Chereads / Nyonya Jomblo Mencari Cinta / Chapter 6 - Cinta Pertama Nyonya Jomblo

Chapter 6 - Cinta Pertama Nyonya Jomblo

Kata orang, cinta pertama itu tidak pernah berhasil.

Kata orang, cinta pertama itu sulit dilupakan.

Kata orang, cinta pertama itu manis tapi banyak pahit-pahitnya.

Riv tidak pernah percaya apa kata orang selain kata orang tentang cinta pertama itu. Karena itu benar-benar dia rasakan pada Praha.

Riv ingat, dia pernah menangis tiga hari berturut-turut setelah Pra jatuh dari tangga rumah yang menyebabkan tangannya patah. Bukan tanpa alasan, karena sedikit banyak yang menyebabkan Pra jatuh adalah dirinya.

"Praaa, Riv cantik kan?" Tanya Riv kecil yang bergelanyutan di tangan Pra.

"Cantik. Kan Riv cewek," jawab Pra dengan tenang. Mereka sekarang berada di balkon kamar Pra.

"Ihh, bukan itu Praaa. Maksud Riv itu, Pra suka kan sama Riv karena cantik?" Tanya Riv dengan nada superrrrr manjahhh yang dia punya.

"Suka kok, Pra kan sukanya sama cewek," jawab Pra kecil waktu itu yang membuat Riv sebal.

"Kata Kak Sam, dia lagi ngejar-ngejar cewek yang dia sukai Praaa." Riv bercerita kepada Pra, sebenarnya dia juga mendapatkan cerita itu dari Sam. "Kalau gitu Riv lari terus Praaa yang kejar ya?"

"Iya, sana lari nanti Pra kejar Riv!" Perintah Pra yang sudah bangkit dari duduknya.

Riv tertawa lalu berlari keluar kamar Pra. Sedangkan Pra mengejarnya dari belakang. Riv tertawa-tawa dalam usahanya menghindar dari Pra.

Saat Riv turun dari tangga dan telah sampai bawah, Pra juga membuntutinya dari belakang. Namun entah karena langkahnya yang tidak seimbang atau apa tiba-tiba saja Pra jatuh dan menggelinding dari tangga nomer lima.

Pra dibawa ke rumah sakit dengan Riv yang terus menangis padahal mami---panggilan Riv pada Mama Pra--- sudah menenangkan Riv jika itu bukan salahnya tetapi Riv yang masih kecil tentu tidak menghiraukan.

"Gue kok bego banget yak dulu," ucap Riv sambil terkekeh pelan. Di sebelahnya, Pra sedang menuntun sepedanya.

"Lo pasti inget kejadian ini kan?" Tanya Pra sambil mengangkat tangan kirinya yang dulu patah.

"Hmm. Mana tahu gue kalau kata 'ngejar-ngejar' itu bukan main kejar-kejaran," balas Riv lalu mulai tertawa terbahak-bahak karena kembali mengingat kejadian tersebut.

"Ya, sebenernya gue udah tahu sih dulu. Tapi buat nyenengin lo doang itu mah!" Beritahu Pra. Karena memang waktu itu, Pra sudah lebih besar dari Riv jadi tahu apa yang diceritakan Sam pada adiknya.

"Kenapa lo gak ngomong dulu?" Tanya Riv mengerutkan keningnya.

"Terus emang lo mau percaya?" Pra balik bertanya pada Riv dengan tampang yang gemas kepada Riv.

"Ya enggak sih," ujar Riv cengengesan. "Dulu emang gue keras kepala banget deh."

"Dulu? Gak nyadar Buk kalau sekarang masih keras kepala?" Ledek Pra yang dihadiahi Riv dengan pukulan di lengannya.

"Enak aja. Gu---," belum selesai Riv berbicara ada suara astral yang tiba-tiba menyelanya.

"Heh, Om Tante jangan pacaran di depan rumahnya Be ya. Ganggu mata aja!"

Riv dan Pra kontan mengalihkan pandangannya kearah bocah tengil yang pagi tadi menggeplak bokong Riv dengan tidak sopannya. Dan sekarang lihat apa yang bocah itu lakukan, menginterupsinya dengan masih tidak sopannya.

"Heh, terserah aku dong mau apa. Gak ada urusannya sama kamu ya!" Balas Riv seraya memincingkan matanya.

"Kamu pikir ini jalan punyamu?" Nah ini bapaknya datang juga. Lihat saja tampangnya yang datar seperti tidak punya salah sedikitpun.

Riv baru sadar jika dirinya dan Pra sudah sampai di rumahnya, karena terlalu larut melamun dan bercerita sampai perjalanan yang lumayan jauh terasa sangat dekat. Semua itu karena Pra dan tiba-tiba Dan dan Be mengacau saja. Sebel Riv sebel!

"Anda tuh harusnya ngajarin anak yang baik ya. Jangan ngajarin buat terlalu mengurusi hidup orang. Gak becus banget jaga anak!" Riv kontan terdiam saat menyadari mulutnya yang cablak tengah menyemburkan larvanya.

"Kamu siapa sampai menilai saya begitu Ha?!" Bentak Dan dengan emosi yang berkibar.

Riv sebenarnya menciut saat melihat Dan yang sangat marah dan membentaknya. Namun gengsi kembali mengalahkan Riv.

"Ya saya cuma menilai apa yang saya lihat. Salah gitu?!" Balas Riv namun tidak membentak seperti Dan itu.

"Kamu tahu apa yang saya rasakan? Kamu gak tahu sama sekali," ucap Dan dengan nada yang lebih rendah namun matanya malah semakin menusuk Riv.

Riv terdiam karena dia sebenarnya juga merasa salah namun karena gengsinya Riv memilih tidak meminta maaf.

Dan lalu pergi menggendong Be yang sejak tadi hanya terdiam melihat perdebatan Riv dan Dan tanpa tahu apa-apa. Sebelum berlalu, dia melirik sekilas kearah Riv dan Pra lalu tersenyum tipis yang hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Gue gak salah kan?" Tanya Riv setelah Dan benar-benar sudah tidak terlihat pada Pra yang memang sejak tadi memilih diam karena merasa terkejut.

"Pikirin lagi deh. Lo salah atau gak, kalau ngerasa salah langsung minta maaf aja ya?" Nasihat Pra lalu mengusap pelan rambut Riv yang berterbangan.

***

Lagu Flower milik penyanyi Yoon Mi-rae yang populer lewat dramanya Crash Landing on You tengah mengalun merdu di kamar Riv. Sedangkan si empunya kamar tengah melamun menatap ke langit-langit kamarnya.

bi omyeon tteoreojilkka

nun omyeon eoreojilkka

so I'm worried about you

and I'm worried about you

Riv melirik sekilas kearah handphonenya. Lirik lagu itu seolah menyindirnya yang khawatir dengan Dan. Bukan khawatir yang seperti pasangan, melainkan khawatir jika Dan mengadukannya kepada sang Mama.

"Gue gak salah," ucap Riv dengan yakin namun setelahnya menghembuskan napasnya dengan lelah. "Tapi gue keterlaluan banget deh."

Riv mengambil handphone dan menimbang akan menelpon sahabatnya yang mana. Menimbang siapa yang bisa memberinya saran yang masuk akal.

"Assalamualaikum, bisa kan bicara sama Nanda?" Akhirnya Riv memilih untuk menelpon Nanda karena Nanda yang sangat sering bertengkar dengan pacarnya. Tapi hubungannya apa?!

"Waalaikumsalam, dengan Nanda cantik di sini. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Nanda di seberang sana

"Gue mau curhat dong," balas Riv sambil mencari posisi wenak agar bisa leluasa bercerita.

"Gimana? Tumben banget lo. Hm, atau jangan-jangan lo punya pacar ya sekarang?" Tanya Nanda dengan nada yang menjengkelkan sekali, seolah mustahil jika Riv memiliki pacar.

"Gak ada pacar-pacaran." Riv mendengus kesal namun karena saat ini dia sangat butuh pendapat dari sahabatnya ini jadi dia dengan ketidakrelaan menelan kekesalannya.

"Terus?"

"Sebelum gue berhenti ngomong jangan lo sela!" Riv tentu tahu jika dia tidak bilang ini pada Nanda pasti akhir-akhirnya Nanda menyela perkataannya, sangat Nanda sekali.

"Hm."

"Semisal lo jadi orang tua, nah anak lo tuh nakal pake banget. Terus tiba-tiba ada orang antah berantah yang bilang lo gak becus sebagai orang tua. Nah, tanggapan lo sebagai orang tua gimana?" Riv menghembuskan napasnya lega saat uneg-unegnya telah terkeluarkan. Ya walaupun tidak dikatakan secara langsung jika yang mengatakan hal tersebut adalah dirinya.

"Ya gue gak terimalah. Dikira gampang apa jaga anak. Kalau gue tuh gak bakal deh maafin orang yang bilang begitu!" Balas Nanda dengan berapi-api. Riv bisa membayangkan bagaimana ekspresi Nanda saat ini, melotot sampai matanya hampir keluar.

"Terus kalau lo jadi orang lain yang ngomong gitu, lo merasa bersalah?" Tanya RivĀ  dengan hati berdebar kencang menunggu jawaban Nanda.

"Merasa bersalah banget sih kalau gue."

Riv meneguk ludahnya. Dia sudah mendapatkan jawabannya. Dirinya salah dan merasa bersalah pada Dan. Namun dia masih bingung bagaimana meminta maaf pada Dan yang menyebalkan itu.

"Terus lo mau minta maaf dengan apa?"

"Minta maaf aja sih. Kasih apa gitu yang dia sukai, kalau dimaafin ya alhamdulilah gak dimaafin ya inalillah. Eh eh eh, ini sebenernya lo kan yang jadi orang lain itu?" Akhirnya pertanyaan yang dihindari Riv ditanyakan Nanda juga.

"Ya emang gue," jawab Riv setenang mungkin padahal hatinya sudah ketar-ketir apalagi saat mendengar suara tawa Nanda yang menggelegar.

***

Gelap. Riv sangat takut dengan gelap. Apalagi saat mati lampu, rasanya sesak dan sempit---eh, ini ambigu ya? Auah!

Namun sekarang Riv juga merasakan apa yang dirasakan saat mati lampu, sesak dan sempit ditambah dengan perasaan gelisah yang membuat keringat dingin.

Setelah semalam suntuk memikirkan cara apa untuk meminta maaf kepada dan maka sudah Riv putuskan jika dia akan meminta maaf kepada Dan dengan membuat cake bersama.

Riv juga sudah menduga jika Nanda pasti tidak akan diam. Buktinya saja Feka, Nova dan Bila sudah tahu apa yang menimpanya.

Setelah menutup telponnya, handphone Riv tambah ramai karena Nanda yang mengoceh tentang kesialan Riv di grup chat miliknya dan para sahabat.

Bukan hanya itu, saat di kampus pun mereka masih meledek Riv dengan berbagai macam ledekan yang sering Riv terima. Tentang apa? Ya tentang status jomblo Riv.

Untung saja Riv hanya ada kuliah pagi dan siang sehingga sore bisa dimanfaatkan untuk meminta maaf kepada Dan dan Be. Oh, atau mungkin dengan istri Dan karena dia tidak pernah melihat ada seorang wanita berada di rumah itu. Mungkin Dan termasuk suami yang posesif sehingga istrinya hanya disuruh berdiam diri di rumah.

Sebelum ke rumah Dan, Riv mampir di minimarket di depan kompleknya. Saat di minimarket pun Riv belum tahu akan membuat cake apa untuk meminta maaf.

Muffin. Entah kenapa Riv ingin membuatkan muffin. Kata orang-orang di sekitarnya yang pernah Riv buatkan muffin, katanya muffin buatan Riv is the best best best best. Padahal menurut Riv kuenya itu biasa-biasa saja. Tentu kalah dengan buatan bakery alias tukang roti.

Semua bahan telah Riv beli hanya tinggal pergi ke rumah Dan dan meminta maaf. Perihal dimaafkan atau tidak itu urusan belakang yang penting niatnya meminta maaf dulu.

Saat tiba di depan rumah Dan pun Riv hanya terdiam. Menurut informasi dari sang Mama, Dan sudah pulang sejak sepuluh menit yang lalu jadi saat inilah saat yang tepat.

Riv memberanikan diri mengetuk pintu rumah Dan sebanyak tiga kali karena yang baik memang tiga kali. Sambil merapalkan doa dalam hatinya, Riv kembali mengetuk pintu tersebut.

Pintu terbuka menampilkan sosok bocah tengil yang membuatnya berada di rumahnya saat ini dengan membawa bahan cake dengan misi meminta maaf.

"PAPA, ADA TANTE GALAK!" Buset deh, bukan cuma bapaknya yang punya suara menggelegar tetapi anaknya juga.

Terdengar suara kaki melangkah. Yang semakin dekat menuju Riv lalu muncul sesosok makhluk tampan namun sayang galaknya minta ampun memandang Riv dengan sebelah alis diangkat.

"Hai Om!"

TBC