Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 17 - DUA ORANG INI MEMILIKI PERSAMAAN

Chapter 17 - DUA ORANG INI MEMILIKI PERSAMAAN

Keduanya saling melempar kontak mata, Salsha yang memperhatikan Devan sangat serius namun sedikit takut, dan Devan terus memperhatikan Salsha dan mengencangkan tangannya yang sedang bersalaman.

Aldi yang baru saja keluar dengan Wiga setelah menaruh makanan lebih didalam mulai memperhatikam Salsha dari jauh. Andra masuk dengan teriakannya.

"WEH, BABANG DEVAN KAPAN PULANG BANG?" Andra memeluk Devan dnegan berani berpura-pura seperti anak kecil, Devan melihatnya datar.

"LEPASIN GUE SETAN!" Devan mengmbalasnya tidak kalah keras, bagaimana tidak marah. Andra memeluknya cukup kencang dan mencium wajahnya berkali-kali padahal mereka awalnya tidak sedekat itu.

"Ada apa ini rame-rame," satu orang lagi keluar dari samping ruangan hanya menggunakan celana pendek tidak menggenakan pakaian. Salsha berdiri dan masih diam sedikit malu, apa-apaan ini. Apa disini hanya laki-laki? dan Salsha perempuan sendiri?

"Ar pakai baju lo, sialan. Cewek gue liat badan lo gue yang rugi," Arya kembali masuk dan malas bergabung. Salsha masih diam bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Sebenarnya ini tempat apa dan kenapa banyak sekali laki-laki seumurannya?

"Van, dia Salsha pacar gue," Devan menganggukkan kepalanya paham, dan setelah itu Andra menyenggolnya untuk meminta penjelasan.

'Cewek ini?' Devan menganggukan krpalanya dan berjalan menjauh dari merumunan itu, Andra membuntutinya dari belakang.

Dari arah pojok Devan duduk disofa dengan diam, matanya masih memperhatikan Salsha dengan Aldi yang sedang bercanda berdia saja. Ada Wiga yang sedang tidur diseberang sofa sama sekali tidak terganggu dengan tawa Salsha yang membuat Devan juga tersenyum tipis.

"Kapan lo bebas? setahu gue lo enggak bebas hari ini," Devan melihat Andra yang sedang bertanya serius padanya. "Ada yang bebasin gue, lo enggak perlu tahu siapa dia karena gue enggak suka lo ikut campur urusan gue," Andra sedikit menahan tawanya.

"Gue tahu orangnya, tapi gue enggak tahu dia siapa. Saran gue, mending lo jauhin dia sebelum masalah lo bertambah rumit. Gue enggak mau temen gue dapet masalah bukan dari kesalahannha," Devan berdiri, melihat Andra serius dan sedikit terkekeh. "Lo enggak perlu ikut campur urusan gue, ini soal gue dan hidup gue kedepannya,"

"Gue nasihatin lo karena gue perduli," ucap Andra lagi saat melihat Devan berdiri akan pergi menjauh darinya, jarang-jarang sekali Andra bjsa berbicara seperti ini lagi dengn Devan teman satu sekolahnya sebelum Devan masuk ke penjara. "Tapi gue enggak suka diperduliin," Devan pergu menjauh dari Andra, manurut Devan Andra itu teman yang terlalu ikut campur seoalah-oleh Devan adalah Andra. Andra tidak akan tahu apa yang seharusnya dilakukan Devan karena dia hanya menonton dan menilai saja.

"Matanya biasa aja, kaya enggak pernah liat cewek aja," tegur Aldi saat melihat Salsha masih fokus melihat-lihat temannya yang fokus dengan kegiatannya masing-masing.

"Cewek lo pindahan dari sekolah mana? gue kaya pernah lihat dia," ucap Devan yang berdiri disamping Aldi menayakan Salsha. Salsha terdiam dan mengangkat wjaahnya lagi, mereka bertatapan dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

"Satu sekolah sama lo sebelum lo dipenjara, dia pindah satu tahun sebelumnya. Kenapa?" Devan menggelengkan kepalanya saat Aldi menuntut jawaban dengan peetanyaan juga. "Enggak, gue cuka kaya pernah lihat dia, tapi gue lupa aja dimana," Aldi menganggukkan kepalanya tidak mempermasalah itu.

"Gue ambil minum dulu, tunggu sini sebentar," Salsha hanya pasrah mengangguk saat Aldi sudah berjalan masuk meninggalkan Devan dengannya disatu sofa yang sama.

Devan duduk disamping Salsha dengan tersenyum miring mengejek, Salsha membuanh wajahnya melihat pada arah yang berbeda. Duduknya mulai bergeser memberi jarak cukup jauh padanya. "Masih inget gue? satu tahun yang lalu,"

"Jauhin, tangan lo dari gue!" Salsha menepis tangan Devan saat akan menyentuh rok pendek sekolahnya. Matanya melihat Salsha dengan tatapan mengejek dan Salsha masih membencinha sampai kapanpun. Hampir dua tahun Devan menunggu saat-saat ini, bertemu Salsha dan melakukan sesuatu hanya berdua. Bukankah sangat menyenangkan.

Tangan Devan menarik tubuh Salsha agar duduk dipangkuannya, "Lo ingat? gue sentuh lo sampai mana? gue lupa karena gue dipenjara dengan tuduhan pemerkosaan sedangkan gue sama sekali belum melakukan apapun,"

"Harusnya sekarang karena lo dateng ke sini dengan sendirinya. Gue baru bebas kemarin, dan dengan gue lihat lo nafsu gue tiba-tiba lebih tinggi,"Persetanan sama kebangsatan lo!" teriak Salsha langsung berdiri , dan berlari cepat menyusul Aldi yang masih membuatkan minum untuknya. Dan sialannya Devan masih menatap pantat Salsha melambai-lambai padanya meminta Devan remas sangat lembut. "Astaga," Aldi terkajut, saat ada seseorang memeluknya dari belakang.

"Pulang, aku mau pulang Al," minta Slasha dengan mata menahan tangisannya. Salsha memohon pada Aldi dengan memeluknya sangat kencang, giginya menggigit bibirnya sendiri.

Aldi berbalik untuk melihat pada Salsha, dia juga menolak tahu jika ternyata ada air sedikit deras mengalir dari wajah Salsha. "Ayo-ayo," ajak Aldi terluhat sangat santai. Salsha masih menangis dalam diannya, Aldi memeluknya untuk sedikit menenangkan Salsha.

Masih dengan diam Aldi berusaha menenangkan Salsha, disela-sela memeluknya Aldi hampir berbisik pada Aldi. "Semua milikku milikmu, urusanmu juga akan jadi urusanku, akan aku selesaikan masalahmu karena aku enggak bisa melihat kamu terganggu,"

"Jadi, tolong percayakan masalah kamu sama aku. Aku akanbantu kamu, ya?" 'Walaupun dengan perasaanku! Sebagai permaianannya,'

•••

"SIALAN, KANAPA LO SELINGKUH DARI GUE," bentak Wiga yang sudah kesal dengan Nita karena dia tidak mau menuruti keinginannya. Wiga melihat Nita keluar dari kelas yang sama dengan Argo, dan hanya itu. BUG.

Nita meringis saat didorong oleh Wuga sampai terjatuh ke lantai. "Itu, buat lo khianatin gue," Gara kembali mendorong Nita pada meja didekat mereka dan ruangan dari ruangan itu teedengar suara nyaring karena tabrakannya.

Nita yang sudah terlalu biasa mendapatkan perlakuan ini hanya diam, dan menangis. Mau bagaimana lagi? Cowok kasar yang selalu menyakitinya adalah orang nya Nita cintai sampai detik ini juga. Nita menangis dalam hati, dia memang sudah lelah hati, lelah pikiran. Bertahan dengan cowok kasar, tempramen, dan sering lupa diri memang harus sangat-sangat sabar.

Dengan tubuhnya yang sudah mulai sakit, Nita berusaha berdiri. Walaupun bibirnya merintih, Wiga sama sekali tidak ingin membantunya untuk berdiri.

Nita berjalan tertatih-tatih karena kaki, Nita bermaksud menjelaskan apa yang tadi terjadi padanya tapi Wiga menarik rambut Nita sangat jasar. "Ini peringatan terakhir buat lo, kita pacaran bukan karena dasar gue enggak cinta sama lo. Sekali lagi gue lihat ll selingkuh, didepan mata gue ataupun enggak. Gue akan melakukan hal lebih dari ini," Gara mendorong Nita lagi, Wiga meninggalkan Nita sendirian. Nita menangis, sepanjang jalan pulang Nita terus meringis menahan rasa sakit ditubuhnya.

'Gimana gue tahan, kalo gue selalu dapat luka fisik dari dia,'