"Kenapa?"
Walaupun baru dua hari yang lalu Riv kenal dengan Dan, tetapi rasanya sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mengenalnya. Greget sekali rasanya melihat sikap Dan yang tidak ada basa-basinya. Singkat, jelas dan padat. Itulah Dan.
"Maaf buat kemarin," ucap Riv sambil memelinting plastik belanjaannya.
"Ya," Ucap Dan singkat.
Riv melongo saat itu juga apalagi saat Dan berniat menutup pintu rumahnya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Riv menahan pintunya namun nahas tangan Riv malah kejepit.
"Adaww," jeritan Riv yang membuat Dan mundur terkejut.
"Kamu gak papa?" Tanya Dan dengan nada yang terdengar khawatir? Atau mungkin Riv yang salah mendengar.
"Ya Om sih main nutup pintunya gitu aja. Kena kan tangan aku sampai merah gini," ujar Riv sembari meniup-niup tangannya yang memerah.
"Kenapa kamu tahan?" Tanya Dan dengan nada sedatar triplek. Nah kan, mungkin memang Riv yang salah mendengar tadi.
"Ya kan aku kesini mau minta maaf sama Om," kata Riv mengerucutkan bibirnya sebal.
"Udah kan? saya----" Riv buru-buru menyela ucapan Dan, namun apa yang didapatkan Riv? desisan kesal Dan.
"Tidak sopan!" Sentak Dan dingin sembari menatap gadis di depannya itu dengan datar.
"Eh, bukan maksudnya gak sopan Om tapi selain buat minta maaf aku juga mau ngasih sesuatu. Ah, bukan ngasih sesuatu tapi lebih tepatnya melakukan sesuatu," ujar Riv dengan semangat sambil mengangkat plastik belanjaannya seolah melupakan tangannya yang masih terasa panas.
Dan menaikkan sebelah alisnya yang berwarna hitam dan tebal yang Riv artikan jika Dan bertanya apa. Untung saja Dan tampan, kalau tidak sudah Riv tendang sedari tadi karena berbicara dengan bahasa isyarat itu.
"Aku mau buatin muffin buat Bintang sama Om. Yah sebagai permintaan maaf," kata Riv memandang lurus kearah Dan, lebih tepatnya pada Dada kokoh Dan. Pasti sangat empuk jika tidur di sana, batin Riv ngaco.
Ah tidak tidak! Tolong sadarkan Riv jika pria matang di depannya ini sudah memiliki istri dan seorang anak yang walaupun menyebalkan tapi ketampanannya sudah terlihat sejak dini.
Dan berfikir sebentar sebelum kemudian membuka pintu rumahnya lumayan lebar. Jika gadis di depannya ini pintar pasti tau apa yang harus dilakukan setelahnya tanpa penjelasan.
Riv yang mengerti maksud Dan pun mengikuti sang tuan rumah dari belakang. Riv pernah beberapa kali masuk ke rumah ini saat Tante Rina masih di sini.
Seingatnya dulu saat Tante Rina menempatinya rumah ini terasa ceria dan penuh kehangatan namun entah kenapa sekarang rasanya suram dan sepi.
Tidak ada foto apapun di rumah ini, baik foto pernikahan Dan, foto Dan bahkan Foto Bintang tidak ada. Tapi tunggu dulu, ternyata ada sebuah foto yang diletakkan tepat di sebelah anak tangga.
Foto itu tidak jelas, hanya sebuah siluet seperti seorang gadis dengan rambut pendek. Wajahnya tidak tampak karena foto itu sepertinya diambil saat matahari terbenam di pantai sehingga hanya menampakkan siluet saja.
"Ngapain Tante Galak kesini?"
Riv tidak tau sejak kapan ada Bintang yang memperhatikannya. Mungkin sejak tadi? Riv benar-benar terhanyut melihat foto itu. Fotonya sangat indah, mungkin itu istri Dan.
"Kamu suka masak? Oh atau kamu suka muffin?" Tanya Riv karena bingung berkata apa pada Bintang yang jujurnya rasa sebal masih ada di hatinya.
"Suka," jawab Bintang singkat, jelas dan padat. Sangat mirip dengan papanya.
"Mau bantu kakak masak?" Tanya Riv masih dengan kikuk pasalnya sang tuan rumah masih diam tanpa mengeluarkan kalimat.
"Tapi Be gak yakin kalau Tante bisa masak," kata Bintang.
Kurang ajar sekali bocah satu ini. Jika saja dia tidak bersalah sudah bisa dipastikan jika Riv enggan bertemu dengan pasangan ayah-anak yang menyebalkan ini.
"Be, ganti baju. Pergi ke dapur," Alhamdulilah Dan sadar juga jika Riv sudah tidak tahan berlama-lama dengan anaknya yang mulutnya pedas itu.
Seakan teringat sesuatu, Riv bertanya pada Dan namun dengan hati-hati. Ia menimbang pemilihan katanya agar tidak menyinggung perasaan Dan, "Aku di sini gak papa kan Om? Istri Om mana?"
Wajah Dan berubah sepersekian detik namun Riv tidak menyadarinya. Lalu dengan tenang ia menjawab, "bukan urusan kamu. Lakukan apapun yang kamu mau tapi jangan mengusik privasi saya."
Riv bungkam seketika. Menurut Novel yang sering ia baca, ada beberapa kemungkinan yang terjadi di rumah tangga Dan, yaitu:
1. Dan sudah bercerai dengan istrinya dengan tidak baik-baik;
2. Dan tidak rukun dengan istrinya;
3. Istrinya sudah meninggal.
Hm, mungkin yang paling masuk akal adalah nomor dua. Sama seperti novel-novel yang dibacanya, mungkin istrinya tukang selingkuh ataupun karena Dan yang judes seperti itu jadi istrinya tidak tahan dengan Dan.
"Jangan berfikir macam-macam di otakmu itu," Dan mendengus saat gadis di hadapannya ini malah melamun tidak jelas.
"Oh enggak kok Om. Siapa juga yang mikirin Om," Riv gelagapan seketika tanpa menyadari kesalahan dalam jawabannya.
"Dasar bodoh," dengus Dan lagi saat secara tidak langsung Riv memberitahu apa yang ada di pikirannya sementara Riv langsung menepuki bibirnya.
"Yah, gak gitu Om. Om tanya ya aku kira Om bilang kalau aku mikirin Om. Padahal mah enggak ya," bela Riv padahal sebenarnya dia tahu kesalahannya.
"Terserah, ikut saya!" Tanpa basa-basi Dan langsung berjalan meninggalkan Riv menuju dapur.
Untung saja dapurnya ada berbagai macam alat untuk masak kalau tidak bisa pusing jika harus meminjam alat dari rumahnya.
"Pakai!" Dan menyerahkan apron berwarna hijau neon kepada Riv yang bengong karena tidak menyangka Dan memiliki apron juga.
Riv memakai apron tersebut dan mulai mengeluarkan satu persatu bahan dari plastik. Tidak lama kemudian Bintang sudah bergabung dengan mereka. Riv hanya meminta Bintang untuk mengambilkan barang-barangnya sedangkan Riv dan Dan yang membuat kue.
Sangat mudah untuk Riv membuat muffin, karena sudah sering sekali ia membuatkannya untuk orang-orang terdekat.
"Aduh, Om mending duduk aja deh," ucap Riv tak enak hati karena Dan yang turut membantu, malah Dan yang sangat cekatan dibandingkan dengan Riv.
"..."
"Kan buat minta maaf ke Om. Masa Om yang buat hampir 70 persen sih!"
"..."
"Om! Kalau diajak ngomong tuh nyaut napa?!" Riv keki sendiri karena Dan yang hanya diam saja sedari tadi. Riv sudah berbicara dengan baik-baik tetapi Dan tidak menanggapinya sama sekali jadi jangan salahkan Riv jika berbicara sedikit tidak sopan pada Dan.
Dan menoleh kearah Riv yang menatapnya kesal, diperhatikannya wajah Riv yang terdapat sedikit tepung. Lalu Dan berkata, "Diam atau kamu saya cium."
Wadaw wadaw wadaw, kenapa suami orang buat jantung dag dig dug ser sih?! Riv mana kuattt.
TBC