Chereads / I FEEL ALONE / Chapter 38 - I FEEL ALONE - Ucapan yang Tulus

Chapter 38 - I FEEL ALONE - Ucapan yang Tulus

Waktu pulang sekolah tiba, tapi gue belum ingin pulang sekarang. Gue lebih memilih untuk berjalan ke suatu tempat yang masih ada di sekolah ini dan tempat yang gue tuju sudah pasti bukan parkiran, karena gue sudah bilang kalau gue belum ingin pulang. gue terus melangkahkan kaki gue untuk menuju ke tempat itu.

Gue sekarang sudah sampai di tempat yang ingin gue tuju tadi, yaitu Rooftop. Dari pada gue pulang kembali ke apartement, gue lebih memilih untuk berdiri di sini terlebih dahulu.

Gue mencoba menenangkan apa yang membuat gue emosi, meski gue gak tahu gue emosi akan hal apa. Yang jelas saat ini gue sedang emosi dan gue ingin menenangkannya. Hati ini merasa begitu emosi sekarang.

Suasana sekolah ini belum sepenuhnya sepi, masih banyak yang beraktivitas sekarang. Gue memandangi mereka dari sini.

Gue sedang memandangi mereka yang sekarang tengah sibuk memperebutkan bola agar bisa mereka masukkan ke dalam ring. Ya, gue sekarang sedang memperhatikan mereka yang sedang bermain bola basket. Di sana juga ada Kak Dev.

Awalnya gue memang beniat memperhatikan mereka yang sedang bermain basket hanya karena ada Kak Dev, tapi fokus gue sekarang malah tertuju pada dia. Dia? Dia yang gue maksud adalah Reynard.

Gue menyaksikan dia tengah asyik men-dribble bola. Entahlah gue lebih asyik menyaksikan hidup dia, dibanding menjalani hidup gue sendiri. Menyaksikan hidup dia terasa jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan menjalani hidup gue sendiri.

Dia seakan mempunyai daya tarik tersendiri, dia mampu membuat gue tertarik kepadanya. Dari sekian banyak cowok yang sedang bermain basket, tapi fokus gue bisa langsung tertuju padanya.

Gue gak mau bersikap lebih pada dia, gue gak mau jika nantinya gue salah mengartikan kebaikan dia dan gue juga gak mau kalau nantinya dia menyesal telah mau baik sama gue. Gue gak mau kalau itu semua terjadi!

Mungkin ini sudah sore, sebab sinar mentari sudah semakin dekat. Cahayanya begitu indah dari atas sini, tanpa gue sadari saat gue sedang asyik memandang sinar mentari, dia menghilang.

Dia bukan menghilang dari dunia, melainkan menghilang dari pandangan gue. Dia-nya adalah Reynard bukan Kak Dev. Sedari tadi gue lebih tertarik memperhatikan Reynard dibandingkan dengan kak Dev.

Jangan tanyakan kenapa gue lebih tertarik sama Reynard! Karena gue sendiri gak tahu jawabannya apa yang jelas pandangan gue seakan tertarik olehnya.

"Lo belum pulang?" tanya seseorang yang membuat gue berhenti mencari di mana dia. Gue merasa tak asing akan suara itu. Gue berbalik badan dan ternyata orang yang gue cari ada di hadapan gue. Ya, orang yang bertanya barusan adalah Reynard.

"Belum." Setelah menjawab pertanyaannya gue langsung kembali menatap ke arah matahari terbenam lagi.

"Ngapain lo di sini?" tanya dia.

"Peduli apa lo sama gue?" tanya gue balik. Gue berbalik badan sambil menatapnya dengan tatapan yang tak bersahabat.

"Minggir! Gue mau pulang."

Gue berjalan terburu-buru dan dengan disengaja gue menabrak sebelah tubuhnya. Gue merasa begitu kesal sekarang. Gue kesal sama dia, padahal dia gak ngapa-ngapain, tapi anehnya gue bisa langsung merasa kesal.

"Tunggu!" ucapnya sambil menahan tangan gue. Gue melepas paksa tangannya, hati gue terluka saat bertemu dengan orang hari ini. Hati ini seolah mengharapkan ucapan 'selamat ulang tahun' dari orang yang dia temui.

Tanpa gue sadari, bulir air mata jatuh membasahi pipi gue, dengan seketika gue langsung mengusap air mata itu dan pergi meninggalkan area Rooftop. Gue berjalan dengan langkah yang lumayan cepat. Gue gak mau kalau dia sampai mengejar gue. 

Saat sudah berada di lantai bawah gue melihat seseorang yang tengah berjalan dari arah yang berlawanan. Orang itu mengenakan jersey basketnya. Gue masih belum tahu jelas dia siapa. Gue harap orang itu bukan Kak Dev.

"Vitt, belum pulang?" tanya orang itu saat gue dan dia betemu sebelum gue belok ke arah keluar. Ah, sial. Apa yang tidak gue inginkan akhirnya terjadi. Orang itu adalah Kak Dev.

"Sekarang aku mau pulang Kak," jawab gue yang masih mencoba menahan perasaan yang mungkin akan muncul beberapa saat lagi.

"Gue antar pulang," ucap Kak Dev.

"Gak usah Kak aku bawa motor sendiri kok." Gue tidak mau diantar pulang sama Kak Dev. Hati gue langsung merasa tidak mau, karena mungkin yang hati gue inginkan bukan diantar pulang, tapi diucapkan 'selamat'.

"Gue temenin sampai ke parkiran," ucap Kak Dev. Gue hanya bisa mengangguk pasrah. Gue tak mau berdebat lebih lama lagi dengan orang. Gue dan Kak Dev akhirnya berjalan berdua menuju ke tempat parkiran.

Gue sampai saat ini masih mencoba menyembunyikan rasa yang sudah muncul sejak tadi. Gue tidak ingin membuat Kak Dev merasa heran akan perubahan sikap yang terjadi sama gue.

Gue berjalan ke arah motor gue, Kak Dev masih mengikuti gue. Lebih tepatnya gue dan Kak Dev masih berjalan bersama. Gue naik ke atas jok motor gue. Gue langsung menggunakan helm gue. "Aku duluan ya Kak," ucap gue. Gue tak mau basa-basi lagi sama dia.

"Hati-hati," ucap Kak Dev. Setelah mendengar ucapan itu, gue langsung menyalakan mesin motor gue dan melajukan motor gue keluar dari area SMA Permata.

*****

Malam ini terasa begitu sunyi  bagi gue. Hari mulai hilang, waktu terus berjalan dan tanggal sudah akan berganti, tapi belum juga ada orang yang mengucapkan selamat.

Hmm, kenapa hati ini terus mengharapkan yang tidak mungkin. Hati ini terus berharap mendapatkan ucapan selamat dari orang tua gue, namun itu semua sangat tidak mungkin.

"Udah lah gak usah ngarep! Buat apa lo ngarep, lo gak bakalan dapetin apa yang lo harapkan!" Gue masih berdiri di sini menatap bayangan gue di cermin.

"Lo bukan orang yang berharga, jadi jangan harapkan ada orang yang mau nyempetin waktunya buat ngucap 'happy birthday' buat lo!" Gue menunjuk ke arah cermin, gue menunjuk bayangan gue sendiri. 

Prnkkk

Emosi ini sudah gue tahan sejak tadi. Gue gak mau nyakitin diri gue di hari ulang tahun gue, namun itu semua gak bisa menghentikan keinginan gue. Hati gue sakit, gue iri kenapa dia bisa mendapatkan banyak ucapan selamat, sedangkan gue tidak. Apa yang membedakan gue dengannya?

Ah sudahlah, gue bukan orang penting kayak dia. Gue gak berharga makanya gak ada yang peduli sama gue!

Gue pikir sejak dulu gue akan terus merayakan ulang tahun bareng dia, tapi ternyata gue lah orang yang tak pernah merayakan itu. Gue bukan ingin kado berharga atau barang mewah dari mereka!

Gue hanya ingin ucapan yang tulus, karena dengan itu gue merasa berharga. Gue sempat berharap semoga mereka peduli sama gue, mereka ingat gue, tapi kenyatannya tidak!