Ayyara dan Givano baru saja datang di kediaman Rafka. Saat mereka baru sampai di halaman, mereka melihat para tamu undangan berbisik bisik sambil menyebut nama Shakila.
Hal itu membuat Ayyara bertanya kepada salah satu tamu undangan.
"Permisi tante, ini kenapa pada bisik bisik gitu ya? Terus kenapa nama Shakila disebut sebut?" tanya Ayyara kepada Ibu-ibu yang berada dihalaman rumah Rafka.
"Oh ini, tadi mempelai pria nya. Udah dua kali salah sebut nama mempelai wanitanya. Kan nama mempelai wanitanya Tiara. Tapi, dia malah nyebut nama Shakila." jawab Ibu-ibu tadi.
Ayyara terdiam. Shakila? Itu nama depannya. Shakila Ayyara Syah Putri.
Kenapa Rafka menyebut namanya? Apa mimpi itu nyata?
"Jadi Rafka menyukai ku? Ah, tidak tidak. Itu tidak mungkin." ujar Ayyara dalam hatinya.
Givano yang juga kepo, langsung bertanya pada Ayyara.
"Lo kenal sama Shakila?" tanya nya pada Ayyara.
Ayyara yang tadinya sempat terdiam, langsung menoleh kearah Givano.
"Ayo ikut gue." bukannya menjawab pertanyaan Givano. Ayyara malah menarik tangan Givano untuk pergi dari rumah Rafka.
"Lah, ngapain kita pergi?" tanya Givano di dalam mobil.
"Bahaya kalau kita masih disana." jawab Ayyara sambil memakai seatbelt.
"Bahaya apa nya? emang bakal ada bom?!"
"Udah jalani aja mobil nya. Nanti gue jelasin." ujar Ayyara menepuk lengan Givano.
Sudah hampir sepuluh menit mengendarai mobil. Namun Givano lupa untuk bertanya kemana tujuan mereka.
"Ini kita mau kemana sih? Dari tadi muter muter aja." tanya Givano.
"Kan lo yang bawa mobilnya, ya terserah lo mau kemana." jawab Ayyara yang fokus melihat jalanan.
Dan dengan santainya Givano membalas.
"Ke KUA mau?"
"Mau ngapain lo kesana?"
"Daftar jadi penghulu." jawab Givano sambil nyengir.
"Dasar laki laki penyakit mental." ujar Ayyara sinis.
"Lo wanita penyakit mental." balas Givano tak mau kalah.
"Terserah lo. Kita balik kerumah aja dah." ujar Ayyara memutuskan.
"Kerumah mana?"
"Rumah guru TK gue. Ya ke rumah gue lah!" ujar Ayyara yang sedikit tersulut emosi.
"Santai dong, oke oke ini balik ke rumah."
Tanpa basa basi, Givano kembali fokus mengendarai mobilnya menuju rumah Ayyara.
****
"Permisi, bisa saya bicara sebentar dengan Rafka?" tanya seorang pria yaitu Rendi temannya Rafka.
"Tentu, sekalian dihafal ulang ya ijab qobul nya nak Rafka. Tinggal satu kesempatan lagi." ujar penghulu.
Setelah diberi izin. Rafka langsung berdiri, dan pergi bersama Rendi ke balkon kamar Rafka.
"Lo nggak cinta kan sama Tiara? Maka batalkan pernikahan ini Raf."
"Ini acara sakral, nggak bisa dibuat main main Ren." elak Rafka.
"Bukan nya lo udah main main sama acara ini?" tanya Rendi.
"Maksud lo?"
Rendi berdiri menghadap Rafka dan memegang kedua bahu Rafka.
"Raf, lo salah sebut nama pengantin wanitanya. Udah dua kali malah. Sama aja lo udah main main. Kalau lo emang nggak cinta sama Tiara. Maka, batalkan.pernikahan.itu." ujar Rendi menasehati dengan penekanan diakhir kalimat nya.
Setelah mendengar apa yang dikatakan teman nya. Ia terdiam, menatap kedepan dengan tatapan kosong.
"Bicarakan baik - baik di bawah." ucap Rendi menepuk pundak Rafka, dan langsung pergi ke bawah."
****
"Jadi, siapa Shakila?" tanya Givano yang masih penasaran.
Kini mereka telah sampai dirumah Ayyara, dan sekarang mereka sedang duduk didepan teras rumah Ayyara.
"Coba liat skripsi gue." perintah Yara.
"Gue nanya siapa Shakila. Kok malah nyambung ke skripsi lo, Setress." ujar Givano bangkit dari tempat duduk, dan berjalan masuk ke rumah Ayyara.
"Mau ngapain lo masuk ke rumah gue?"
"Rampok uang emak lo." jawab Givano tanpa beban.
"HEH GIVANO!" teriak Ayyara yang langsung menyusul Givano.
"Berisik tau nggak? Gue cuma mau minum, haus banget habis ngeladeni lo yang nggak pernah nyambung." ujar Givano dengan ucapan pedasnya.
"Oh, kirain beneran mau ngerampok." balas Ayyara yang dengan polosnya percaya apa yang diucapkan oleh Givano.
"Percaya aja sama ucapan gue." ujar Givano setelah meneguk air minumnya. Ia pun langsung berjalan ke ruang tamu rumah Ayyara, dan ikut duduk disofa.
"Siapa Shakila?" tanya Givano kembali.
"Nih lihat kartu pelajar gue." ujar Ayyara memberikan kartu pelajar saat ia masuh duduk dibangku sekolah menengah atas.
"Tuh kan nggak nyambung lagi sama pertanyaan gue." balas Givano, namun tetap mengambil kartu pelajar Ayyara dan melihat kartu tersebut.
"Bacot, udah cepat baca nama lengkap gue disitu."
Givano berdesak, dan setelah itu langsung menyebut nama yang tertera disana.
"Shakila Ayyara Syah Putri." ujar Givano.
"Udah gitu aja?" tanya Givano.
"Nggak guna, sekarang kembali ke pertanyaan gue. Siapa si Shakila?" tanya Givano tanpa sadar.
"Heh Givano dongo. Lo udah baca nama lengakap gue, terus kenapa lo masih nanya siapa Shakila?!" ujar Ayyara dengan geram.
"Tunggu. Nama lo disini Shakila Ayyara Syah Putri. Jadi, Shakila itu lo dong?" tanya Givano.
"BUKAN." ujar Ayyara langsung pergi kekamar nya, dan langsung menutup pintu kamarnya dengan cara dibanting.
"Oh bukan, jadi siapa dong?" tanya Givano yang masih lemot.
****
"Ini kesempatan terakhir, jika masih salah juga. Maka pernikahan ini terpaksa dibatalkan." ujar penghulu lalu langsung mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rafka dalam ijab qobul.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikah kan dan kawin kan engkau Rafka Aditya Bin Ahmad Nugraha dengan Tiara Azlyn Binti Ilham Adinatha, Dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Shakila Ayyara—"
"Batal. Pernikahan ini batal." ujar penghulu tersebut.
"Yaelah, kalau gini mah mending nggak usah nikah sekalian. Buang buang waktu kami aja. Ayo buat bapak ibu tamu undangan, mending kita pulang aja." ujar salah satu tamu undangan.
"Ntah tuh, buang buang waktu kami aja." ujar tamu undangan yang lainnya.
Setelah itu. Haya tersisa Rafka, Ibunya Rafka, Tiara, Bapak penghulu, dan juga Rendi.
"Kalau gitu, saya pulang dulu ya. Pernikahan ini dapat dilaksanakan kembali, jika nak Rafka memang benar-benar siap." ujar Penghulu tersebut.
Setelah Penghulu tersebut pergi. Tiara, langsung menjatuhkan air matanya yang ia tahan sedari tadi sambil menundukkan wajahnya.
"Shakila, jadi Shakila itu Ayyara?" tanya Tiara yang masih menunduk.
"Tiara, aku minta ma—"
"Kamu suka sama Ara, dan Ara nya bukan Ara aku. Iya kan?" tanya Tiara menegakkan wajahnya.
"Tiara, aku—"
"KENAPA KAMU BISA SUKA SAMA AYYARA?! DIA UDAH NYELAKAIN AKU RAFKA!" ujar Tiara yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.
"Tia—"
"Apa karena dia lebih sempurna dari aku? Bodoh, aku sangat bodoh. Mana mungkin seorang pria menyukai diriku yang duduk dikursi roda sialan ini." ujar Tiara sambil memukul kepalanya.
"DAN AYYARA SIALAN, KALAU DIA NGGAK DORONG AKU SAAT ITU, MUNGKIN AKU UDAH BISA JALAN SAAT INI. DIA MENAMBAH BEBAN KU SAJA." ujar nya masih sambil memukul kepalanya.
"Ini bukan salah Ayyara. Dia nggak sengaja ngelakuin itu. Awalnya emang kami berdua merancanakan itu, namun kejadian itu memang benar benar tak disengaja, Tiara." ujar Ibunya Rafka membela Ayyara.
"Jadi bunda juga terlibat atas kejadian itu? Kenapa bunda? Aku salah apa?" tanya Tiara dengan suara yang sudah melemah.
"Ayyara hanya orang baru yang hadir dikehidupan kita, tapi dia mengacaukan segalanya." ujar Tiara yang masih sempat menyalahkan Ayyara.
Mereka semua terdiam. Hingga tak berapa lama, Rendi membuka suara. "Lo salah, Ayyara bukan orang baru. Malah lo orang baru yang hadir dikehidupan Rafka."
"Maksud kamu?" tanya Tiara.
"Ayyara itu adik tingkatnya Rafka. Dia adalah perempuan yang disukai Rafka sejak masih kuliah, dan Rafka masih menyukai sampai sekarang." ujar Rendi menjelaskan.
"Lalu kenapa Rafka mau nikah sama aku?"
"Karena tanggung jawab yang udah dilakukan Rafka."
"Maksud kamu Rendi? Tanggung jawab apa?"
"Bukannya Rafka yang udah buat lo duduk dikursi roda itu?"
"Ah, iya. Aku lupa, kalau dulu Rafka yang nabrak aku." ujar Tiara dengan suara melemah.
"Nggak sengaja." balas Rafka yang akhirnya membuka suara.
"Jadi semua ini hanya tanggung jawab? Apa kamu nggak ada nyimpan perasaan sama aku Raf? Sedikit aja, apa nggak ada?"
"Jujur, Ra. Aku sama sekali nggak ada nyimpen perasaan ke kamu." ujar Rafka, yang langsung pergi kekamar nya.
"Kalau gitu, gue pulang. Dan tante, Rendi pamit buat pulang dulu, Assalamualaikum." pamit Rendi dengan Tiara dan Ibunya Rafka.
"Wa'alaikumsalam." balas Ibunaya Rafka dan Tiara.
"Bunda ke kamar, kamu nggak mau kekamar kamu?" tanya Ibunya Rafka kepada Tiara.
Tidak ada jawaban. Dan hal itu membuat Ibunya Rafka jengkel.
"Terserah kamu lah Tiara." ujar Ibunya Rafka, dan langsung saja pergi kekamar meninggalkan Tiara sendirian.
______________________
kangen sama cerita ini nggak kak? maap banget ya up nya lama, soalnya tugas aku dari kemarin numpuk banget ◐︿◑.
jangan pernah bosan yya ccama cerita ini, dan jangan pernah bosan juga nunggu aku update xixixi..(*^▽^)/