Note: Special Event ini adalah side story. Jadi tidak terlalu ada kaitannya dengan plot utama Novel ini. Happy reading, Readers!!
...................
Aneh. Tak Seperti bIasanya aku akan berdebat cukup panjang dengan istriku. Hal ini bermula saat kami menonton televisi yang kebetulan menampilkan iklan cokelat. Riyati kemudian menanyakan padaku tentang Valentine. Aku menyampaikan pendapatku, tapi ternyata perbedaan pendapat kami akan berbuntut panjang.
Dia bersikeras saLah satu dari kami harus merayakannya, meskipun jika itu hanya suatu perayaan simbolik sederhana seperti memberikan cokelat atau bunga. Istriku berpikir jika kami akhir-akhir ini jarang melakukan sesuatu yang sifatnya klise seperti itu. Tapi aku menolaknya. Sebenarnya bukan menolaknya secara langsung, tapi ini lebih seperti aku ogah-ogahan melakukan hal itu.
Aku merasa jika perasaan kasih sayang tidak harus dengan 'upacara simbOlik' seperti penyerahan bunga atau cokelat atau yang lain. Apalagi dengan memberikan hal itu tepat pada perayaan yang memiliki makna negatif pada sebagian kalangan pemeluk agama Islam, termasuk aku. Alhasil kami 'sedikit' bertengkar karena hal itu.
...
"14 Februari, banyak orang yang menganggapnya spesial. Sesaat setelah kita lahir di dunia kita akan melihat bagaimana dunia bekerja, Manusia dengan pemikirannya, alam sekitar juga, kita akan langsung belajar bagaimana semesta bergerak. Tak elak juga dengan budaya yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Seperti hari ini. Banyak orang yang menganggap hari ini merupakan peringatan hari Valentine." Kata Warno memulai pembicaraan.
4 jam setElah bertengkar kecil dengan istriku aku menuju ke kantor. Saat ini Kami sedang rapat tahunan untuk membahas tentang operasi yang telah menjadi agenda rutin tahunan. Itu adalah operasi penertiban. Hal yang pasti terjadi pada setiap tahunnya, di hari Valentine di sekitar Kota Surabaya (dan hal ini tidak berubah selama bertahun-tahun), itu adalah meningkatnya perilaku amoral (1) yang dijalankan oleh para pemuda, pemudi dan pasangan yang belum menikah lainnya.
Indonesia adalah negara dengan dasar negara Pancasila, dimana sila pertamanYa adalah "Ketuhanan yang maha esa". Sebagai konsekuensi dari hal itu, segala perilaku kita tidak boleh menyimpang dari sila pertama. Jika sampai menyimpang dan meresahkan masyarakat banyak, maka kami akan bertindak. Kami, para anggota polisi akan menegur dan memberikan pengarahan.
Lamunanku itu tidak tanpa alasan. Pasalnya orang-orang yang baik, alim, atau yang tahu jika akan terjadi kejahatan pada umumnya akan diam. Hal itu membuat banyak kejahatan yang merajalela di sekitar sini. Perlu ada Orang (meskipun dia sejatinya bukan orang baik) yang menegurnya, melarang perbuatan tersebut. Itu yang kami lakukan saat ini, rapat terbatas untuk menentukan tempat yang akan menjadi target kami.
"Tidak seperti tahUn-tahun sebelumnya, Valentine kali ini akan jatuh pada hari minggu. Malam Valentine akan terjadi pada malam minggu." Kata Warno yang sedang memimpin rapat.
Kami sudah tahu hal itu. Banyak yang mungkin akan terjadi pada minggu depan. Pada saat perayaan Valentine. Kami sepakat untuk menambah target tempat penggeledahan. Tempat penginapanlah yang banyak menjadi target kami. Tapi tidak hanya itu, rumah makan, warung, diskotek, alun-alun kota juga tak lepas dari jangkauan kami.
Sepertinya rapat kali ini berjalan mulus. Semuanya setuju dengan apa yang diusulkan Pak Warno. Awalnya aku sedikit bingung kenapa aku juga diikutkan dalam rapat ini. "Buat apa Warno butuh intel dalam operasi penggerebekan sepele seperti ini?" Begitu batinku sesaat yang lalu.
Tapi pikiranku berubah total setelah rapat berjalan. Ternyata operasi kali ini juga untuk melacak sindikat jaringan narkoba yang telah terendus oleh pihak kepolisian beberapa hari yang lalu.
Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, itu yang dikatakan Warno. Aku mengusulkan sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh anggota polisi lain yang ikut dalam rapat ini. Hal Itu adalah dengan meminta Warno untuk melibatkan kantor pajak (2) di sekitar sini.
"Bisa kau jelaskan apa maksudmu sum?" Kata Pak Warno.
"Menurutku, kita telah lama mempunyai staf ahli dibidang keuangan kan." Jawabku.
"Terus kenapa pak?" Kata Pak Alif, seorang Kepala Bagian Bimbingan Masyarakat, Tahanan dan Barang Bukti.
"Ya maksudku apa kita tidak bisa menggunakannya?" Jawabku.
"Keuangan? Untuk kasus kali ini? Bagaimana caranya?" Pak Alif penasaran.
"Aku pribadi sadar jika kita tidak mungkin memantau dan menggeledah semua tempat yang digunakan untuk seks bebas dan kita juga harus memaksimalkan kemungkinan kita menangkap bandar narkoba itu." Jawabku.
Semuanya tampak mendengarkanku.
"Untuk itu bagaimana jika kita lihat laporan keuangan semuanya (semua tempat-tempat itu)?" Kataku.
"Hmm masuk akal juga." Kata Pak Warno.
"Sebelumnya aku pernah bertanya sama orangnya (pegawai pajak), tentang pajak yang seperti kita tahu dibayar berdasarkan penghasilan kita. Aku juga tahu jika mereka semua menyetorkan laporan keuangan mereka bahkan sampai pada rekening bank mereka ke kantor pajak. Namun, menurutku hal ini masih ada kekurangannya. Dia berkata jika data yang ada di sana (kantor pajak) kemungkinan besar hanya lengkap (laporan keuangannya) pada tempat-tempat yang besar. Seperti mal, hotel berbintang, restoran mewah, dll." Jelasku.
"Sebentar sum, lalu apa hubungannya dengan tempat pelacuran dadakan dan bandar narkoba?" Tanya Pak Warno.
"Hal ini lebih tepatnya, aku mencoba untuk memperkecil ruang gerak kita. Terlalu banyak tempat yang harus kita datangi di waktu yang sempit, yaitu pada malam Valentine. Oleh karena itu, ketika kita tahu ada temuan laporan keuangan yang mencurigakan, kita bisa memprioritaskan hal itu untuk kita datangi." Kata Pak Sumi.
Lalu Pak Warno teringat sesuatu dan berkata "Ah... bapak-bapak, aku pribadi yang mengusulkan ini juga berpikir seperti itu. Sebenarnya alasan aku memutuskan untuk melacak bandar narkoba di saat-saat sekarang adalah sekarang ada kemungkinan mereka mengendurkan penjagaannya."
"Mereka akan berpikir jika pihak kepolisian sekarang akan sibuk dengan sidak di tempat-tempat mesum dadakan, begitu pak?" kata Fara, seorang Kepala Bagian Reserse Sync.
"Ya begitu maksudku. Dengan rencana Sumi kita mungkin bisa melakukannya. Ee... sebenarnya apa tadi rencanamu sum?" Kata Pak Warno.
Aku menjelaskan jika Si-Anak STAN itu bisa membaca laporan keuangan hotel, restoran, atau tempat-tempat yang mungkin menjadi sarang melakukan hubungan seks bebas. Daftar tempatnya akan aku siapkan. Kemudian anak STAN itu yang akan mencari dan memeriksa laporan keuangannya serta pajak yang mereka bayar.
Dia bisa mencari laporannya di kantor-kantor pajak karena aku yakin dia mempunyai relasi yang banyak di sana, jika anak itu butuh surat pengantar dari kepolisian, hal itu bisa kami buatkan. Sebetulnya aku sendiri tidak tahu bagaimana cara kerjanya, biar dia yang akan bekerja nanti. Aku hanya akan terima laporannya, mana saja tempat yang menggelembung omzetnya di bulan Februari.
Setelah dia membaca itu, dia akan tahu mana yang terjadi anomali. Dia akan menjelaskan padaku tempat mana yang meningkat penghasilannya secara tak wajar di bulan Februari. Katanya hal ini bisa terlihat dari setoran pajak yang ia (tempat itu) bayar. Kemudian kami tetapkan tempat itu - tempat yang mengalami peningkatan penghasilan di bulan Februari - menjadi target gerebek.
Dengan cara ini kami dapat menghemat tenaga dan lebih memfokuskan anggota. Ah kau bertanya tentang anak STAN itu? itu adalah salah satu anak buahku, dia lulusan STAN yang ditempatkan di sini, di kepolisian. Sama sepertiku dulu.
Sekarang aku kembali pulang ke rumah. Rumah sedang kosong dan hanya ada Marie tidur rumah ini. Seperti biasa istriku orang yang super sibuk. Atau mungkin ritme kerja kami yang sefrekuensi. Aku di kantor dia di rumah, aku di rumah dia di kantor. Hanya pada hari minggu kami bisa sedikit santai berdua. Itupun kalau tidak ada panggilan CITO dari Rumah Sakit.
"Huh… enak sekali pasangan-pasangan muda yang baru menikah." Gumamku dalam hati.
"Mereka bisa seenaknya sendiri bulan madu berdua, makan malam berdua, ah sial kenapa aku memikirkan ini?" Lajutku.
Aku menanak nasi, kemudian ku tinggal ke kamar mandi. Nasi matang, aku membuat mi instan. Aku makan sambil menonton televisi.
"Ah sial, kenapa semuanya menayangkan tentang Valentine. Hari gila itu saja aku tidak bisa merayakannya dengan benar." Kataku.
Televisi hanya membuatku 'badmood'. Aku mematikan TV-nya dan beralih ke Youtube. Aku tidak berlangganan YT premium, masih ada iklan didalamnya, dan iklannya juga tentang cokelat.
"Ya Allah, apa-apaan ini, kenapa semuanya pada merayakan Valentine." Kataku.
Lalu aku mendengar sesuatu dari arah kamar Marie. Ternyata anak itu bangun, dia membuka matanya. Aku menuju ke kamarnya dan melihatnya seraya menyapa "Assalamualaikum". Dia tersenyum dan berkata "Wa'alam."
Aku tertawa. Aku membetulkan omongannya. Aku memberinya olahraga ringan pada tubuhnya. Aku menggerak-gerakkan anggota geraknya. Anak itu kelihatan senang waktu aku perlihatkan kartun klasik 90-an seperti Casper, si hantu yang ramah, Popeye si pelaut, dan tom and jerry.
Lalu iklan Youtube menyerang, dan iklan cokelat itu yang berulang. Marie terlihat terkesima melihat benda berwarna cokelat itu. Kemudian Marie bertanya apakah benda itu enak. Aku menjawabnya jika itu enak, rasanya manis.
"Eem, aalau arie uda embu, arie au a'an iu o'eh? (kalau Marie sudah sembuh, Marie mau makan itu boleh?)
"Tentu saja boleh, Ayah akan membelikan yang banyak sampai Marie tidak bisa lagi memakannya hahaha." Jawabku.
Dia tersenyum senang. Karena kata-kata itu, aku menjadi teringat perlakuan ku terhadap Riyati.
…
Satu minggu kemudian, saat malam Valentine.
Sekitar setelah isya' kami bergerak. Kami tersebar di beberapa titik. Berkat terobosanku, aku rasa operasi kali ini lebih sukses daripada tahun-tahun sebelumnya. Kami menjadi lebih terpusat dan hasil 'tangkapannya pun banyak. Aku jadi lebih percaya jika laporan keuangan merupakan representasi dari kenyataan yang terjadi.
Banyak yang terkena razia kali ini. Kami membuka pintu hotel. Ada pasangan di dalam kamar. Kami suruh mereka menunjukkan kartu nikah atau jika tidak bawa fotonya saja, atau foto pernikahan, mereka tidak bisa menunjukkannya. Laporan dari tempat lain juga menunjukkan hal yang sama.
Namun hal yang tidak kami dapatkan adalah informasi mengenai sindikat narkoba. Kali ini, semua tempat yang kami sambangi tak ada satu orang pun yang membawa narkoba. Paling-paling oplosan.
Aku memaklumi hal itu. Jika saja kami cukup waktu untuk menganalisis laporan-laporan keuangan lebih dalam (itu termasuk laporan bayar pajak, EOI (3) antara KPP dan BPKPD Surabaya, serta mencocokkan dengan bukti setoran pajak dan rekening koran) tentu hasilnya akan lebih presisi lagi. kemungkinan kami untuk mengungkap bisnis haram dari menjual narkoba akan lebih tinggi.
Dua jam sebelum subuh setelah itu kami baru selesai. Kami kembali ke kantor untuk evaluasi terakhir dari Pak Warno. Evaluasi berlangsung singkat karena kami semua juga sudah lelah. Akhirnya dengan sisa-sisa tenagaku, aku pulang ke rumah.
Namun sebelum itu aku dihadang oleh Quora. Quora juga ikut dalam operasi kali ini. Em, sebenarnya semua anggota kepolisian juga ikut operasi ini. Anak itu ternyata minta tolong untuk mengantarnya pulang.
Lalu aku bertanya kepadanya, "mengapa tidak naik sepedamu saja, jika kau ikut aku sepedamu akan tertinggal di sini."
Dia menjawab jika dia terlalu capai untuk bersepeda saat ini. Tanpa pikir panjang aku mengiyakannya. Aku hanya ingin cepat sampai rumah dan segera tidur.
Saat Kami sampai di suatu jalan raya, dia berkata jika ingin membeli sesuatu di minimarket. Dalam keadaan normal, pasti sudah aku 'semprot' anak itu maksudku siapa dia, kok berani menyuruhku, tapi aku juga sudah lelah.
Alhasil, aku menunggu di dalam mobil sedang ia masuk ke dalam minimarket. 5 menit aku menunggunya, dia selesai dan keluar dari Indomaret lalu kembali ke dalam mobil.
Sampai di depan rumahnya, aku bertanya padanya tentang apa yang dia beli. Dia berkata cokelat dan dua tangkai bunga mawar merah. Mendengar kata cokelat entah kenapa aku sangat marah. Mungkin karena benda itu yang menggangguku selama satu minggu ini. Aku benar-benar memarahi anak itu. Aku menyangkutpautkan antara prinsip moral dan etika bermasyarakat, dimana sebenarnya hal itu tidak nyambung sama sekali.
Quora lebih banyak diam dan hanya menjawab jika aku perintahkan untuk menjawabnya. Dia sepertinya juga sudah lelah.
"Izin menjawab pak, nanti siang aku ada rencana untuk bertemu dengan Rani. Ya, kau tahu lah pak. Ah tapi tenang saja, kami hanya akan makan siang lalu ke timezone(4). Aku takut jika nanti aku tak punya waktu ke minimarket untuk membeli ini (sambil menunjukkan plastik berisi bunga dan cokelat) jika aku bangun kesiangan."
Aku tak habis pikir dengan stamina anak muda. Dia masih kuat untuk kencan kekanak-kanakan di timezone setelah semua ini. Tapi mendengar jawabannya, aku tak punya alasan untuk marah, karena besuk adalah hari libur. Kemudian aku berlalu.
...
Aku sampai di depan rumah lalu aku menyadari sesuatu saat memarkir mobilku. Aku melihat setangkai mawar tergeletak di depan dashboard mobil. Aku berpikir jika ini pasti punya Quora. Tak lama berselang setelah aku selesai memarkir mobil, dia mengirimi ku pesan singkat.
"Maaf pak! bunganya ada yang tertinggal, besuk aku ambil, rencana ku itu akan kuberikan pada ibuku sore nanti setelah bertemu Rani. Terima Kasih banyak Pak!" Kata pesan itu.
"Astaga Anak itu, sabar sum, tenang." Batinku.
Lalu Aku mengambil napas dalam-dalam. Aku keluar mobil dengan membawa bunganya ke dalam rumah, kupikir dia akan layu jika ku taruh begitu saja di mobil. Kemudian sampailah aku di depan pintu depan rumah ku yang terkunci. Aku masukkan kunci tapi tidak bisa diputar. Aku berpikir jika kunci pada bagian yang lain sedang tertancap, itu artinya istriku sudah pulang.
"Assalamualaikum, Buk," Kataku.
"Waalaikumsalam, iya sebentar pak." Katanya menjawab dari dalam rumah.
Riyati membukakan pintu. Dia memakai piyama. kupikir sepertinya dia terbangun untuk membukakan pintu untukku.
Aku menunggu dengan berdiri seperti orang gila di depan pintu. Pikiranku sudah kabur. Aku sangat mengantuk sekarang, ingin rasanya aku langsung tidur setelah sampai di ranjang. Tapi aku masih harus menunggu azan subuh yang tinggal 30 menit lagi.
Kemudian Riyati datang membuka pintu. Dia melihat ku tak seperti biasa, tapi aku tak terlalu memedulikannya. Seperti biasa Aku berikan tas ku kepadanya. Lalu aku duduk karena akan melepas sepatu. Tapi rupanya tangan kiri ku masih membawa sesuatu. Karena mengganggu, Aku juga memberikan benda itu kepada Riyati.
"Ah tolong ini juga ya." Aku memberikan benda itu.
Tapi kemudian aku merasa ia bersikap aneh. Kemudian Dia tergesa-gesa berlari ke belakang. Aku melepas sepatuku secara cepat. Lalu aku mengejar istriku yang lari. Aku khawatir jika ini ada hubungannya dengan Marie. Sampai pada depan pintu kamar Marie, ia tidak masuk ke dalam dan malah menuju ke Dapur. Aku kaget melihat itu.
Aku mengikutinya ke dapur dan melihatnya sedang membuka tempat sampah, dia seperti mencari sesuatu yang sudah dibuang.
"Ketemu!" Katanya.
Lalu dia berbalik kearahku dengan membawa setangkai mawar pemberianku dan sebuah cokelat dari tempat sampah.
"Lah itu bunga-?" kataku.
Ah itu adalah bunga Quora yang tertinggal. Aku tak bisa berkata jika itu bukan bungaku. Tanpa sadar aku seperti memberikannya ke Riyati.
"Ini." Kata Istriku sambil menundukkan mukanya.
Dia memberiku cokelat yang masih terbungkus dari tempat sampah. Pikiran pertama yang aku pikirkan adalah begitu rendahnya aku sampai aku diberi makanan sisa yang sudah dibuang di tempat sampah.
"Sepertinya Riyati benar-benar marah tentang cokelat. Apa yang sudah aku lakukan. Lihat dia betapa merah mukanya karena amarah yang memuncak." Batinku.
Lalu Riyati menyuruhku untuk segera mandi, dia membalik badanku. Tapi kemudian aku merasa dia menyandarkan kepalanya ke punggungku.
"Maaf pak, anu terima kasih bunganya... em, aku pikir kamu tidak akan memberiku hal yang seperti ini. Cokelat itu baru aku beli tadi malam. Aku belum tidur sama sekali untuk menunggumu pulang. Tapi aku memikirkannya lagi, kamu pasti akan marah jika aku memberikan padamu cokelat di hari Valentine. Makanya aku buang ke tempat sampah." Katanya di belakang punggungku.
Rasa kantukku seketika hilang, karena jantungku berdegup kencang. Tanpa membalik badanku, aku menyeret tangan Riyati ke dalam kamar.
"Eh, pak? pak... ada apa? Pak!" Kata Riyati yang bingung.
Kami di dalam kamar, Aku mengunci pintu.
"Hei Tidak ada orang di dunia ini yang akan marah ketika istri kesayangannya memberikannya cokelat, Istri Sumitro." Kataku sambil memukul pelan jidatnya.
"Aku... argh tak biasanya kau memberiku ini, dasar Suami Ariyanti!" Lalu dia memelukku karena malu.
Aku melihat dia masih memegang erat bunganya. Aku merasa bersalah pada Quora. Tapi biarlah, yang berlalu biarlah berlalu. Aku serahkan kepada diriku besuk untuk menolak Quora kalau-kalau dia meminta bunganya kembali.
"Ee.. Riyati? bisa kau hentikan ini hei, badanku bau, belum mandi whoa!" Kataku.
*bruk.
Aku didorong ke ranjang dan Badanku ditimpa oleh istriku yang hanya memakai piyama. Dia diam tak bergerak diatas tubuhku. Dia sepertinya kehabisan napas, napasnya tersengal-sengal. Jantungku berdetak kencang, begitu pula dengannya. Mungkin kami sama-sama bisa merasakan detak jantung masing-masing.
"Apa ini yang sempat dirasakan oleh semua pemuda yang aku tangkap tadi? Sepertinya aku tidak akan tidur malam ini." Batinku.
...
Tapi ternyata tidak. Aku tiba-tiba terbangun setelah ada yang menggoyang-goyang tubuhku untuk salat subuh. Jam 6 pagi. Kaget sudah telat, Aku tergesa-gesa untuk melaksanakan salat.
Lalu aku menemui Riyati yang setelah membangunkanku, dia membersihkan ruang tamu.
"Ee, maaf." Kataku.
"Bisa-bisanya langsung tidur setelah semua itu, astaga kamu itu." Kata Riyati.
"Kan aku sudah bilang maaf, zeyeng... kita lakukan sekarang?" Kataku
"Jika kamu memaksa, mau bagaimana lagi." Katanya.
Mukanya memerah.
Baru Riyati meletakkan sapunya, HP-nya berdering.
"Ah, CITO." Katanya.
"Kalau begitu berangkat lah." Kata ku.
"Okidoki." Jawabnya dengan tersenyum sambil memegang pipiku.
"Cobaan apa lagi ini Ya Allah." Kataku dalam hati.
---------
Aku tertidur setelah sarapan. Tidur pulasku tiba-tiba berhenti ketika aku mendengar ketukan pintu rumah. Aku bangun dan membuka pintu rumah. Itu adalah Quora.
"Assalamualaikum... Pak, mohon izin mengambil barang terting-" Kata Quora.
"Maaf ya, Kamu beli lagi saja bunganya." Kataku singkat.
"Loh pak, tidak bisa begitu do-" Kata Quora
"Ini perintah." Kataku Singkat.
"Baik pak." Jawab Quora.
Ya mau bagaimana lagi, kalau Riyati tahu bunga yang dipajang di vas bunga hilang, bisa-bisa jatah malamku nanti hangus. Aku akan mentraktir anak itu makan siang saja besuk.