Setelah kunjungan terakhir Ara di studio seni oleh anak-anak luar biasa kemarin dan Ara membawa Legra, sepertinya itu membuat Legra ingin kembali berkunjung ke sana. Tak luput dengan mengajak Ara sekaligus. Dari itu Ara tahu bahwa Legra sungguh menyukai dunia seni, terbukti dengan lamanya Legra memasuki dunia hiburan itu sebagai Artis selama bertahun-tahun. Sekarang, lukisan-lukisan yang ia dan Legra kunjungi itu sepertinya menarik Legra untuk masuk mengetahui lebih dalam.
Ada sesuatu hal yang membuat Ara berpikir. Tempat lukisan bersama anak-anak itu tidak terlalu kecil, layak jika ditinggali anak-anak di sana dengan jumlah kurang dari sepuluh anak. Ara rasa begitu, mereka menjadikan studio seni itu sebagai tempat tinggal karena terdapat kasur lantai tepat di ruangan sebelah lukisan dipajang. Bukannya Ara mengintip, tapi dia tidak sengaja melihat. Jika dipikir lagi, apakah mereka tidak memiliki tempat tinggal atau orang tua yang merawat mereka sehingga harus menempat tinggalinya?
Studio seni oleh anak-anak kecil itu bertempatkan tidak jauh dari kolam renang yang Ara dan Astri kunjungi kemarin. Tepatnya berada di seberang kolam renang, masuk ke dalam gang kecil, hanya sepeda dan motor yang bisa melewatinya, selain itu jalan kaki. Namun, tempatnya begitu asri dengan banyaknya pepohonan yang berada di sana. Sayangnya, tidak banyak yang mengunjungi tempat itu bahkan Ara tidak melihat satu pun orang yang berkunjung selama ia berada di sana. Kecuali sewaktu Ara dan Legra pulang, Ara melihat ada seseorang yang terlihat ingin berkunjung. Orang itu begitu familiar di mata Ara, tapi Ara tidak tahu. Saat ingin bertanya pada Legra, dia malah tidak memperhatikan.
Untuk berkunjung ke sana kembali, apakah ia harus membawa Astri? Legra bilang ia akan membawa An karena dia berkara ada sesuatu yang ingin dilakukannya. Ara tidak terbiasa dengan An sekalipun ia telah berteman dan akrab dengan Legra juga pernah bertemu dan berbicara ketika insiden waktu itu. Akan lebih baik jika ia membawa Astri pula.
"Astri, kamu sudah pulang?" Ara mencoba membuka pintu kamar Astri, tetapi tidak bisa. Ia berasumsi bahwa Astri belum pulang. Mungkin sebentar lagi ia akan pulang. Ara memilih menunggu saja di dalam kamarnya sendiri.
"Ara! Ara!" Nah, belum juga Ara menunggu, Astri sudah seperti centang saja yang tau Ara ingin berbicara. Tapi kenapa dia sampai berteriak?
"Kamu baru pulang? Kebetulan sekali, ayo berbicara di dalam," sarannya. Saat ini Astri sedang berada di depan pintu kamar Ara. Nafasnya terengah-engah seperti sehabis berlari maraton.
"Kamu sudah baca berita hari ini?"
"Berita apa? Berita 'kan banyak. Coba tunjukkan."
"Nih, nih. Baca cepet!" Astri tampak tak sabaran menunjukkan sebuah berita.
"Ini.. kok bisa?"
Ini yang Ara khawatirkan sadari dahulu. Apa yang ia ingin hindari, yang ia takutkan, sekarang telah terjadi. Ara tak suka apabila dirinya masuk di dunia maya seperti ini. Sama sekali bukan keinginannya. Ara tak mau terjerat pada dunia itu. Bagaimana mungkin sekarang bisa terjadi? Namanya terpampang di sana bersama nama Legra. Tapi bukan itu yang Ara sukai.
Terdapat sebuah foto bersama berita yang dilampirkan dalam berita itu sebelum adanya ulasan yang mempertanyakan banyak hal. Foto itu terambil dari sisi meja terjauh dengan meja yang Ara tempati bersama Legra. Apakah itu reporter yang menguntit Legra untuk mencari tahu berita-berita tentangnya? Ataukah ada seseorang yang sengaja memotret mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu terngiang di atas kepala Ara, tetapi rasa tidak sukanya atas berita yang ada lebih membuatnya begitu kesal.
"Sudah aku bilang sejak awal 'kan? Kalau kamu masih memilih seperti ini, ya kamu akan tahu kedepannya bagaimana," kata Astri menasihati.
Ara hanya menundukkan kepala, mengambil ponselnya untuk mempertanyakannya pada Legra sendiri. Seperti hari-hari yang sebelumnya, Legra akan mengangkat panggilannya pada dering ke sekian. Ara tahu jika Legra terlalu sibuk pada hari-hari biasa seperti ini. Walaupun Legra masih menyempatkan waktu untuk mengangkat panggilannya sehingga Ara merasa dirinya seperti pengganggu yang butuh akan teman mengobrol.
Ara yakin bahwa Legra sudah terbiasa akan hal-hal seperti ini. Jelas saja seperti itu, setiap harinya dia selalu masuk ke dalam dunia maya ini. Namun, sepanjang Ara mengenal bahkan mengidolakan Legra sebelum mereka dipertemukan, belum pernah Ara menemukan berita negatif tentang Legra. Yang jadi pertanyaan adalah apakah berita ini memiliki sisi yang baik atau buruk bagi karirnya?
"Tenang saja. Berita ini hanya akan menjadi angin lalu setelah beberapa hari kedepan. Kamu nggak usah khawatir, aku akan menjagamu." Perasaan lega menghampirinya setelah Legra menjawab. Batin Ara selalu berteriak kesenangan setiap kali Legra menenangkannya seperti ini. Rasanya seperti ada semilir angin yang yang menerjang ketika keringat membanjiri. Membuai-buai untuk menahannya tetap dalam kondisi ini. Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan itu.
Lega memang memberitahunya jika hal ini tak mempengaruhi Legra, tetapi tetap saja Ara tak suka jika namanya masuk pada dunia itu.
Di sisi lain, Legra juga takut jika nantinya Ara akan mengikuti dunianya. Legra tak mau membawa Ara ke sini. Sudah cukup dengan Ara yang tak memiliki banyak teman. Tidak dengan Ara yang menjadi perbincangan negatif orang-orang di luaran nanti. Belum lagi ada Daneen yang protes karena namanya dibawa-bawa dalam konflik kecil Legra saat ini. Berita itu telah membuat para reporter ingin mencari tahu akan kebenarannya.
"Lo yakin, kemarin nggak ada reporter yang ngintilin gue 'kan."
"Gue yakin banget, gue udah cek kemarin. Gue nggak ada nemu orang yang punya gerak-gerik reporter."
Jika tidak ada reporter yang terdeteksi, sudah dipastikan jika ada seseorang yang tak suka akan Ara dan Legra. Jika hanya penggemar, mana mungkin hingga mempertanyakan hubungan Ara dan Legra. Sedangkan pada saat itu, Ara bukanlah orang yang terkenal, mereka hanya sekedar makan biasa dan berbincang. Bagaimana mungkin berita itu sampai menyebutkan nama Ara? Pasti ada seseorang yang tak suka menjual berita murahan itu.
Bagaimana dengan Ara sendiri? Apakah ia paham dengan semua ini? Legra tahu Ara tidak cukup bodoh untuk semua itu. Meskipun Legra juga tahu jika Ara adalah wanita lemah yang mudah mengalah.
"Tenang aja, Astri. Kata Legra masalah ini akan berakhir dengan sendirinya." Ara begitu tenang mengatakannya seakan berita itu tak akan berpengaruh padanya. Padahal hatinya sendiri sedang gusar juga tak terima namanya terbawa-bawa.
"Oh, ya. Aku mau bilang, temani aku, ya Astri," pintanya dengan nada memohon.
"Temani kemana? Biasanya juga langsung bilang."
"Kamu masih ingat lukisan itu?"
"Masihlah, orang baru beberapa hari kemarin kamu kasih ke aku."
"Emm, kamu tau aku susah kenal dengan orang baru. Terutama lawan jenis. Kamu mau nggak temani aku. Ada Legra yang mengajak An dan aku nggak mau kalau nanti kita menjadi canggung ngobrolnya." Begitulah Ara yang sulitnya beradaptasi, terutama pada lingkungan sosial. Sama seperti di awal ia mulai bersekolah di sekolah baru bahkan hingga ketika ia mulai bekerja. Ara yang tak mudahnya bergabung dengan lingkungan sosial asing, jangankan asing, yang telah dikenal saja tidak bisa. Ara adalah air yang mencoba masuk ke dalam kayu keras. Begitu sulit menggapai pori-pori kayu yang kecil itu. Tapi sebuah air bisa apa? Menunggu untuk perlahan masuk, itu pun jika air tidak menjadi uap.
Tak mudah untuk Ara beradaptasi dengan lingkungan kantor. Tak mudah untuk Ara berkenalan dengan orang-orang di sana. Ara baru tahu jika kota besar seperti itu lebih banyak memiliki orang yang egois dan memikirkan diri sendiri. Seperti itu menurut sudut pandangnya. Pernyataan itu juga muncul untuk dirinya sendiri. Apakah ia termasuk orang-orang egois itu? Semoga ia tidak termasuk orang-orang yang Ara pikirkan itu.
"Hah! Benaran?! Ini nggak mimpi 'kan? Aku mau diajak ketemu artis?"
"Iya beneran, kok kamu kayaknya seneng banget?"
"Jelas seneng, aku mau ketemu artis besar!" hebohnya Astri.
"Tau kamu seneng begitu, sudah dari dulu aku ajak kamu ketemu Legra." Ara terkekeh yang bodohnya tidak menyadari jikalau Astri pun mengidolakan Legra.
"Iya, nih, kamu ih." Astri tertawa dengan guyonannya.