Dua hari setelah Ayyara ulang tahun, dan ia juga sudah mengetahui bahwa yang memberi tahu kapan ia ulang tahun kepada Givano adalah Ibunya sendiri.
Dan Ibunya juga sempat berbohong perihal tentang Ibunya yang lupa dengan ulang tahun nya.
Dan hari ini setelah dua hari ia ulang tahun, Ayyara kembali ke Rumah sakit untuk menjalani tugasnya yaitu menyalin data pengelolaan Rumah sakit milik Ayahnya, karena hari ini ia tidak ada kelas di Kampus.
Namun hari ini Ayyara telat bangun sehingga mengharuskan Ibunya pergi dahulu ke Rumah sakit karena ada jadwal Operasi tanpa sepengetahuan Ayyara.
Saat Ayyara telah bangun dari tidurnya, Ayyara keluar dari kamarnya dan turun kebawah untuk menemui Ibunya. Namun Ayyara tidak menemukan Ibu nya yang membuatnya sedikit khawatir dan Ia pun keluar rumah untuk bertanya kepada tetangga yang mungkin melihat Ibunya.
Saat keluar rumah yang Ayyara lihat hanya Ibunya Givano yang sedang menyirami tanaman dan Ayyara pun menghampiri Ibunya Givano.
"Selamat pagi Tante." sapa Ayyara terlebih dahulu.
"Eh nak Ara, selamat pagi." balas Ibunya Givano dengan senyuman begitu juga dengan Ayyara yang mendengar balasan Ibunya Givano.
"Ehm, Tante tadi lihat Mama Ayyara gak Tante?" tanya Ayyara langsung.
"Oh iya tadi Tante lihat. Terus tadi kata Mama kamu nyuruh kamu nanti nyusul aja soalnya kamu dibanguni susah. Padahal Mama kamu ada jadwal Operasi jadi harus pergi duluan." ujar Ibunya Givano menjelaskan.
"Jadi gitu ya Tante? Kalau gitu Ara mau nyusul Mama dulu ya Tante, makasih Tante." izin Ayyara sebelum menuju rumahnya, namun lagkahnya terhenti saat suara Ibunya Givano menginterupsi.
"Eh Ara, tunggu sebentar." ujar Ibunya Givano yang membuat Ayyara memutar kembali tubuhnya menghadap Ibunya Givano.
"Iya Tante, ada apa ya?"
"Nanti kamu perginya sama Givano aja ya."
"Ehm gak usah Tante, Nanti biar Ara naik taksi aja."
"Udah nanti kamu sama Givano aja, dan Tante gak terima penolakan." ujar Ibunya Givano memutuskan.
"Yudah kalau gitu Ara siap-siap dulu ya Tante." pamit Ayyara masuk kedalam rumah nya.
***
Di sisi lain Ibunya Givano sedang menyuruh Givano untuk mengantar Ayyara nanti
"Nanti kamu antar Ayyara ya No."
Mendengar itu Givano yang tadinya sedang bermain game, kini mengalihkan pandangannya ke asal suara tersebut.
"Mama cuma nyuruh Ino ngantar dia ke Kampus doang loh ma kemaren."
"Itukan kemaren, beda sama sekarang. Lihat tuh dari pada kamu main game terus, yang bisa buat kamu kena game sindrom gimana hah. Ihh Mama sih ngeri kalau bayanginnya." ujar Ibu Givano sambil begidik ngeri membayangkan anak nya terkena penyakit sindrom.
"Mama apaan sih. Nggak ada yang namanya game sindrom, yang ada tuh pikiran mama yang terkena sindrom. Lagi pula ngapain Mama bayangin coba."
"Ohh, Jadi kamu do'ain Mama sakit ya hah." ujar Ibunya Givano sambil menjewer telinga putranya.
"Bu-bukan gitu maksud Ino ma, aduh lepasin Ma." ujar Givano terbata karena menahan rasa sakit di telinganya.
Tidak lama kemudian Ibunya melepaskan jeweran telinganya, yang membuat nya bernafas lega.
"Yaudah sana kamu tunggu Ayyara di depan rumah nya cepat."
"Ck. Iya-iya." ujar Givano pasrah dan berjalan menuju garasinya.
***
Setelah bersiap siap, Ayyara langsung keluar rumah dan menghampiri Givano yang sudah stand by di depan rumah nya.
"Lama ya?" tanya Ayyara.
"Hmm." mendengar itu membuat Ayyara berdecak dan langsung menaiki motor Givano.
"Cepat jalan." perintah Ayyara.
"Yaudah turun." ujar Givano membuat Ayyara mengernyit.
"Maksud lo apa?" tanya Ayyara ngegas.
"Katanya tadi suruh jalan yaudah jalan sana, gimana sih lo."
"Bukan jalan itu gue maksud, gimana sih lo." ujar Ayyara menyambar dengan meniru kalian akhir yang digunakan Givano.
"Iya-iya." ujar Givano yang akhirnya pasrah.
"Ingat jangan ngebut."
"Hm."
***
Di lain tempat, Rafka dan Tiara sedang duduk ditaman rumah sakit seperti biasa sembari menikmati Ice cream. Lebih tepatnya hanya Tiara yang menikmati nya.
"Suka banget kayaknya, sampai aku nggak kebagian." ujar Rafka pada Tiara.
"Tadi kan aku suruh beli dua. Kamu aja yang nggak mau, jadi jangan salahi aku loh ya."
"Iya-iya, aku cuma bercanda kok." ujar Rafka sembari membersihkan Ice cream yang blepotan di pinggir bibir Tiara.
"Kalau makan Ice cream itu jangan kayak anak kecil, udah besar masih aja blepotan."
"Ish kamu itu ya Raf, macam gak pernah aja kayak gini." ujar Tiara memasang wajah yang cemberut.
"Iya-iya aku yang salah, wajah nya jangan gitu bikin gemes tau nggak." ujar Rafka yang membuat Tiara spontan tertawa yang diikuti oleh Rafka.
Di satu sisi Ayyara yang sudah sampai dari tadi dan memperhatikan keduanya, membuat hatinya panas bukan main.
"Melamun?" tanya Givano yang berada di samping Ayyara, namun tidak mendapatkan jawaban.
Hal itu membuat Givano mengikuti arah pandang Ayyara yang tertuju pada Rafka dan Tiara yang sedang bersenda gurau.
"Lo suka cowok itu?" tanya Givano yang sekali lagi tidak mendapatkan jawabannya, dan secara tidak sengaja ia melihat tangan Ayyara yang sudah mengepal.
"Jangan suka sama cowok itu." ujar Givano memperingati Ayyara sembari melepas kepalan tangan Ayyara yang membuat Ayyara menoleh.
"Jangan sakiti diri lo." ujar Givano sebelum meninggalkan Ayyara sendiri yang sedang menahan air matanya.
Kepergian Givano membuat Ayyara akhirnya menumpahkan air matanya dan langsung mengahapusnya dengan cepat. Kemudian ia masuk ke dalam Rumah sakit.
***
Sekarang Ayyara sedang duduk di ruangan khusus untuk dirinya, bukannya melakukan tugasnya, ia lebih memilih duduk terdiam sambil melamun.
kritt....
Mendengar pintu ruangannya terbuka refleks membuat Ayyara menoleh ke arah pintu dan ia mendapati Givano yang sedang menutup kembali pintunya dan berjalan menuju Ayyara.
Dengan santai, Givano langsung duduk dikursi yang berada dihadapan Ayyara sambil meletakkan kantung yang berisi kotak makanan.
"Makan." perintah Givano mendorong pelan kota tersebut ke arah Ayyara.
"Hm."
"Jangan dipikirin."
"Hm."
"Bunglon."
"Hm."
"Jangan hm mulu napa sih lo." protes Givano.
"Kenapa? Nggak boleh? kemaren lo juga gitu, gak enak kan kalau di anggurin kayak gitu. Gue juga merasa kayak gitu waktu sikap lo kayak gitu ke gue!!" ujar Ayyara emosi sambil menoleh ke arah Givano dan meninggalkan Givano sendirian di ruangannya.
"Shit." umpat Givano.
***
Ayyara yang baru keluar dari ruangannya kini disuguhkan pemandangan yang membuatnya kesal, dan benar saja kata Givano seharusnya ia tidak menyukai Rafka. Namun bagaimanapun caranya Rafka harus tau isi hatinya.
"Hai." sapa Ayyara kepada Rafka dan Tiara yang sekarang ada dihadapannya.
"Hai Ayyara." balas Tiara tersenyum.
"Ehm, gue mau ngomong." ujar Ayyara.
"Itu lo udah ngomong Ay." gurau Rafka.
"Kamu itu gaboleh gitu Raf, oh iya katanya kamu pemilik Rumah sakit ini kan?"
"Iya Ra." jawab Ayyara singkat.
"Yaudah kalau gitu selamat ulangtahun ya Ayyara, sorry telat." ujar Tiara memberi selamat.
"Iya Ay, gue juga ngucapin selamat ulang tahun ya." ujar Rafka.
"Makasih, btw kalian tau dari mana gue ulang tahun?"
"Kemarin kami dengar para suster lagi pada ngobrol tentang ulang tahun anak dari pemilik rumah sakit ini, terus Rafka bilang itu kamu. Jadi tau deh hehehe." ujar Tiara polos yang dibarengi kekehan kecilnya.
"Oh gitu."
"Lo tadi mau apa ngomong Ay?" tanya Rafka.
"Oh itu, gue cuma mau nanya, kapan kalian nikah?" tanya Ayyara yang sebenarnya menahan sakit di hatinya dan bukan itu yang sebenarnya yang ingin ia bicarakan.
"kami udah ngerencanain sih di akhir september." ujar Tiara menjelaskan.
"Oh gitu ya, kalau gitu selamat ya Raf, Ra."
"Iya makasih Ay." ujar Rafka dan Tiara bersamaan.
"Yaudah kalau gitu gue pulang ya, assalamualaikum." ujar Ayyara pamit.
"Iya wa'alaikumsalam." Jawab Rafka dan Tiara bersamaan.
***
Didalam ruangan Ayyara, Givano masih belum beranjak dari tempatnya tadi.
"Loh Givano, Ara nya kemana?" tanya Ibunya Ayyara yang baru saja masuk ke ruang anaknya.
Givano yang mendengarnya pun menoleh sambil berkata.
"Oh itu, Ayyara tadi ada yang nelpon tante, mungkin dari Kampusnya tante." jawab Givano beralibi.
"Oh gitu, yaudah kamu nyusul dia sana, takutnya nanti dia kabur." ujar Ibunya Ayyara tersenyum.
"Iya tante, Givano pamit dulu ya tante, permisi." ujar Givano berpamitan sambil mencium tangan Ibunya Ayyara.
"Iya, hati-hati ya No."
Setelah keluar dari ruangan, Givano langsung mencari Ayyara ke seluruh penjuru rumah sakit.
Namun nihil, yang membuat Givano kembali mengumpat.
"Shit, lo kemana sih Ra. Dasar bunglon." ujar Givano gusar sambil mengacak rambutnya.
"Gue nyerah Ra, gue pulang, semoga lo baik-baik aja." ujar Givano bermonolog dan langsung pergi pulang ke rumahnya.
Tanpa diketahui Givano, sebenarnya Ayyara sudah pulang ke rumah nya.
***
Setelah dari rumah sakit.
Ayyara bener bener langsung pulang ke rumahnya tanpa di temani Givano. Ayyara pulang sendirian dengan menggunakan taksi.
Sesampainya dirumah.
Ayyara langsung masuk ke kamar nya untuk beristirahat sejenak, ia terlelap sampai senja datang.
Menjelang maghrib, Ayyara dibangunkan oleh Ibunya untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, Ayyara turun untuk makan malam bersama Ibunya.
"Kenapa kamu ninggalin Givano tadi? Padahal dia loh yang udah antar kamu tadi." tanya Ibunya Ayyara saat ditengah tengah suapan makanannya.
"Ara ada keperluan tadi." jawab Ayyara yang sudah selesai memakan makanannya.
"Ara ke kamar ya ma, selamat malam." pamit Ayyara sebelum menuju kamarnya tanpa mencium pipi Ibunya seperti biasa.
"Malam juga Ara."
Melihat tingkah anaknya yang tidak seperti biasanya membuat Ibunya menggeleng kepala sambil berkata.
"Benar kata Givano, Ara itu bunglon." ujar Ibunya Ayyara menyusun piring kotor ke wastafel.
***
Diary Ayyara
12, Agustus
Hari ini saat aku ingin menyatakan isi hatiku kepada Rafka. Tapi, entah mengapa mulutku seperti tidak ingin mengeluarkan suaranya.
Dan entah mengapa mulut ini bertanya tentang hari dimana pernikahan mereka yang membuat hati ku sakit.
Givano benar, seharus aku tidak boleh menyukaimu. Karena hal itu yang membuat hatiku sakit.
Hari ini aku mengikhlaskan kamu untuk bersamanya, tapi tidak tau untuk ke depannya bagaimana.