Hari ini, gadis itu datang bersama kakeknya yang tampak masih sehat dan bugar. Kakeknya mengenakan setelan jas berwarna coklat muda dengan rompi bermotif kotak dan memakai topi berwarna senada. Sementara Vika, gadis itu memakai dress bermotif bunga berwarna kuning dengan bando berwarna senada.
Kami duduk dalam satu meja direstoran yang sudah dibooking lebih dulu oleh papa. Papa dan kakek Vika berencana untuk membicarakan lebih lanjut mengenai pertunangan antara aku dan Vika. Sepanjang makan malam yang membosankan itu, Vika hanya diam mematung tanpa banya bicara, akupun demikian. Tidak ada niat dalam hatiku untuk mengajaknya bicara barang sepatah dua patah kata. Yang lebih banyak bicara dimeja yang terisi 5 orang itu hanya papa, mama dan kakek Vika. Dari pembicaraan mereka, sedikit banyak aku tahu kalau orang tua Vika sudah meninggal 10 tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan pesawat. Semenjak itu, kakeknya lah yang mengurusnya. Yah, hanya sebatas itu yang aku tahu tentang gadis dihadapanku ini. Selebihnya mereka membahas permasalahan perusahaan papa yang sedang menghadapi krisis kebangkrutan, kakek Vika berjanji akan menjadi investor tunggal untuk membantu perusahaan papa. Menjelang pukul 9 malam makan malam yang membosankan itu-pun berakhir dengan acara tukar cincin diantara kami.