalau Tiara lagi pengen dekat gue."
jawab Rafka menjelaskan.
"Ya, tapikan lo udah janji Raf."
"Sorry banget Ay. Tapi, gue harus ke rumah sakit sekarang."
"Ngga bisa gitu dong Raf, lo udah janji sama gue! Kalau lo nggak tepati, sama aja lo ngasih gue janji palsu tau ngga!" ujar Ayyara dengan sifat keras kepalanya.
"Ayyara! lo harus ngerti posisi Tiara!!" ujar Rafka menegaskan.
Ayyara yang mendengar nya, hanya bisa terdiam dan menurut.
"Oke, tap-"
"Turun!" perintah Rafka dengan tegas.
"O-oke." Ayyara turun dari mobil Rafka dengan hati yang hancur.
Kini mobil Rafka telah melaju meninggalkan dirinya di perkarangan rumahnya sendiri.
"Cepat banget?" tanya Givano yang baru saja pulang dari supermarket, dan menghampiri Ayyara.
"Perasaan tadi pagi tuh wajah nggak kusut, terus kenapa pulang pulang malah lusuh begitu?"
Ayyara yang masih tidak sadar dengan kehadiran Givano, ia menjatuhkan air matanya.
"Ra! lo napa nangis woi." Givano yang panik, langsung menyentuh bahu Ayyara.
"Kenapa Rafka ninggalin gue demi Tiara!! Padahal dia udah janji sama gue No!" jawab Ayyara saat kesadaran nya kembali dengan suara yang sangat parau.
"Maksud lo?" tanya Givano.
"Dia janji kalau bakalan ngajak ke Dufan, tapi dia milih kembali ke rumah sakit. Padahal keaadan Tiara lagi baik baik aja!"
Givano yang mendengar penjelasan tersebut, menurunkan tanggannya dari bahu Ayyara.
"Udah gue bilang kan, lo jangan terlalu berharap Ra! Dia udah punya Tiara, dan otomatis dia memprioritaskan Tiara!" balas Givano.
"Lupain dia Ra! Semakin lo kejar, semakin lo sakit hati."
"Tapi gue Cinta sama dia No!!" jawab Ayyara sedikit berteriak.
"Kalau lo Cinta sama dia, lo bakalan lakuin yang buat dia bahagia. Dan bahagianya dia itu bersama Tiara! Maka lo harus biarin dia bersama Tiara." tegas Givano.
"Gue nggak bisa! Gue harus dapati Rafka bagaimana pun caranya!" ujar Ayyara menghapus air matanya.
"Ra! Jangan sampai lo lakuin hal yang merugikan."
"Lo jadi kenapa ikut campur sih!"
"Ka-karena gue nggak mau lo sakit hati nantinya." jawab Givano berbohong.
"Lo bohong kan? lo suka sama gue No?"
"Nggak, ngapain gue suka sama cewe keras kepala kayak lo!"
"Lo yakin?" tanah Ayyara kembali.
"Ya-yakin lah."
"Bagus, karena lo juga bukan tipe gue!" ujar Ayyara sebelum masuk kedalam rumah.
"Shit!" ujar Givano mengumpat, andaikan Ayyara tau perasaan nya. Tapi setelah perkataan Ayyara tadi. Hal itu membuat Givano seketika harus lebih sabar memendam perasaannya.
****
Diary Ayyara.
11, September
Tiara, kenapa sih lo harus ada di kehidupan Rafka.
Gue pengen waktu bersama Rafka sehari aja, tapi kenapa lo ganggu. Lo juga lagi dalam keadaan baik baik aja.
Mungkin kalau, lagi dalam keadaan buruk, mungkin gue ngga bakalan nahan Rafka.
Gue benci lo Tiara! Ngga seharusnya Lo ganggu waktu gue tadi! Lo hama yang harus disingkirkan!