Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 15 - MENGENALKAN HITAM PADA CAHAYA

Chapter 15 - MENGENALKAN HITAM PADA CAHAYA

Salsha terlihat bingung saat tiba-tiba Aldi berdiri didepannya dengan gummy smile, memakai seragam sekolah rapi dan atribut lengkap. Aldi tersenyum cujup canggung saat itu. "Apa?" tanya Salsha karena Aldi menutup jalan memintanya untuk berhenti. Salsha dipojokkan di samping jalan koridor yang hari ini tidak nyaman.

"Aku setuju soal kemarin," ucap Aldi pada Salsha yang masih tidak mempeedulikan Aldi didepannya.

"Aku mau berubah, aku janji sama kamu," Salsha kembali mengangkat bahunya tidak ingin menjawab. Aldi langsung menautkan tangan Salsha padanya, Aldi tersenyum tipis dan mengeratkannya.

"Ayo ke taman belakang, aku mau ngomong serius sama kamu," ajak Aldi pada Salsha, dia menarik tangan Salsha lembut untuk ikit padanya.

"Maaf baru bisa sekarang, aku tahu ini hampir terlambat, tapi aku butuh kamu, aku enggak bisa tanla kamu," Salsha menganggukan kepalanya dan masih diam saja. Sebisa mungkin Salsha menahan senyumnya karena Salsha cukup terhibur saat Aldi melihat pada Salsha dengan gugup. Ini hal menyenangkan, dan Salsha hanya sedikit ingin bermain-main.

"Kamu beneran mau berubah? tanya Salsha melihat pAldi serius sekalk, bagi Salsha percaya itu sulit. Terlebih lagi jika orang yang sama berjanji akan berubah dan tidak akan melakukannya. Terdengar ringan sekali, karena kobohongan awalnya jauh lebih berat

"Iya, sedikit," jawab Aldi hampir menyatukan jati telunjuk dan ibu jarinya untuk menujukan seberapa besar diringa akan belajar berubah.

"Aku butuh pengawasan, dan seharusnya kamu lebih sering dideket aku agar aku enggak melakukan kesalahan lagi," sambungnya membuat Salsha tertawa keras sekali, astaga. Melihat Aldi dengan wajah bingung, gugup dan polos membuat Salsha tidak bisa menahan tawanya.

"Oke, kalo kamu mau berubah. Aku juga mau berubah menjadi yang terbaik dari yang baik buat hubungan kita," ucap Salsha membuat di sedikit tersipu. "Janji?" Salsha menawarkan kelingkingnya untuk saling beetautan, Aldi menerimanya dengan senyum lucu.

Salsha itu polos, Aldi sudah pernah melakukan apa saja yang menurutnya menyenangkan. Sedangkan Salsha masih dengan janji jari kelingking. Seperti anak Sekolah Dasar, padahal isi kepala Aldi seperti berpelukan mesra, cium pipi kanan kiri, sium pipi dan semacamnya.

"Padahal aku berharap ada sedikit ciuman," Salsha kesal memanhunkan bibirnya, ini namanya bukan untung atau saling menguntungkan. Tapi Salsha akan buntung kedepannya. "Iih, baru dibilangin," kesal Salsha saat Aldi mulai mengerjaingainya. Aldi sedang memajukan bibirnya untuk bisa mencium Salsha dari dekat.

"Apaan si, minggir!" Salsha menangkis wajah Aldi dengan tangannya. "Aku rela jadi orang bodoh demi lihat kamu marah dan ketawa," Aldi meninggalkan ciuman lembutnya pada puncak kepala Salsha kemudian berjalan menjauh meninggalkan Salsha yang masih terdiam. Aldi terkekeh, dia akan mengingat saat Salsha terkejut dengan respon tubuhnya. Aldi sempat tertawa geli melihat Salsha yang masih melongo saat Aldi sudah menjauh.

"Astaga," gumam Salsha saat nyawanya sudah terkumpul, dia mengusap puncak kepalanya yang baru saja terjadj pelecehan. "Anjir," lirih Salsha selanjutnya, kemudian dia mengusap wajahnya karena memanas.

"Sumpah demi apapun, gue malu banget," teriak Salsha malu karena dia lupa keramas. Semoga aja Aldi tidak jijik padanya.

•••

"Kok lo sekolah di sini?" tanya Nita teekejut melihat Gara bersekolah disekolahnya. Wiga sama sekali tidak melihat Nita sama sekali, dia fokus pada makanannya dengan santai, jntuk informasi. Wiga pandah sekali menebalkan wajahnya.

"Mau ngapain lo ke sekolahan gue!" Nita kembali kesal saat lawan bicaranya hanya diam tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Wiga masih memilih diam. "Minggir!" ucap Wiga lugas, dia menatap Nita dengan tatapan malas, dengan cepat dia berdiri berjalan meninggalkan Nita yang sedang terkejut, kesal diabaikan, dan marah tidak direspon.

"GARA!" teriak Nita kesal, dia sangat yakin jika tadi itu yang didepannya saat ini adalah Gara. Pacarnya yang sudah sangat lama mereka menjalin hubungan, walaupun sempat selesai dan memulainya lagi. Wiga masih terlihat santai, dia berjalan menuju kelasnya berusaha menjlikan pendengarannya. Dengan gerakan cepat juga Nita menarik pergelangan Wiga dan mendorongnya untuk terhimpit pada dinding.

"Lo Gara kan? Gue yakin lo Gara. Jangan berani main-main sama gue!" Nita sangat kesal diabaikan, sumpah demi apapun. Nita juga hampir kehilangan akal jika Gara pacarnya benar-benar sulit diatur. Wiga tersenyum, dan itu membuat Nita mulai yakin jika yang didepannya ini memang pacarnya. Pertanyaannya, kenapa Gara sekolah disini tidak berbicara dengannya terlebih dahulu?

Wiga melihat Nita dengan tatapan mata datar, wajahnya mematung dan memperhatikan jika Nita sedang memikirkan sesuatu. Merasa mendapat ruang kosong Wiga berjalan pergi meninggalkan Nita yang masih terdiam dengan pemikirannya sendiri.

"GARA!" teriak Nita kesal, dengan masih memikirkan hal lain Nita berlari mengejak Wiga yang sudah hampir menghilang dipersimpangan koridor.

"Jawab gue kenapa lo bisa satu sekolah sama gue, tapi lo enggak cerita dulu sama gue," Nita melihat Salsha sangat marah, menatap tajam mata Wiga meminta jawaban saat itu juga. Masih dengan perasaan kesal diganggu, Wiga menarik tangan Nita untuk mengikutinya.

Gudang. Wiga menemukannya, Wiga dorong tubuh pacarnya sampai lada mantras sampai Nita terduduk keras. "Gue. Gak. Suka. Dipojokkan!" tekan Wiga saat harga dirinya hampir saja dilecehkan oleh Nita, Wiga laki-laki dan dengan semudah itu Nita menjatuhkan harga dirinya?

"Itu, aku cuma masih bingung kenala kamu bisa disini. Aku cuma mau tahu kenapa kamu bisa disekolah aku dan kenapa kamu bisa sagu sekolah sam aku," Nita sangat gugup saat menjelaskannya. Dengan lembut Nita akan berdiri untuk menggenggam tangan Wiga untuk membuat Wiga lebih baik. Masih dengan perasaan sama, Wiga menepiskan.

"Sayang, jawab pertanyaan aku dulu," minta Nita berbucara sangat lembut. Wiga sama sekali tidak menjawab sama sekali, dia berjalan menjauh dan mulai berbalik hanya untuk memeluk Nita lembut sekali. "Ada apa hem?"

"Makasih maaih sama, jadi obat, penyemangat, vitamin dan penyembuh aku selama ini," Nita hanya bisa tersenyum mendengarnya, dia mengelus kepala Wiga lembut sekali.

"Bunda?" tanya Nita lirih, dan tubuh Wiga menegang dipelukannya. Nita bingung meresponnya. "Jangan temui gue dulu," ucap Wiga membuat Nita mengerutkan alisnya bingung. Apa ada yang salah dengan ucapan Nita?

•••

"Dari mana aja ? Gue cariin dari tadi," ucap Aldi mengomeli Wiga karena terlambat sekali menemuinya. " Gue masih bingung disini, gue salah keliar dan hampir muter-muter sekolah cuma buat cari kamar mandi,"

"lo enggak lagi bohoongin gue kan?" Wiga menggelengkan kepalanya tidak nafsu. "Gue pulangnya gimana?" Aldi terkekeh melirik pada Salsha yang sedang duduk disebelahnya.

"Gue pulangin Salsha dulu, lo enggak apa-apa kan nunggu dulu disini?" tanya Aldi tidak ingin menerima penolakan, Wiga menghela nafasnya malas.

"Antrin gue ke markas dulu, lo bisa pacaran sama Salsha sepuasnya," tolak Wiga dengan melihat Salsha yang masih anteng disebelah Aldi.

"Ya udah ayo, gue sebenernya masuh ragu. Berhubung lo minta gue anterin ke markas gue bisa sekalian kenalin Salsha sama mereka," ucap Aldi mengalah, namun kali ini Wiga terlihat tidak setuju.

"Salsha?" Aldi mengangguk saat Wiga bertanya tidak percaya. "Kenapa?"

"Lo yakin? mereka--" Aldi memotong ucapan Wiga dengan keyakinan Aldi.

"Gue pastiin enggak ada yang boleh sentuh Salsha satu inci aja, kall mereka macem-macem. Ada lo yang bisa buat mereka babak belur," Wiga memutar bola matanya sangat malas.