Chereads / Nyonya Jomblo Mencari Cinta / Chapter 4 - Yah Sayang Udah Punya

Chapter 4 - Yah Sayang Udah Punya

Ada beberapa hal yang selalu ada dalam setiap drama korea yang Riv atau siapapun pernah tonton. Pertama, adegan back hug atau pelukan dari belakang. Yang kedua, adegan di bawah cahaya---entah itu ciuman ataupun hanya saling menatap. Dan yang tak lupa, para aktor Korea yang memamerkan perut sixpack nya.

Pertama kali Riv menonton drama korea saat umurnya sembilan tahun dan pada saat itulah dia ketagihan melihat perut kotak-kotak remasable milik para aktor korea tersebut. Sayang sekali, realita tak seindah ekspektasi, cowok-cowok di sekitar Riv tidak ada yang memiliki perut sixpack yang seperti aktor korea adanya perut-perut onepack yang terdiri atas susunan lemak berlebih dan kemudian membentuk tumpukan-tumpukan.

Namun di pagi hari yang cerah ini, Riv bisa melihat langsung perut sixpack remasable milik tetangga barunya yang uwu. Andai saja dia tahu jika setiap pagi ada pemandangan seperti ini, sudah dipastikan bahwa joging lebih nikmat dari rebahan.

"Gwela, gue gak bisa napas," ujar Riv lebay sambil melompat-lompat tidak jelas. Bahkan ibu-ibu tukang gosip itu sampai mengalihkan pandangannya dari Dan hanya untuk melihat Riv.

"Aduh duh istighfar mbak istighfar, " ucap salah satu ibu yang kemudian diikuti ibu-ibu yang lain.

"Mas Dan, tolong ini bantuin Mbak Riv kayaknya kesusahan napas," Ucap Bu Rt sambil melambaikan tangannya kearah Dan.

AHA!

Riv punya ide cemerlang di otaknya. Riv akan berpura-pura sakit lalu tidak kuat untuk berjalan dan pada akhirnya..... Dan akan menggendong Riv ala bridal style. Pasti itu akan uwu sekali.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Empat langkah.

Lim...

"Kenapa Bu?"

Masyaallah suaranya ngebass parah. Jiwa haus belaian Riv meronta seketika. Apalagi wangi Dan yang sangat maskulin sekali, tidak apa-apa deh Dan ketus. Nanti setelah bersama Riv, maka pelan-pelan Riv akan mengubah kepribadian Dan menjadi sedikit lebih ramah. Hmm, Riv sudah tidak sabar menunggu waktunya.

"Ini loh tadi tiba-tiba aja Mbak Rivera susah napas. Kan ibu jadi cemas," ucap Ibu Rt sambil mengkedip-kedipkan matanya.

Dan mengamati gadis di depannya. Dia tau, ini gadis yang sama dengan yang ditemuinya kemarin sore. Dan juga tahu jika gadis tersebut tidak benar-benar sesak napas seperti apa yang Bu RT sampaikan. Baiklah, Dan akan meladeni gadis kemarin sore di hadapannya ini.

Riv memekik saat Dan menggendongnya ala bridal style. Dari sini Riv bisa merasakan otot-otot Dan menempel di tubuhnya, juga wangi badan Dan yang amat menyejukkan.

Dan menggendong Riv menuju sebuah bangku di sebelah rumahnya. Dan juga melihat bahwa Riv memandanginya dengan tatapan memuja. Bagaimana Dan tahu? Jelas saja, banyak perempuan yang menatapnya seperti itu.

"Ma-ma-makasih Om Dan," ucap Riv terbata saat dipandangi Dan dengan tajam. Jika mata Dan adalah sebuah pedang, maka Riv sekarang sudah terpecah belah saking tajamnya.

"Hm."

Runtuh sudah harapan Riv pada Dan. Dan sama sekali tidak masuk dalam cowok ideal bagi Riv. Tapi Riv juga tidak dapat menampik jika wajah dan tubuh Dan merupakan definisi cowok ideal bagi Riv.

"Jangan jadi cewek gampangan."

WHAT THE HELL YOU SAY!

Riv menganga dibuatnya. Perkataan Dan sungguh frontal dan melukai harga dirinya sebagai wanita. Serendah itu perempuan---dalam hal ini Riv--- di mata Dan.

"Heh! Mulutnya dijaga ya mas!" Sentak Rib sebal seraya mundur dari hadapan Dan.

"Kamu dijaga," balas Dan menyeringai saat memindai penampilan Riv dari atas ke bawah.

Riv menyilangkan tangannya di depan dada saat tatapan Dan yang terkesan meremehkan tertuju pada tubuh atasnya.

"Heh! Mas tuh yang seharusnya dijaga. Pagi-pagi udah mamerin perut kemana-mana. Emang situ oke?" Ya memang oke sih.

"Seharusnya kamu gak lihat," bantah Dan dengan wajah yang masih datar seolah-olah dirinya bukan manusia tapi patung.

"Ya...." Riv tidak menemukan jawaban yang tepat untuk membantah perkataan dari Dan. Kalau memang Dan tidak 'oke' pasti Riv dan ibu-ibu tadi tidak akan melihatnya dengan tampang mupeng.

"Gak bisa jawab?" Tanya Dan dengan nada dan wajah mengejek. Sekalinya ekspresi yang keluar dari Dan ialah ekspresi menyebalkan.

"Ya kan aku ikutan sama ibu-ibu tadi," ucap Riv dengan kecepatan tinggi. Ingatkan Rivera untuk meminta maaf pada kumpulan para ibu, Riv tidak ingin berdosa.

"Alasan klise," ujar Dan lalu pergi meninggalkan Riv sendirian di bangku dengan tatapan penasaran dari ibu-ibu.

***

Riv sangat tidak suka yang namanya lari. Baginya, lari adalah olahraga paling dan terberat yang pernah ia lakukan.

Tidak peduli itu jenis lari apa, mau itu jogging, sprint de el el Riv tetap tidak menyukainya. Alasannya simpel, Riv merasa jika berlari akan menurunkan berat badannya--- itu sih alasan tidak masuk akal.

Dan pagi ini entah setan darimana Riv dapat menyelesaikan jogging dua putaran mengelilingi komplek perumahannya yang bisa dibilang cukup luas ini.

Ucapkan terimakasih kepada Dan yang membuat Riv kesal setengah mampus hingga bersemangat untuk berolahraga.

Baru kusadari

Cintaku bertepuk sebelah tangan

Kau buat remuk sluruh hatiku wooo

Saat melihat kumpulan ibu-ibu---apalagi ada Mama tercintahhh--- belanja di depan rumahnya, Riv sengaja bernyanyi dengan suara keras.

"Hai Mbak Riv! Lama gak lihat," sapa Bang Jack alias tukang sayur primadona komplek perumahan Riv.

"Hallo Bang Jack! Abang tuh yang lama gak kelihatan," ucap Riv sambil mengedipkan satu matanya menggoda abang tukang sayur.

Hmm, Bang Jack juga tidak jelek-jelek amat. Standard lah sama orang Indonesia, dibanding dengan Dan yang ethereal. Tapi jika Riv dilamar Bang Jack pun Riv tidak mau, Ceweknya Bang Jack saja berjejer-jejer alias Bang Jack itu playboy.

"Mbak yang gak pernah keluar rumah. Di rumah cuma marathon Drama Korea sama baca Wattpad sambil nangis-nangis bombay."

Perkataan Bang Jack sungguh membuat Riv langsung mengalihkan pandangannya kearah sang mama yang tampak sibuk (baca: sok sibuk). dengan sayur-sayuran.

"Mam---"

"Selamat pagi!"

Riv mengalihkan pandangannya kearah suara. Itu Dan! Riv meneguk ludahnya susah payah saat Dan berdiri di sebelahnya padahal Dan tidak menotice kehadirannya sama sekali.

Dan sudah tampak rapi---tampan tentu saja--- memakai jasnya. Sangat kontras dengan penampilan orang-orang di sebelahnya yang sangat casual sekali.

"Wah, Nak Dan mau belanja ya?" Tanya Mama Riv. Hmm, Riv menatap mamanya curiga. Mama Riv dan Dan terlihat akrab padahal Dan sangat sangat menyebalkan saat menghadapi Riv tadi.

"Iya Ma," WHAT? Apa tadi? Please ulangi sekali lagi dan bilang jika Riv salah dengar.

"Tumben banget kamu, biasanya beli di luar," balas Mama Riv sambil menepuk hangat bahu Dan.

"Pengen Ma," ujar Dan lalu melirik sekilas ke arah Riv.

Oke. Riv memang tidak salah dengar tadi. Dan memang memanggil Mamanya dengan panggilan yang sama dengannya tapi Riv masih tidak bisa menebak latar belakang dari panggilan tersebut.

"Memang kamu bisa masak Dan?" Tanya Ibu RT dengan sebelah alis terangkat dan senyum menggoda.

"Bisa belajar, Bu," balas Dan singkat-singkat lalu kembali melirik sekilas ke arah Riv yang masih diam saja walau sesekali tampak mengerutkan dahinya.

"Wah, gimana kalau belajarnya sama Riv aja? Gitu-gitu walaupun gak pernah laku dia juga pinter banget masak," usul Mama Riv sambil melihat Riv yang tiba-tiba menjadi pendiam.

Wah, parah sekali mamanya ini. Setidaknya jika ingin memuji ya memuji saja, tidak perlu lah menghina segala kan Riv malu. Kesannya dia sangat tidak laku.

"Boleh memang?" Tanya Dan sambil memandang kearah Riv yang tiba-tiba salah tingkah.

"Ya terserah Mas aja kalau mau diajarin sama cewek gampangan," kata terakhir Riv ucapkan dengan berbisik sehingga hanya dia dan Dan saja yang mendengar. Rasain tuh!

"Tentu saja, itu adalah hal yang sangat menarik," balas Dan seraya mengangkat sudut bibirnya. Menyeringai atau tersenyum tipis? Riv tidak tahu.

Riv ingin membalas perkataan Dan namun urung saat mendengar ada seseorang memanggil Dan dari depan rumahnya dengan suara yang sangat keras.

"PAPA DAN!"

Yah. Sayang, udah punya buntut.

TBC