Malam tahun baru!
Riv menatap cermin yang menampakkan dirinya, Riv mengamati dahinya yang sekarang berwarna ungu. Sangat jelek sekali. Entah ada apa dengan tahun baru, dua tahun berturut-turut Riv selalu sial.
Malam tahun baru tahun lalu pun dinobatkan Riv sebagai malam paling sial. Kenapa? Riv beritahu satu hal yang tidak diketahui sebelumnya. Tahun lalu, tepatnya saat malam tahun baru dirinya terlibat kecelakaan yang membuat Riv lupa sebagian memorinya. Iya, Riv amnesia! Bahkan sampai sekarang Riv masih belum mengingat memorinya yang hilang.
Riv tidak benar-benar berpikir jika setelah kejedot tadi ingatannya bisa pulih, tentu bukan karena tidak semudah itu untuk mengembalikan ingatan. Entah kenapa di sinetron seperti itu, Riv tidak tahu.
Riv pun tidak mengingat jelas mengapa bisa dirinya kecelakaan. Bangun dari tidurnya selama tiga hari Riv tidak mengingat kejadian-kejadian beberapa bulan lalu—sebelum kecelakaan. Mungkin karena ada kenangan buruk sehingga otak Riv secara otomatis tidak ingin mengingat hal tersebut? Entahlah.
"Gimana biar ini gak kelihatan ya?" Gumam Riv. Masalahnya, malam ini Riv dan keluarga akan pergi makan malam. Baju dan sepatu sudah matching tetapi ada benjolan di dahinya berwarna ungu tentu membuat penampilan Riv minus. Riv juga tidak pandai mengaplikasikan make up lagi.
Riv berpikir, jika tidak dapat hilang setidaknya sedikit tertutupi lah. Kenapa dulu Riv tidak membuat poni, jadi bisa ditutupi poni tetapi memang musibah tidak ada yang tahu. Riv melihat foundation lalu mentap-tapkannya pada wajahnya. Setelah itu Riv memakai bedak dan liptint agar bibirnya tidak pucat. Sudah sedikit tertutupi, padahal Riv jarang sekali memakai foundation.
Riv mengambil sling bagnya lalu berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Dari sini Riv bisa mendengar suara ramai-ramai—terlalu ramai untuk keluarga Riv, jangan-jangan ada orang yang mamanya ajak lagi!
Benar dugaan Riv, Riv menghela napasnya tetapi keningnya berkerut ketika melihat Pra duduk di sofa mengobrol dengan papanya. Jadi sekarang ada tambahan: Pra, Dan, Bintang serta Bi Narsih.
"Riv, kok melamun di sana? Sini dong!" Perintah Mama Riv yang membuat Riv sadar jika sedari tadi hanya bengong di tangga.
Riv berjalan menghampiri mamanya. Tetapi Riv bisa merasakan sedari tadi Dan memandanginya, lebih tepat mengamati benjolan di dahi Riv yang terlihat samar. Tanpa mempedulikan Dan, Riv duduk di sebelah Pra.
"Apatuh?" Tanya Pra menunjuk pada dahi Riv.
"Menurut ngana?" Bukannya menjawab, Riv malah bertanya dengan nada kesal.
"Sesuatu yang membuat lo tambah jelek," jawab Pra lalu tertawa ngakak, Riv hanya bisa menepuk pipi Pra supaya berhenti tertawa.
"Jelek-jelek gini juga lo ajak pacaran," gumam Riv pelan tetapi ternyata seisi ruangan mendengar gumamannya.
"Siapa yang ngajak kamu pacaran?" Tanya Mama Riv sembari mengerutkan keningnya.
"Ada juga ternyata yang ngajak lo pacaran," sahut Samudera lalu tertawa ngakak.
Bukannya menjawab, Riv malah menarik-narik baju Pra lalu mendekatkan bibirnya ke kuping Pra seraya berbisik,"Pokoknya gue mau lo ngikutin permainan gue ya. Gue mau ngerjain orang rumah." Lalu Riv dan Pra tertawa pelan.
Tindakan Riv pun tidak luput dari pengamatan semua orang. Bahkan Samudera tertawa tanpa suara diam-diam.
"Jadi?"
"Gini Ma, katanya Pra mau minta izin bu—"
"Maaf, saya permisi ke rumah sebentar," Riv mengalihkan pandangannya pada Dan yang sudah berdiri sembari tersenyum kaku. Tanpa menunggu jawaban semua orang, Dan segera berjalan keluar rumah dengan tergesa-gesa. Riv menaikkan sebelah alisnya tetapi memilih tidak mempedulikan.
"Gini Ma, katanya Pra mau minta izin buat ngajak Kak Sam main," ucap Riv dengan wajah tam berdosa. Sedangkan raut semua orang yang tadi tegang—kecuali Samudera—perlahan mengernyit kesal.
"Gue kira Pra mau ngelamar lo," canda Samudera seraya tertawa melihat kelakuan Riv yang mungkin bisa membuat seseorang mati mendadak—Samudera memang lebay kok.
"Ada-ada aja kamu tuh Riv. Mama kira kan anak mama udah gak jomblo ngenes lagi,"
"Mahhh, dibilangin kalau aku tuh single berkualitas kok masih bilang jombla-jomblo aja," jawab Riv dengan kesal tetapi Mama Riv hanya mengendikkan bahunya.
"Halah ngeles aja lo. Bilang kalau jomblo ngenes, gitu aja kok malu," ujar Pra dengan senyum miring yang lagi-lagi dihadiahi tabokan oleh Riv.
"Halah, ngatain orang jomblo ngenes kalau sendirinya aja jomblo ngenes kuadrat!" Ejek Riv lalu menjulurkan lidahnya.
"Udah-udah, gak lihat tuh Bintang udah cemberut dari tadi?" Lerai Mama Riv.
"Riv tolong kamu panggilin Dan sebentar."
"Loh loh kok aku sih? Pra aja deh."
"Malah gue, lo lah yang buat masalah," balas Pra lalu berpura-pura berbicara dengan Papa Riv.
"Udah sana," perintah Mama Riv dengan menyebalkan, sabar Riv itu ibumu. Surga di telapak kaki ibu, jangan kurang ajar. Huft.
Riv berjalan ke rumah Dan sambil menggerutu. Apa-apa kalau masalah Dan pasti Riv yang kena getahnya, heran Riv tuh. Tapi Riv juga tidak bisa melawan perintah mamanya yang mutlak. Pintu tertutup tetapi Riv memilih langsung masuk saja, entah mengapa hawanya sangat mengerikan.
"Om?" panggil Riv dengan pelan. Kosong, tidak ada orang. Apa mungkin Dan di kamar?
Riv berjalan ke kamar Dan tetapi tidak ada tanda-tanda Dan di sana. Hanya ada beberapa obat yang ter—WHAT?! Ini obat yang sama dengan obat yang di rumah sakit itu. Jangan-jangan Dan sedang kambuh lagi, mengingat malam kemarin Dan yang seperti orang linglung. Bahaya.
Riv berjalan ke bawah lagi sembari menghubungi nomor Pra. Taman belakang, mungkin Dan sedang menenangkan diri yang entah karena apa di taman belakang.
Riv pernah ke sana sekali, Riv tahu ada taman bunga-bunga serta kolam renang di sana. Ada juga gazebo yang cocok untuk merenung, mungkin memang Dan di sana.
"Hallo, kenapa dah?" Tanya Pra di seberang sana.
"Gue takut Pra. Om Dan gak ada di rumah deh kayaknya," jawab Riv lalu berhenti sejenak mencari saklar lampu. Sial, sangat gelap sekali karena lampu-lampu yang mati.
"Udah lo cari di mana aja?" Tanya Pra dengan pelan namun terdengar sedikit kekhawatiran di sana.
"Di ruang tamu, di kamar juga gak ada. Ini gue mau cari di taman belakang. Soalnya gue lihat obat anti depresan di sana, mungkin Om Dan cari udara segar kali ya?" Riv meraba-raba tembok untuk mencari saklar koridor penghubung rumah utama dengan taman belakang.
"Oke, lo cari di sana dulu."
"Ini gelap tau Pra, gue cari saklar dulu deh. Ini dimana coba saklarnya," gumam Riv kesal sendiri.
"Lo ogeb banget deh. Cari pakai flash handphone kan bisa,"
"Oh iya ya," jawab Riv linglung. Saat Riv akan mengaktifkan flash handphonenya ternyata Riv bisa menemukan saklarnya.
"Udah dapat ini," beritahu Riv lalu blam, lampu terang seketika.
"Cepet ke taman belakang. Lama banget deh, kalau ada apa-apa gimana coba?!" Perintah Pra ngegas.
"Dih, malah ngegas lagi. Nih, gue udah sampai di taman—YA AMPUN OM DAN!"
TBC