Chereads / Mengapa Kita Harus Dipertemukan? / Chapter 41 - Generasi Monster vs Crow

Chapter 41 - Generasi Monster vs Crow

Hafi duduk dikursi penonton. Semua orang mulai berebut saat beberapa wanita seksi mulai dilelang. Ck! Hafi rasanya ingin langsung menghajar orang-orang yang hadir dalam acara pelelangan manusia. Mereka pikir para wanita seksi itu barang?.

Kalau bukan karena ia tengah menjalankan misinya, sudah pasti akan ia kacaukan acara pelelangan malam ini.

" Mau rokok? "

Seorang pria tua menawarkan rokok kepada Hafi. Hafi menolaknya dengan halus, ia tidak ingin merusak organ tubuhnya dengan asap rokok. Pria itu menyimpan kembali kotak rokoknya.

" Aku baru pertama kali melihatmu, apa kau pemuda kaya raya? "

Urat kemarahan muncul dikening Hafi. Ia memang akui jika penampilan nya benar-benar seperti seorang laki-laki. Tapi, tetap saja harga dirinya terinjak-injak.

Hafi tersenyum. " Bisa dibilang begitu." begitu tenang Hafi menjawab pertanyaan Pria disebelahnya.

" Baiklah, acara pelelangan akan kami lanjutkan..."

Perkataan sang pembawa acara membuyarkan fokus Hafi. Kali ini, sosok wanita cantik yang mengenakan gaun panjang berwarna putih. Rambutnya ditata begitu rapi, agar menarik peminat. Make up yang dikenakannya pun sangat natural.

" 1.000.000.000 "

Pemandu acara tersenyum saat mengenali suara tersebut. Segera mengangkat palu untuk mengakhiri.

" 1.000.000.000 "

" 1.000.000.000 "

" 1.000.000.000 "

"...1.000.000.000 diterima! " palu diketok.

Semua peserta pelelangan bertepuk tangan atas tawaran yang diberikan oleh Hafi.

"...Sial, kenapa juga aku harus membeli wanita itu seharga 1.000.000.000?" gumam nya yang tengah berusaha menahan emosi.

' Ayolah, kau tidak akan membayar 1.000.000.000 itu. Jadi jangan emosi.' Mohamad Hasan, biasa dipanggil Hasan sedang berusaha menenangkan Hafi melalui alat komunikasi yang terpasang di telinganya.

Hafi mendengus kesal mendengar perkataan atasannya barusan. Walaupun ia tidak membayar, tetap saja rasanya ia seakan-akan membeli sebuah barang tak berguna dengan harga 1.000.000.000.

'...kami sudah menemukan posisi ketua mafia Crow, dia berada paling depan. Mengenakan jas merah gelap.' Idham Azis melapor.

'...Hafi, apa kau bisa melihat nya di posisi mu saat ini?.' tanya Hasan.

Hafi menyipit. Fokus menatap kerumunan didepannya. Lebih tepatnya, fokus menatap salah satu pria yang mengenakan jas merah gelap. " Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas..." sekilas Hafi melirik kearah pria disampingnya yang masih menikmati rokok, "...tapi sepertinya aku tahu harus bertanya kepada siapa." tambahnya.

" Permisi tuan, bisakah aku bertanya?"

Pria itu menghentikan kegiatannya menghisap rokok. " Ya, silahkan."

Hafi menunjuk kearah pria yang tengah mengenakan jas merah gelap yang tengah membelakanginya.

" Apakah, dia ketua mafia Crow? "

Pria itu menghembuskan asap rokok yang berada di dalam mulutnya. " Ya, dia ketua mafia Crow. Selalu datang kepelelangan ini untuk mendapatkan wanita cantik. Bisa dibilang menambah koleksi istri, mungkin..."

Hafi menganggukan kepalanya, mengerti perkataan pria barusan. "Terima kasih, atas infonya." kata Hafi dengan nada ramahnya.

' kau sudah mendengarnya? ' tanya Hafi pelan, menekan tombol di dekat telinganya agar terhubung dengan rekan-rekannya.

' Kami mendengarnya, sangat jelas...'

'...Frendy, bisakah kau menyebarkan foto ketua mafia Crow?.' tanya Hasan.

Frendy Handoko yang tengah menyamar menjadi pembawa acara segera membidik kamera kearah ketua mafia secara diam-diam. Mengirimnya kesemua rekan-rekan nya yang tersebar di gedung pelelangan saat ini.

' Anggota mafia Crow tengah menghampiri ketua mereka. Sepertinya ada sesuatu yang penting...' lapor Lena yang berada di atas gedung sebrang gedung pelelangan. Fokus mengawasi pergerakkan musuh menggunakan teleskop.

' Target bergerak keluar! ' lapor Idham.

Hafi dan Frendy sekilas saling bertatapan. Seakan memberi isyarat kepada Hafi untuk mengikuti mereka.

Segera Hafi keluar dari gedung pelelangan. Membiarkan Frendy menyelesaikan tugasnya yang tengah menyamar.

Melangkahkan kakinya lebar-lebar mengikuti pergerakkan target. Jarak 5 meter dari target, ia segera bersembunyi dibalik bangunan. Memastikan jika musuh tidak melihatnya barusan.

Bola seperti kelereng ia keluarkan dari saku celananya, membiarkannya bergelinding hingga berhenti tepat di bawah mobil yang terparkir di samping musuh.

" Tuan Dani ingin bertemu dengan anda, Boss. Dia ingin mengajukan kerja sama dalam menyelundupkan narkoba."

" Benarkah?"

" Ku dengar Organisasi King Cobra kini kembali bangkit di bawah pimpinan Ardian."

" Bukankah jika kita bekerjasama dengan Organisasi King Cobra maka usaha kita akan semakin berkembang pesat. Pasti kita akan sangat mudah menjual obat-obatan tanpa sepengetahuan pihak berwajib."

" Selain itu, dimana Gashina? seharusnya saat ini dia bersama ku."

" Dia tengah menyelesaikan tugas yang baru saja anda berikan, jika anda lupa..."

" Ah! benar-benar..."

" Tenang saja boss, saya yang akan mempersiapkan pertemuan anda dengan Tuan Dani."

" Baiklah, aku serahkan kepada mu."

Hafi kembali memperhatikan pergerakkan musuh. Mereka berpisah, sang ketua mafia masuk ke sebuah hotel bersama dengan beberapa wanita seksi yang ia dapatkan dari pelelangan barusan.

" Sudah menemukannya?" tanya Frendy yang menyusul Hafi.

Hafi menunjuk kearah sebuah hotel yang baru saja dimasuki oleh target mereka. " Di dalam hotel."

" Ah! hotel untuk bercinta,ya~" Frendy mengucapkan nya dengan nada yang terlalu santai.

" Bagaimana kalau kau juga masuk kedalam sana, lagian kau sudah membeli salah satu wanita di pelelangan barusan."

Asap mengepul di kepalanya seketika. segera menendang kaki Frendy penuh emosi. Yang benar saja, ia tidak ingin mengkotori pendengaran dan penciuman dengan suara orang bercinta dan aroma bau bekas orang bercinta. Tidak akan pernah!.

Frendy menepuk bahu Hafi. " Demi misi kita." kata Frendy dengan alis yang ia naik-turun, seakan menggoda Hafi.

Ya, demi misi.

" Dimana wanita itu?." tanya Hafi yang akhirnya pasrah mengikuti usulan Frendy.

Frendy tersenyum. Segera ia mehubungi wanita yang dibeli oleh Hafi untuk bertemu di depan hotel. Tak membutuhkan waktu lama, dua orang pria berseragam serba hitam mengantar wanita itu tepat di depan hotel. Meninggalkannya sendirian.

" Cepat temui dia, kau tidak ingin dia kabur kan?."

' kami akan mengawasi mu.' kata Hasan.

'...jangan selingkuh dari ku, Hafi.' kata Lena.

" Ck, aku bukan pacar mu Lena!!" geram Hafi.

' Ya, ya~aku tahu itu...' Lena membalasnya dengan nada yang begitu santai.

***

Wanita seksi itu, mengenakan pakaian tipis yang membuat Hafi ingin sekali melempar setumpuk pakaian yang dimilikinya kewajah wanita dihadapannya.

Wanita itu duduk disisi ranjang hotel yang tak jauh dari tempat penginapan.

Mulut wanita itu disekap oleh Hafi menggunakan telapak tangannya. Sorotan matanya mengisyaratkan jika dia tidak boleh berbicara ataupun melakukan pergerakan.

" Target ditemukan. Berada di kamar 105." Hafi melapor melalui alat komunikasinya.

"...Wanita yang mereka lelang, berada di hotel seberang. Bersama dengan para pria yang membeli mereka. " lanjut Hafi, kembali melaporkan kepada atasannya.

Hafi menyingkirkan tangannya dari mulut wanita dihadapannya itu.

" Kau Wanita? "

Hafi mengernyit. " Memangnya kenapa? "

" Tapi, kenapa kau mempunyai wajah yang begitu tampan? Apa kau operasi plastik?."

Hafi kesal. " Hey, wajahku ini asli. Lagian mana ku tahu kalau aku akan terlahir memiliki wajah tampan." jawab Hafi.

Hafi membuka lemari yang tersedia di hotel. Rupanya Frendy sudah memesankan kamar hotel ini agar menyiapkan keperluan Hafi untuk menyergap musuh.

Mengenakan baju loreng dibalut dengan rompi anti peluru, sarung tangan hitam, masker yang menutupi separuh wajahnya, serta kacamata hitam khusus.

" Siapa nama mu?" tanya Hafi yang kini tengah menyiapkan senjatanya.

Wanita itu jelas sangat ketakutan dengan penampilan Hafi saat ini. " Adella." jawabnya lirih.

" Nah, Adella. Kau harus menjauh dari lokasi ini. Pergilah! aku membebaskan mu."

"..."

Hafi membuka pintu kamar. " Nah, silahkan."

Adella bangkit, berjalan perlahan menuju Hafi yang tengah menunggunya di luar kamar.

"Apa kita bisa bertemu lagi?"

Pertanyaan Adella membuat langkah kaki Hafi terhenti. Menoleh kebelakang, menatap Adella yang tengah menunggu jawabannya. Pancaran matanya, seakan mengharapkan sesuatu terjadi.

" Ya, kita bisa bertemu lagi."

Setelah menjawab pertanyaan Adella. Hafi pun benar-benar pergi meninggalkan Adella yang kini tersenyum ramah. Puas mendengar jawaban langsung dari Hafi barusan.

***

Pintu dibuka dengan paksa oleh Hasan. Frendy, Lena, Hafi dan Idham segera masuk kedalam sambil mengarahkan senjata mereka. Mendadak adegan intim yang dilakukan oleh dua lawan jenis itu terhenti.

Sang wanita menatap ketakutan dan memberi tatapan memohon kepada Hafi untuk diselamatkan olehnya sedangkan sang dominan justru menatap tak suka kepada Hafi dan rekan-rekannya.

Wajah memerah dan napas yang berat.

" Menyerahlah! " nada tegas keluar dari mulut Hasan. Tatapannya datar. "...kau sudah dikepung!" tambah Hasan.

Menarik pergelangan tangan wanita itu dengan kasar. Bekas cumbuan yang begitu bergairah menghiasi tubuh wanita itu. Segera Hafi menutupi seluruh tubuh nya dengan selimut yang tersedia di kamar hotel.

Dia menatap Hasan, seakan memberi tantangan kepada Hasan.

" Yang benar saja..." Hasan mengeluh, segera melepas alat komunikasinya serta sarung tangan hitam, "...Majulah, aku akan mematahkan seluruh tulang mu." kata Hasan yang merasa kesal dengan tatapan musuh dihadapannya.

'Srek!

Regu Hasan sudah dikepung oleh anggota Crow. Wanita yang bersama dengan ketua mafia Crow barusan berlindung dibalik punggung Hafi.

" Nah, kita mulai pertunjukkannya."

Senyuman licik terukir di wajahnya.