Larisa tampak menikmatinya, mengobrol ringan dengan Arvan ternyata sangat menyenangkan. Larisa tak menyangka ternyata Arvan tak seburuk yang dia duga selama ini. Andai saja teman-teman di kelasnya tahu terutama Pretty dan Gina, jika Arvan sebenarnya pemuda yang menyenangkan, Larisa yakin kedua sahabatnya itu tak akan lagi melarangnya untuk berteman dengan Arvan.
Dalam hati, diam-diam Larisa sedang membanggakan diri sekarang, senang luar biasa karena perlahan namun pasti tampaknya dia berhasil meluluhkan seorang Arvan Marcelino. Pemuda itu kini tak sedingin dan seketus ketika pertama kali mereka bertemu.
"Yaah, pisang gorengnya abis," ucap Larisa sambil mendesah kecewa karena wadah plastik yang tadi penuh dengan pisang goreng buatan ibu Arvan, kini ludes tanpa sisa.
"Habislah, lo makanin terus dari tadi."
