Oke, jadi sekarang aku sudah tahu kalau Vika juga punya seseorang yang dia sayangi, tapi kenapa gadis itu masih juga tidak mau bersekongkol denganku hanya dengan alasan kakeknya? Toh kebahagiaannya juga penting. Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali dengan jalan pikiran gadis itu. Wajar saja sih, dia masih SMA.
Aku menatap layar ponsel yang bergetar, papa mengatakan kalau aku harus pulang lebih awal hari ini. Mereka akan kerumah sakit untuk menjenguk cucu kakek Thomas, kakek Vika yang kecelakaan tadi siang. Loh, aku pikir tadinya Vika itu adalah cucu beliau satu-satunya, tapi ternyata ada cucu lain?
Kami sekeluarga bertemu dengan keluarga kakek Thomas di rumah sakit. Itu adalah pertama kalinya aku bertemu dengan anggota keluarganya yang lain. Hanya seorang wanita setengah baya? Vika terduduk muram di selasar rumah sakit, disebelahnya kakek Thomas terkantuk-kantuk dan langsung tampak segar begitu melihat kami datang. Papa dan mama mengajak kakek Thomas untuk makan malam di kantin rumah sakit sekaligus bicara disana. Mereka meninggalkan Vika yang menolak untuk ikut ke kantin dan memilih bertahan di selasar rumah sakit, didepannya adalah ruang operasi dengan lampu yang masih menyala, menandakan kalau operasi sedang berjalan. Aku duduk disebelah gadis itu yang tampak lelah. Sementara wanita setengah baya yang ternyata adalah bibi Vika pergi ke bagian administrasi untuk mengurus dokumen perawatan.