Riv memandang Dan serta bunga yang tadi dibawanya secara bergantian. Kemarin, setelah mendengar Bina di rumah sakit, Dan buru-buru mengajak Riv pulang. Saat ditanya pun jawaban Dan sangat membuat Riv penasaran. Begini jawabnya:
"Suatu saat saya akan ceritakan."
Riv tidak bertanya lagi karena merasa hanya akan menjadi sebuah ketidakbergunaan. Lalu, saat sore sepulang Riv kuliah Dan sudah duduk manis di sofa dengan membawa bunga serta mama Riv yang menemaninya mengobrol membuat Riv mengerutkan keningnya heran.
Dan di sinilah Riv, dengan Dan yang duduk di hadapannya oh dan jangan lupakan bunga berwarna ungu yang berbentuk unik tetapi tampak indah itu. Mama Riv sudah masuk ke kamar lagi dan meninggalkan mereka berdua.
"Bunga apa nih Om?" Tanya Riv penasaran. Bunga itu berbentuk unik—berbentuk seperti lonceng dengan kelopak yang melipat mirip seperti kaki gurita menurut Riv— dengan warna ungu yang seperti gradasi. Baunya pun juga harum.
"Bunga hyacinth. Pernah dengar?" Beritahu Dan. Saat ditanya pernah dengar nama itu atau tidak Riv kontan menggeleng.
"Bunga hyacinthus ini salah satu genus tanaman untuk sekitar 30 tanaman berbunga abadi dari wilayah Mediterania dan Afrika. Baunya harum, bisa kamu jadikan hiasan," jelas Dan singkat membuat Riv mengangguk.
"Kenapa harus bunga ini? Hyacinth? Ada maknanya kah?" Tanya Riv penasaran.
"Bisa kamu cari di internet. Saya pamit dulu, salam buat Mama," pamit Dan meninggalkan Riv yang segera mencari makna dari bunga hyacinth di Google.
Makna bunga hyacinth:
Dalam mitologi Yunani nama Hyacinth diambil dari seorang gadis yang dicintai oleh Apollo dan Zephyr. Berlawanan dengan mitosnya, bunga Hyacinth justru berasal dari Mediterania Timur (sebelah selatan Turki sampai utara Israel), sebagian Iran dan Turkmenistan. Bunga ini identik dengan keteguhan cinta, namun warna yang berbeda juga menentukan makna yang lain yaitu biru (kesetiaan), ungu (maafkan aku, duka cita), merah atau pink (permainan), putih (kecantikan, aku berdoa untukmu) dan kuning (cemburu).
Riv berdehem, ternyata Dan meminta maaf dengan memberikan bunga ini kepadanya. Entah kenapa, tiba-tiba saja jantung Riv berdetak kencang dengan wajah yang perlahan memerah.
Bahaya! Jangan bilang Riv baper dengan Dan. Ini tidak bisa dibiarkan atau tidak dirinya yang akan terluka dengan Dan yang masih mengharapkan cinta istrinya yang masih tertidur layaknya Puteri Salju. Menunggu kapan keajaiban datang untuk bangun dan jika Riv benar-benar jatuh cinta kepada Dan, maka saat itulah kesakitannya dimulai.
Riv meringis, kenapa kisah cintanya selalu tragis. Riv segera menepis perasaan-perasaan yang tidak seharusnya di rasakan pada Dan. Tidak boleh!
"Gak. Om Dan cinta banget sama mamanya Bintang," gumam Riv pelan. Meyakinkan dirinya tetapi dilihat dari sikap Dan yang kemarin sepertinya Riv masih punya kesempa—ah tidak-tidak, Riv sudah seperti para pelakor saja.
"Kenapa kamu?" Riv terlonjak kaget mendengar pertanyaan mamanya.
"Enggak kok enggak, Riv gak baper," ujar Riv spontas lalu saat tersadar dengan ucapannya, Riv segera membekap mulutnya.
Mama Riv menatap Riv dengan curiga kemudian tersenyum jahil, "Baper juga gak papa kali Riv. Kalau mama jadi kamu pasti juga baper," ucap Mama Riv.
"Jadi Mama dukung aku sebagai pelakor gitu?" Tanya Riv tidak habis pikir.
"Kebiasaan kamu yang ini nih, gak bagus buat masa depan,"
"Kebiasaan apa sih?"
"Kebiasaan suka menyimpulkan sendiri," jawab Mama Riv.
"Ih, Riv gak gitu ya," ujar Riv tidak terima walaupun memang dirinya sering menyimpulkan sesuatu semaunya sendiri. Tetapi gengsi dong mengakui pada mamanya.
"Ya ya ya terserah kamu aja deh. Sana, taruh bunganya di kamar kamu!" Perintah Mama Riv yang segera dituruti oleh Riv.
Riv menaruh bunga hyacinth yang Dan bawakan padanya di dekat meja belajarnya. Riv berdiri di dekat ranjangnya sejenak, memikirkan banyak hal yang membuatnya pusing sendiri. Jadi daripada bertambah pusing, Riv memutuskan untuk tidur saja. Tidur setelah pulang kuliah adalah kenikmatan yang haqiqi, hehehehe.
***
"Ih itu anak lo tau gak!"
"Ya emang karena itu anak lo!"
"Idih, kalau cinta itu bilang! Rasain aja kalau ditinggal pergi, nangis darah deh lo!"
Riv kesal sendiri melihat sinetron di depannya ini, memang ceritanya berbeda dengan sinetron lain tetapi lama-kelamaan Riv jadi sebal juga. Riv lebih suka sinetron atau drama yang berepisode pendek. Singkat, jelas dan tidak bertele-tele. Tetapi kebanyakan sinetron di Indonesia berepisode panjang.
Riv melirik pada mamanya yang sekarang sedang senyam-senyum sendiri saat ada adegan romantis antara kedua pasangan fiktif tersebut. Riv juga begitu sih kalau ada adegan romantis, maklum saja, dirinya tidak pernah.
Tok tok tok tok
"Assalamualaikum,"
Riv dan mamanya kontan berpandangan. Lalu secara tersirat mama Riv menyuruh Riv membukakan pintu untuk siapapun tamu di depan sana. Riv melangkah dengan gontai untuk membukakan pintu.
"Waalaikumsalam, Ngap-ngapain Om kesini?" Tanya Riv gugup. Sial, hanya karena bunga sudah membuat Riv gugup tidak jelas seperti ini.
"Buat mama," ucap Dan seraya menyodorkan plastik yang berisi kardus kemasan. Hm, dari kardus dan baunya Riv tahu ini apa, martabak manis.
"Makasi," kata Riv lalu berniat segera menutup pintu dan masuk namun niatnya urung dilaksanakan karena Dan menahan pintunya.
"Bisa temani saya sebentar? Saya butuh teman cerita," pinta Dan kepada Riv yang bengong.
Riv berpikir untuk menolak ajakan itu, tidak akan sehat untuk hatinya namun saat mengingat perkatannya di rumah Dan saat malam tahun baru itu, Riv memutuskan untuk menerima ajakan Dan.
"Tunggu!" Ujar Riv lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Menyerahkan martabak manis—tidak lupa ikut mencomot—kepada mamanya dan mengambil hoodie.
"Ayo!"
Riv mengikuti Dan yang berjalan ke arah mobilnya. Lalu entah kemana Dan akan membawanya, Riv hanya pasrah dengan jantung yang masih berdegup tidak wajar.
Setelah perjalanan lebih dari setengah jam, akhirnya mereka sampai di sebuah pasar malam. Riv tidak tahu jika ada pasar malam, sudah lama sekali Riv tidak pergi ke pasar malam.
"Mau main dulu?" Tanya Dan yang disetujui oleh Riv. Kesempatan tidak boleh dilewatkan.
Riv dan Dan mencoba beberapa permainan dan beberapa makanan yang tentu saja untuk Riv. Sudah banyak hadiah yang dibawa oleh Riv karena Dan ternyata sangat jago bermain.
Sekarang mereka menikmati jagung bakar di bawah langit malam yang menampakkan banyak bintang, tampak indah. Di kelilingi oleh banyak manusia yang memasang ekspresi bahagia.
"Dulu—" Dan mulai bercerita membuat Riv memusatkan perhatiannya. "—saya dan orang yang saya cintai pernah ke pasar malam ini juga. Dia bahagia—seperti kamu saat ini, saya tentu merasa menjadi pasangan yang paling mengerti dirinya. Di tempat ini, dia bilang kalau dia sudah mencintai saya. Kalau ditanya saya bahagia atau tidak, saya akan dengan lantang menjawab saya sangat bahagia. Saya merasa menjadi orang paling bahagia di dunia, tetapi kita hanyalah manusia yang tidak mengetahui rencana Tuhan."
"Om... Pasti cinta banget ya?" Tanya Riv seraya tersenyum kecut. Tidak ada kesempatan baginya, Riv sudah tahu sejak awal tetapi tetap saja merasa sakit.
"Ya, sangat mencintainya. Saya pikir, kalau dia terus seperti itu, saya tidak akan sanggup lagi. Saya—," Riv panik saat napas Dan terlihat tersengal-sengal.
Dan memeluk Riv dengan tiba-tiba, tidak mempedulikan keadaan sekitar yang memperhatikan mereka dengan penasaran. Hanya ada mereka berdua dengan rasa sakit, Dan dengan rasa sakitnya karena mencintai dia dan Riv dengan rasa sakit karena menyadari, dirinya jatuh cinta pada Dan. Dengan begitu mudahnya.
"Maaf."
TBC