"Jadi itu alasan kakak ingin sekali membatalkan pertunangan kita?" tanya Vika, diminggu siang. Kami sedang dalam perjalanan ke toko buku untuk mengantar Vika membeli beberapa buku pedoman menghadapi ujian akhir.
"Maksudmu?"
"Wanita yang aku lihat semalam sangat cantik. Apa dia pacar kakak?"
Ah, dia benar-benar melihatku dengan Winna semalam. Tanpa basa basi dia langsung menyerangku dengan satu pertanyaan yang cukup untuk membuatku berpikir akan menjawab apa untuk pertanyaannya yang tiba-tiba itu.
"Apa dia alasan kakak tidak mau bertunangan denganku?" tanya Vika lagi saat melihatku tidak menjawab pertanyaannya. Aku tetap bungkam, namun Vika tersenyum.
"Kakak itu sangat cantik. Kak Al sangat beruntung." Ujarnya dengan tulus. Aku melirik Vika yang menatap lurus ke depan, wajahnya tidak terlihat marah ataupun gusar, yah apa yang aku harapkan? Lagipula untuk apa Vika marah jika gadis itu saja tidak menyukaiku.
"Thanks." Sahutku pelan. "Ngomong-ngomong semalam kau makan malam bersama siapa direstoran itu?"
"Oh. Daniel."
"Daniel?"
"Iya. Dia orang yang sangat berarti bagiku," jawabnya sambil tersenyum penuh arti.