Waktu dua jam berjalan dengan sangat cepat, mie ayam sudah jadi. Daripada menggunakan saus, Riv lebih suka memakai sambal yang banyak. Sambal buatan Bi Narsih tentu sangat pedas di tambah dengan sedikit saus yang melengkapi.
"Udah kayak yang dijual di luaran sana kan?" Tanya Riv lalu diacungi jempol oleh Bi Narsih dan Bintang.
Riv tersenyum lalu pandangannya jatuh pada Dan yang makan dengan khidmat, tanpa suara. Tadi saja sok-sok meragukan Riv, sekarang siapa yang paling menikmati?
Riv mengambil handphonenya lalu mengirim chat pada Pra, menawari Pra apakah ingin mencoba mie buatannya. Biasanya Pra maju nomor satu jika masalah makanan seperti ini.
Me:
Mau nyoba mie ayam buatan gue, yay or nay?
Pra:
Yay, as always. Dimana?
Me:
Nih, di rumahnya Om Dan.
Pra:
Duh, skip dulu deh kalau gitu. Gamau ganggu hehehehe
Me:
Ck, hate u
Pra:
Thanks, love u too
Riv tersenyum seraya meletakkan handphonenya. Kening Riv kontan berkerut saat Dan menatapnya dengan satu alis terangkat.
"Apa?" Tanya Riv dengan nada yang lumayan ngegas.
"Nope," jawab Dan lalu menyerahkan mangkuk kepada Riv. Riv yang paham maksud Dan segera mengisi kembali mangkok Dan yang kosong dengan mie ayam.
"Be ke kamar dulu ya," pamit Bintang lalu berjalan menuju kamarnya diikuti dengan Bi Narsih. Dan serta Riv hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kapan nih tanam tanamannya?" Tanya Riv kepada Dan yang masih makan. Riv juga mengambilkan es teh kepada Dan karena mie ayam tanpa es teh bagaikan taman tanpa bunga.
"Nanti habis makan," jawab Dan kalem lalu Riv menunggu Dan yang seperti tidak ada kenyang-kenyangnya.
Setelah selesai makan, Dan segera mengganti bajunya. Bi Narsih serta Bintang, Riv minta melihat saja kalau mau tetapi memang anak kecil jaman sekarang lebih senang dengan gedget atau mainan lainnya daripada berkebun tentu Bintang menolak sedangkan Bi Narsih menyiapkan camilan dan minuman.
Riv mengalihkan pandangannya kearah Dan. Riv menganga melihat Dan dengan kaos polo hitam yang mencetak tubuhnya pas, tubuh Dan cendurung kurus tetapi Riv yakin ada tahu-tahu di perutnya. Seharusnya jika kurus tidak memiliki perut eight pack tetapi Dan punya!
"Ck," Dan berdecak setelah sudah berdiri di hadapan Riv membuat Riv mingkem seketika.
"Mianhae Ahjussi," ucap Riv menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Ayo!" Ajak Dan langsung tanpa meladeni tingkah Riv. Riv membuntuti Dan dari belakang dengan tangan yang membawa bibit bunga tabebuya.
"Di sini saja bunga tabebuya-nya," Dan mencangkul tanah di sebelah gazebo yang nanti akan digunakan untuk menanam bunga tabebuya.
Riv memperhatikan Dan yang mencangkul, lalu mata Riv menemukan kalung yang keluar dari tempat persembunyiannya. Kalung dengan bandul cincin, cincin sama yang baru Riv sadari melingkar di jari manis Dan. Tetapi ukuran cincin yang menjadi bandul lebih kecil.
"Tanam situ," ucap Dan seraya matanya menunjuk lubang yang telah di buat tadi. Saking asyiknya melihat kalung Dan, Riv sampai tidak menyadari tanahnya sudah berlubang, siap untuk di tanam.
"Saya udah buat spot di sana buat cabe dan kawan-kawannya," tunjuk Dan ke arah kanan gazebo.
"Nanti kalau udah siap panen kasih tau loh," kata Riv saat keduanya sedang menanam benih cabe.
"Iya,"
"Ini harus dirawat pokoknya. Jangan kayak bunga yang di sana,"
"Iya,"
"Kalau tanamannya mati, Om harus beliin aku apa yang kumau. Okey?"
"Iya,"
Riv mendengus karena sedari tadi Dan hanya menjawab dengan 'iya' terus. Perasaan banyak sekali kata di dunia ini.
"Awas aja kalau mati beneran. Aku mau minta beliin mobil jadi Om harus beliin," ucap Riv asal. Mungkin setelah ini Dan akan menjawab 'tidak'.
"Anything for you,"
Sial, Riv malah jadi baper begini.
TBC