Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 37 - ADA MAKSUD LAIN DIBALIK ITU

Chapter 37 - ADA MAKSUD LAIN DIBALIK ITU

"Kenapa?" Salsha masih fokus memperhatikan Aldi sangat serius. "Kamu beneran enggak apa-apa? tumben kamu diem aja," Aldi menghela nafasnya pelan.

"Enggak, kamu bisa lihat semua oragan luar aku? masih utuh kan?" Salsha masih tidak percaya. "Kamu makin pucet," Aldi membuang wajahnya tidak balas menatapnya.

"Udah jam sepuluh malem, turun sana. Aku juga mau pulang," Aldi mengusit Salsha dengan membuka pintu mobil dari dalam. ""Aku antar sampai sini aja, udah larut banget soalnya," Salsha menganggukan kepalanya menurut.

"Besok jemput ya," minta Salsha pada Aldi, pacarnya hanya mengganggukan kepalanya dengan tersenyum. "Kamu tenang aja, kalau aku masih pacar kamu, aku masih punya kewajiban antar jemput kamu kemana aja," Salsha memasang wjaah jeleknya lalu kembali mengangguk.

"Aku masuk dulu, kamu hati-hati dijalan," Alsi mengangguk, dia menutup kaca mobilnya dan menjalankan mobilnya pulang.

"Aish," ringis Aldi saat punggungnya sangat sakit. "Sialan, siapa yang berani-beraninya nyulik Salsha," Aldi menaikan kecepatan mobilnya sedikit diatas rata-rata.

Aldi memaksakan mtanya untuk terus tersadar jika dia tidak ingin terjadi kecelakaan beruntun dan menyelakai tubuhnya dan orang lain dan mendapat masalah lebih banyak lagi.

Selesai memarkirkan mobilnya di depan rumahnya, Aldi berjalan keluar dengan mengeratkan pegangannya pada setiap sisi mobil sampai pada pada pintu utama.

Baru saja akan mengetuk pintu Aldi sudah dulu jatuh tidak sadarkan diri, anehnya bunda Aldi membuka pintu rumah karena khawatir anaknya belum pulang sampai selarut ini.

"Aldi!" teriak bunda terkejut saat melihat anaknya sudah tidak sadarkan diri di lantai depan pintu kamarnya. Baru saja akan mengangkat sebagian tubuh Aldi, bunda kembali berteriak karena mendapati tangannya basah karena darah.

"Ayah! Aldi ayah!" panggil bunda masih diposisi yang sama, tangannya menepuk-nepuk kedua pipi anaknya agar tersadar. "AYAH!" Bunda berteriak lebih keras dari yang baru saja. Pria paruh baya itu datang dengan gulungan koran dutangannya. "Ad--"

"Apa yang teejadi," ucap Ayah seperti akan bertanya, namun tangannya lebih gesit untuk mengangkat anaknya dan memasukannya ke dalam beserta dengan istrinya

Keadaan sedang genting sekarang, Ayah mengendarai mobil yang baru saja Aldi gunakan, Ayah mengendarainya dengan sangat cepat, ada bunda dibelakang sedang memegangi Aldi yang tidak sadarkan diri. Baru saja kemarin Aldi keluardari Rumah Sakit, apakaj harus ada lagi masalah?

"Bangsat,"

••••

"Kak, lo kenapa ke kamar gue?" tanya Salsha terkejut saat kakaknya datang ke kamarnya diam-diam.

"Lo kenapa malem-malem belum tidur? beaok sekolah kan?" Salsha mengangguk menjawabnya. "Kenapa si?" tanya Kak Ray lebih menuntut jawaban.

"Enggak kok, lagi nunggu Aldi telfon aja. Soalnya dari tadi dia belum telfon gue," Ray memutar bola matanya malas. "Udah sana tidur, mungkin Aldi kecapekan sampai lupa telfon lo. Udah hampir jam duabelas malem, cepat tidur," Salsha menghela nafasnya pasrah.

Salsha berjalan menuju stop kontak mencharger ponselnya. "Besok gue yang antar lo, enak ya diantar Aldi mulu. Berasa punya Ojek gratis," Salsha terkekeh mendengarnya.

"Bilang aja kakak males di rumah sendirian," ledek Salsha dengan menjulurkan lidahnya ke arah kakaknya. "Bodo amat, buruan tidur," Ray beranjak dari dari ranjang adiknya mulai berjalan keluar.

"Enggak usah lebay, cowok lo itu gesrek, kaya orang gila juga, makannya banyak, preman juga, enggak mungkin ada yang berani nyulik dia, yang ada malah rugi," ledek Ray sebelum menutup pintu kamar adiknya. "ish, nyebelin banget," Selesai mencharger ponselnya Salsha langsung saja tidur dengan memulai menutup kedua matanya.

Mimpi indah, Salsha.

•••

"Bagaimana?"

"Ada luka cukup dalam dan sedikit parah pada tulang belakang anak anda, tapi syukurlah anak anda cepat dibawa kemari. Saya akan mendiaknosa lebih lanjut jika anak anda sadar besok pagi tiga sampai empat jam lagi kemungkinan akan sadar karena obat tidur yang saya suntikan tadi," Kedua orang tua pasien menghela nafasnya merasa lega. "Dan satu lagi, saat pasien sadar, batasi geraknya. Saya takut jahitan di punggungnya benar-benar membuka,"

"Baik dok, terimakasih," jawab bunda dengan wajah khawatir, ayah mengelus bahunya menenangkan. Anehnya, satu tangannya yang lain mengepal marah.

Adiknya benar-benar membawa oengaruh buruk pada anaknya, mungkin saja dirinya harus mendidik dengan tegas lebih keras dari sebelumnya.

•••

Salsha terkejut saat ada satu telapak tangan mengelus pundaknya. "Kenapa? ada masalah?" tanya Sadewa duduk di sebelah Salsha dengan senyum manis. "Enggak," alibi Salsha, dia menghela nafasnya pelan dan sedikit memberi jarak dengan Sadewa.

"Aku udah kenal kamu lumayan lama, mungkin aja kamu bermaksud bohongin aku karena kamu enggak enak sama Aldi. Aku cuma mau kamu sedikit terbuka aja, kamu ada masalah apa?" Salsha tersenyum sedikit namun kembali masam lagi.

"Gue enggak bohong, gue enggak ada masalah serius. Lo tenang aja gue enggak akan merugikan lo jug!,," Salsha mengambil ponselnya disaku bajunya mengalihkan pembicaraan. "Soal Aldi?" tanya Sadewa membuat Salsha diam.

"Iya kan? tebakan aku pasti benar," Salsha memutar bola matanya malas. "Gue sedikit khawatir sama Aldi, hubungan Aldi sama Wiga hancur sekarang," Sadewa terkekeh mendengarnya.

"Gara emang bandel orangnya, wajar aja kalau ayah udah mulai turun tangan. Aku enggak tahu apa-apa," Salsha diam mendengatnya. "Di rumah selain mereka enggak bisa berdamai Gara selalu buat ayah marah karena dia maki-maki semua orang,"

"Soal Nita, apa lo ikut campur Wa?" tanya Salsha dengan hati-hati, Sadewa terdiam dan sedikit tertawa kecil. "Enggak, ayah yang melakukan semuanya. Aku enggak ada ikut campur, aku terlalu takut sama Gara, rasa-rasanya aku masuk ke keluarga dia aja aku udah merasa bersalah banget," Salsha melirik Sadewa sebentar.

"Dan lebih buruknya lagi Nita enggak mau dengar kalau itu bukan dari Wiga, gue sedih dengarnya," Sadewa mengangguk dengan senyum misterius. "Argo pindah sekolah minggu ini," ucap Sadewa memberitahu Salsha.

"Gue enggak bisa berpikir kenapa cinta mereka jadi serumit ini," Salsha menghela nafasnya berat. "Aku juga,"

"Aku minta maaf dulu pernah egois," Salsha menganggukkan kepalanya dengan tersenyum hangat. "Bukan lo aja yang egois, dulu kita sama-sama punya ego yang tinggi," Sadewa mengangguk. "Tuhan punya jalan keluarnya masing-masing ternyata," ucap Salsha membuat Sadewa melihat Salsha fokus.

"Hidup bahagia Wa, gue harap lo bisa punya pacar lebih baik dari yang sebelumnya," Sadewa tersenyum mendengarnya. "Apa kamu bahagia sekarang?" Salsha menganggukan mepalanya mantap.

"Mungkin aja menurut penglihatan lo gue lagi enggak baik-baik aja sama Aldi, tapi dari hari ini gue enggak baik-baik aja udah ada banyak hari bahagia gue sama dia seperti yang enggak lo tahu," Salsha meremas ponselnya sedikit gugup.

"Gue tahu awalnya lo enggak suka sama Aldi setelah pindah sekolah, asal lo tahu Wa. Dia yang buat gue bisa keluar dari waktu sulit setelah gue pindah sekolah. Dia yang terbaik," Sadewa masih diam saja saat Salsha menceritakannya.

"Maaf Sal, ini bukan kuasa aku. Tapi, yang di dalam sini," Sadewa menujuk dadanya. "Belum mau pindah dari kamu,"