Selva menatap kepergian Jeno dan Agatha dengan berat hati.
" Selva ayo mama tunjukan kamar untuk kamu.." riang Rita begitu antusias.
Selva mengangguk lalu melewati Manu yang kini mengekor. Selva mencoba mengabaikannya.
" Di sini, ini khusus mama, papa buat untuk kamu agar kamu nyaman.." terang Rita begitu bahagia.
Selva melempar senyum." Makasih ma.." ucapnya tulus.
Rita mengusap kepala Selva lalu membuka pintu kamar." Tada.. Suka engga? " tanya Rita.
Selva mengedarkan pandangannya dengan malu - malu. Kamar yang terlihat feminim, semua serba Princess.
" Terima kasih ma, ini bagus banget.."
" Bagus deh, mama seneng dengernya. Kamu istirahat mama bikinin cemilan sebelum tidur dulu.."
Selva hendak menolak namun tidak enak, pada akhirnya dia hanya mengangguk pelan.
Rita menepuk Manu yang berdiri di belakang Selva sebelum pergi.
Selva sekali lagi menatap kamarnya. begitu bagus.
" Suka? " bisik Manu.
Selva berbalik seraya mundur dengan kaget.
Manu mengulum senyum." Semua aku yang pilih, mama cuma bantu dekor. Gimana suka? " tanya Manu seraya melangkah satu langkah mendekati Selva.
Selva memalingkan wajahnya yang kembali merona." Makasih.." ucapnya pelan.
" Eits engga gratis.." balasnya begitu menyebalkan. Selva melirik Manu dengan kesal sekilas tanpa dirinya sadari.
Selva mengacuhkannya lalu berjalan kearah kopernya. Lebih baik menata pakaian dari pada meladeni kemesuman Manu pikir Selva.
" Aduh di acuhkan? Sebagai laki - laki terpopuler di kampus aku merasa terluka Selva.." terang Manu seraya menarik rambut Selva pelan, mencoba mencuri perhatiannya.
Selva berbalik dengan menatap Manu tak suka. laki - laki itu selalu saja menyebalkan pikirnya kesal namun tidak terekpresikan dengan baik.
Manu terkekeh pelan, melihat Selva yang pendiam menjadi kesal padanya begitu membuatnya terhibur.
" Semoga betah di sini ya.." Manu menjitak pelan kening Selva lalu berlalu.
***
Selva merebahkan tubuhnya yang kini terasa pegal. Pakaiannya sudah tertata rapih, bukunya pun sama sudah tersusun rapih.
Selva menatap keindahan kamar barunya. Bibirnya mengulas senyum kecil. Septian dan Rita begitu baik.
Saat mengingat Manu Selva berubah kesal, Selva memejamkan matanya, malas berpikir tentang kebaikan Manu yang di selingi hal menyebalkan itu.
Baru saja Selva hendak memasuki mimpi, suara pintu membuatnya kembali terjaga.
" Udah tidur? " tanya Manu yang kini masuk seenak jidatnya.
Selva mendudukkan tubuhnya dengan menatap Manu penuh kewaspadaan dan juga malu.
Manu merangkak naik dengan menatap Selva geli. Tatapan Selva begitu serius dan penuh kewaspadaan itu Menggemaskan pikirnya.
" Nga- ngapain? " tanya Selva pelan.
Manu merebahkan tubuhnya di samping Selva dengan santainya." Tidurlah, ngapain lagi.." balasnya enteng.
Selva mengerjap bingung, dia tau kalau Manu kini tengah tiduran tapi kenapa di sini?
" Kamar aku belum di rapihin, inikan kamar aku awalnya jadi aku numpang tidur di kamar aku, salah? " tanya Manu begitu menyebalkan.
Selva kembali mengerjap lalu menatap Manu dengan merona, selalu, entah kenapa mungkin karena berinteraksi dengan laki - laki selain ayah dan adiknya.
" Ak-aku di sofa aja kalau_"
" Di sini engga ada sofa, di sofa luar? Di sana sepi, mama, papa juga lagi keluar sebentar. Sana aja kalau engga takut.." ujar Manu begitu santainya.
Manu menahan bibirnya yang berkedut, walau tidak selalu bersama, Manu tahu kalau Selva itu penakut hal - hal mistis. Itu pun dirinya dengar dari cerita Jeno.
Selva terlihat gelisah dan menimang, alisnya bertaut serius.
Manu menarik lengan Selva agar kembali rebahan." Udah tidur aja, engga akan macem - macem paling satu macem.." kekeh Manu di akhir.
Selva hendak kembali bangun namun Manu tahan." Mau aku cium? " ancamnya yang sukses membuat Selva kembali rebahan dengan kaku.
***
Manu membuka matanya, melirik Selva yang kini mendengkur halus. Terlihat begitu lelah.
" Ha! Kamu ceroboh! Harusnya engga bisa tidur! " gumam Manu kesal plus gemas.
Manu menyelimuti Selva hingga leher." Aku cowok normal Selva! Kamu pelor (Nempel Molor) banget, kalau aku gerayangin gimana? Ck ck!" decak Manu tak percaya.
Padahal Manu ingin berbincang dengan Selva, ingin menanyakan kegiatannya selama tiga tahun terakhir.
Manu mengusap rambut Selva sekilas." Kamu udah punya pacar belum ya? " gumamnya.
***
Selva bangun tanpa Manu di sampingnya. Dengan gontai Selva berjalan menuju kamar mandi. Setibanya di sana Selva melepas kaosnya dengan malas - malasan
" Kamu serius buka baju di depan aku? "
Selva sontak memekik kaget, bahkan dengan paksa kesadarannya kembali full.
Mata Selva membola saat melihat Manu tengah duduk di closet , apa dia sedang buang air besar?
Selva tersadar dengan cepat memeluk tubuhnya yang hanya memakai bra lalu berlari keluar kamar.
Manu mengusap wajahnya yang merona dengan menghela nafas panjang.
' Pemandangan yang sungguh indah ' batin Manu.
Selva menggigit kuku jempol tangannya gugup lalu memakai kaosnya lagi dengan tergesa.
Manu kembali memejamkan matanya sesaat sebelum menyelesaikan kegiatannya.
Selva melirik lemari lalu berlari untuk bersembunyi di sana, demi apapun dia malu.
Tak lama Manu keluar, matanya mengedar mencari keberadaan Selva. Matanya terkunci para lemari yang terlihat sedikit terbuka dengan beberapa helai rambut keluar.
Manu mengulum senyum, Selva pasti sangat malu.
" Aku keluar.." pamit Manu tanpa mengganggu Selva yang sedang sembunyi itu.
***
Manu melirik Selva yang berdiri menatapnya yang baru keluar kamar. Manu bisa melihat wajah Selva yang memerah. Takut hilang kendali, Manu memilih menuju dapur.
" Kalau mandi kunci pintunya.."
Selva menunduk lalu mengangguk pelan. Kejadian beberapa puluh menit yang lalu begitu memalukan.
Manu mengulum senyum geli di setiap langkahnya, Selva selalu terlihat lucu dalam keadaan apapun.
***
Rita dan Septian tengah memakan sarapannya. Septian yang melihat Selva turun pun melempar senyum.
" Sini sarapan.." ajak Septian.
Rita pun melempar senyum." Pake telor engga? " tanya Rita setelah Selva duduk.
" Engga ma.."
Manu melirik Selva yang terlihat canggung itu." Kenapa engga pake telor? " tanya Manu penasaran.
Selva melirik Manu sekilas." Engga mau aja.." balas Selva sekenanya.
Manu kembali memakan sarapannya.
Rita mengulum senyum dengan melirik Manu penuh arti. Rita memberikan nasi goreng pada Selva.
" Makan yang banyak sayang, kata bunda kamu kamu itu susah makan pantes kurus. Engga usah diet - diet, yang penting sehat.." nasihatnya begitu lembut keibuan.
Selva mengangguk kecil." Iyah ma.." balasnya pelan.
" Kalau kurus jelek.." celetuk Manu dengan acuhnya.
Rita mendengus geli lalu kembali memakan sarapannya. Septian yang sedari tadi hanya memperhatikan kini mulai senyum - senyum sendiri.
Semoga saja kenyataan sesuai dengan pemikirannya pikir Septian penuh harap. Dia sangat setuju dengan keduanya, pasti akan sangat bahagia bila dia bisa menjadi besan Jeno.
***