Chereads / My Selv / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

Manu terlihat gusar, Manu tidak fokus dengan penjelasan dosen di depannya.

" Kenapa lo Nu? " tanya Haris, sahabat Manu.

Manu meliriknya sekilas." Engga ada, aman gue.." balas Manu sekenanya.

Keduanya pun kembali fokus ke dapan, menatap dosen yang kini tengah menjelaskan materi untuk tugas.

***

Manu merapihkan bukunya, semua murid mulai membubarkan diri.

" Kemana? Engga nongkrong lagi? " tanya Haris saat melihat gelagat buru - buru dari Manu.

" Cewek gue lagi nunggu di rumah.." balas Manu santai tanpa menatap lawan bicara.

Haris menautkan alisnya." Serumah? Kumpul kebo lo? Om Septian ga marah? " pekik Haris tak percaya.

Manu tertawa pelan, selalu seru menjahili sahabatnya yang mudah percaya itu.

" Sama calon istri ini, gue tetep tanggung jawab Ris.." balas Manu masih dengan kesantuiannya.

Haris menggeleng tak percaya." Lo emang mesum parah! Terlalu banyak asupan bokep waktu SMA! "

Manu kembali terbahak." Udah ah gue cabut! Bye! "

Haris menatap Dila yang baru datang." Mau kemana tu bocah edan, buru - buru banget.."

" Temen lo satu itu emang parah Dil, jauh - jauh mesun parah dia.."

Dila mendengus geli." Lo kayak engga aja, lo bukannya guru bokep dia semasa SMA? Lo yang pupuk Manu jadi semesum itu! " balas Dila dengan begitu kalem.

Haris melempar cengiran " Iyah yah lupa gue, mungkin efek pensiun jadi gini.."

Dila menggeleng samar." Lupain soal kemesuman Manu! Ayo kita cabut, jadi nongkrong ga? "

" Jadi dong, gue mau ketemu Tamara.."

***

Agatha mendial lagi nomor Jeno dengan sebal. Katanya akan selalu kasih kabar tapi sudah hampir menjelang malam Jeno hilang kabar.

" Sebel! " gumam Agatha.

" Bunda.." panggil Aldo yang tengah menggendong Mesha.

" Ya? "

" Mesha buang air besar, udah penuh kayaknya.." terang Aldo seraya memberikan Mesha ke Agatha.

" Aduh anak bunda pupnya bau banget.." godanya seraya mengecup acak wajah Mesha.

Mesha hanya tersenyum. Membuat Agatha gemas." Yuk ke kamar mandi.." ajaknya riang.

Aldo mengulas senyum kecil lalu berlalu menuju ke kamarnya seraya bermain ponsel

Me.

kakak lagi apa?

Kak Selva.

duduk aja.. kalian lagi apa?

Me.

sama, bunda lagi bersihin adik yang Bab.. kalo ayah lagi di luar urusin kerjaan..

Kak Selva.

oh gitu.. kakak kangen.

Me.

kita juga, sehat terus di sana ya kak.

kak Selva

kalian  semua juga..

Aldo merebahkan tubuhnya lalu mulai menscroll instragram miliknya, mencari akun Manuel.

tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa foto Manu dengan beberapa sahabatnya.

Aldo mengangguk pelan, Manu sepertinya dapat di percaya tapi satu foto mengganggu Aldo.

Foto di mana Manu berdua dengan wanita cantik dengan caption.

senang bertemu lagi (emoticon hati)

fotonya di unggah dua minggu yang lalu, Aldo berpikir mungkin itu pacar? Atau sahabat?

***

M

anu masuk ke dalam rumah dengan wajah lelah namun terselipi rasa senang karena akan bertemu dengan Selva.

Manu tiba - tiba bersemangat, entahlah.

Selva keluar dari taman belakang dengan satu piring berisikan buah - buahan di tangannya.

Manu melenpar senyum seraya membawa langkahnya menghampiri Selva.

" Punya siapa? " tunjuk Manu pada piring yang di bawa Selva.

" Aku kak.." balas Selva sekenanya.

Manu merangkul Selva yang kini mulai kembali gelisah malu dan salah tingkah.

Manu mengambil potongan apel lalu menyuapi Selva yang di balas Kaku oleh Selva.

Selva menerimanya namun dia kaget saat Manu dengan cepat mengambil apel itu di bibirnya.

" Jadi pacar aku ya? " kata Manu di sela - sela kunyahannya dengan begitu santai.

***

Ke esokkan harinya...

Manu melirik jam di lengan kirinya. 06.30 wib lalu Manu menatap pintu rumahnya. Menunggu Selva keluar.

Panjang umur, Selva sudah keluar dari rumah. Manu bisa melihat tatapan Selva yang ragu saat menghampiri mobil.

Manu membuka jendela mobil sebrangnya." Ayo, kenapa? Ada apa? " tanya Manu heran.

Selva menggeleng pelan lalu masuk.

***

" Pulang jam berapa? " tanya Manu tanpa menatap Selva yang tengah membaca buku pelajaran.

" Aku pulang bareng Rama.."

Manu menoleh sekilas." Rama? Siapa?!" tanyanya tidak santai.

" Temen.." jawab Selva sekenanya. Selva terus fokus membaca buku.

Selva masih malu dengan kejadian kemarin. Saat Manu mengambil ciuman pertamanya walau sekilas karena terhalang apel tapi tetap saja kena.

" Cowok / cewek? "

Selva masih fokus, membuat Manu berdecak pelan." Sayang~" panggil Manu penuh penekanan.

Selva merinding, menatap Manu risih." Cowok.." balas Selva dengan wajah di tekuk masam walau samar.

Selva sangat sebal dengan Manu yang pemaksa dan seenaknya itu.

" Jangan kalau gitu.."

Selva kembali mengacuhkannya, dia tidak peduli dan tidak suka di atur.

" Udah sampai, pulang aku jemput.."

Selva tidak menjawab, dia turun tanpa mengucapkan apapun.

Manu menghela nafas pelan, sadar dengan sikapnya yang sedikit pemaksa.

Manu tidak akan menyerah sekarang, tiga tahun lalu mungkin dirinya menyerah karena Selva masih kecil.

***

Selva melempar senyum kecil. Para sahabatnya kini berkumpul mengelilingi mejanya.

" Seriusan pindah? Jadi sekarang lo engga tinggal sama nyokap bokap? " tanya Wila dengan kecerewetan yang khas.

Selva mengangguk." Iyah.." jawab Selva seadanya.

Rama melempar senyum ramah." Pulang aku anter ya? Aku mau tau rumahnya di mana biar kalau kita mau main gampang.."

Tito mengangguk setuju." Kita pokoknya harus main ke sana.." tegasnya penuh keharusan.

Sinta ikut mengangguk." Harus! " tegasnya antusias.

Selva mengulum senyum." Aku minta ijin dulu.." balasnya.

***

Selva yang di rangkul Sinta dan Wila tengah terbahak pelan. Selva yang pemalu begitu senang dapat kedua sahabat perempuan yang begitu riang, rasanya hidup Selva jadi lebih berwarna.

" Kamu kok engga malu? " tanya Selva masih dengan kegeliannya.

" Sinta engga punya malu Va.." ejek Wila sebelum tertawa pelan.

" Aku malulah! Abis aku engga bisa tahan kalo berurusan sama orang ganteng, aku bawaannya ngegas terus.."

Wila dan Selva kembali terbahak pelan.

" Terus kak Satrianya gimana? " tanya Selva.

" Dia kabur, pokoknya aku apes banget pasti dia takut.." keluh Sinta dengan mulut mengerucut lucu.

Ketiganya menghentikan ucapannya saat langkahnya sudah sampai di tempat yang di tuju. Kantin.

" Kalian lama banget sih!" keluh Tito seraya menunjuk mie ayam di depannya" liat! Mienya bengkak semua.." ketusnya kesal.

" Maaf deh, dasar cerewet! " dumel Sinta seraya mengaduk mienya.

" Cepet makan jangan manyun terus.." ledek Rama pada Sinta. Selva dan Wila hanya tersenyum melihat interaksi mereka.

***

Selva Naik kemotor Rama lalu melambai ke arah sahabatnya." Aku duluan.." pamitnya.

" Hati - hati.." balas mereka serempak.

" Gue duluan gengs! " pamit Rama lalu melajukan motornya.

Rama melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

" Betah engga di sana Va? "

Selva mengangguk samar walau tak bisa di lihat Rama." Betah, semua orang di rumah baik.."

" Bagus deh jangan kelamaan bawa kita main ke rumah baru.."

" Iyah.."

***

Selva melambaikan tangannya, Rama pun berlalu. Selva menoleh saat mobil yang di kenalinya kini berhenti di depannya.

" Ponsel kamu mati? " tanya Manu seraya turun dari mobilnya hingga berdiri di depan Selva yang kini gelagapan.

Selva terlihat kebingungan." Maaf.." hanya itu yang bisa di ucapkan Selva.

" Aku bilang aku akan jemput jadi dia yang namanya Rama, pacar kamu? " tanya Manu terdengar tidak santai. Penuh selidik.

Sedari awal Manu mengikuti keduanya di belakang, tampak cekikikan, tampak santai. Manu sadar kalau dirinya cemburu.

Selva menggigit bibirnya lalu menunduk." Maaf.." lagi, hanya itu yang bisa Selva ucapkan.

Manu melewati Selva lalu berbincang sebentar dengan satpam rumahnya. Menyuruh satpam itu untuk memasukan mobil ke garasi.

Selva menatap keduanya seraya membawa langkahnya untuk masuk ke dalam rumah.

Manu menatap Selva lalu setelah dekat Manu meraih tangan Selva untuk dirinya tuntun.

" Kak.." panggil Selva tidak nyaman dengan posisi tangannya.

Manu melirik Selva tanpa menghentikan langkahnya memasuki rumah.

" Ya? Kenapa? "

" Tangan Selva.." cicit Selva dengan malu - malu.

Manu mengecup pinggung tangan Selva sekilas." Gih ganti baju, kita jalan - jalan.." putusnya mengabaikan rasa panas di hatinya.

Manu berlalu dengan santai, mengabaikan Selva yang mematung.

***

Manu melenggang masuk ke dalam kamar Selva. Selva yang tengah selonjoran di buat kaget dengan kedatangan Manu.

" Kok engga siap - siap? " tanya Manu seraya duduk di samping Selva. Menatap gadis itu dengan tatapan penuh cinta.

Selva menelan ludah gugup, Selva merasa aneh, lebih baik seperti dulu, selalu di jahili sampai menangis dari pada di tatap seperti sekarang.

Manu membungkuk, mengintip sesuatu yang tengah di lakukan Selva di ponselnya.

Selva sontak menjauh." Kak! " tolaknya risih.

Manu tersenyum menyebalkan." Apa sayang? " godanya.

Selva menghela nafas pendek. Manu memang selalu menyebalkan.

" Pacar aku kenapa engga keluar keluar sih? Di ajak jalan juga kok ga siap - siap.." ujarnya dengan bernada manja yang di buat - buat.

" Ih apa sih! " gerutu Selva pelan dengan bibir berkedut menahan geli.

Walau menyebalkan Selva akui Manu memang tampan, usianya yang sudah cukup matang masih saja terlihat muda.

" Jangan di tahan sayang, kamu kalo senyum makin cantik.."

Selva merona, jantungnya berdebar tak karuan.

" Kak, Selva lagi kerjain tugas jangan ganggu.." mohonnya dengan ragu dan takut.

Manu merebahkan tubuhnya di sebelah Selva yang terduduk." Oke, kalo udah beres kasih tahu.."

***

Manu membuka matanya saat merasakan goncangan di bahunya.

" Kak bangun, ada mama di bawah.."

Manu mendudukkan tubuhnya lalu menarik pinggang Selva hingga merapat padanya.

" Masih ngantuk.." gumam Manu lalu mengecup pipi Selva.

Selva mendorong Manu hingga pelukannya terlepas.

" Kak Manu! Kakak selalu cium sembarangan! Aku bukan cewek murahan ya! " dengan Berani Selva kini bersuara.

Manu hanya menatap Selva dengan rambut acak - acakkan khas bangun tidur.

" Kata siapa kamu murahan? Cium pacar sendiri emang salah? "

" Salah! Karena Selva engga pernah bilang mau! " setelah itu Selva beranjak meninggalkan Manu.

***

Manu berdecak pelan di kamarnya kini ada Dila dan Haris.

" Masa sih? Pokoknya gue engga mau sama tante - tante! "

" Bu Geina itu seksi, body aduhai, sayang di lewatin Nu! Ah kalo aja dia sukanya sama gue.." ujar Haris penuh ambisi.

" Ambil aja! Gue mau sama Dila aja, ya kan Dil..." goda Manu seraya menaik turunkan kedua alisnya.

Dila mendengus keras." Mau di bogem Faiz lo! " ketus Dila.

" Engga masalah, gue suka cewek ketus.." goda Manu lagi seraya merangkul Dila.

" Ih! Hus - hus! Jauh - jauh! Gue telpon Faiz nih! " ancam Dila.

Manu terbahak pelan." Oke - oke, canda elah.."

Haris mendekatkan wajahnya ke telinga Manu." Mana cewek lo? Gue pengen kenalan.." bisik Haris.

Dila melempar kacang polong ke kepala Haris." Kenapa harus bisik bisik sih! " serunya tidak terima.

" Ck! Iya - iya! Gue tanya mana cewek dia.."

" Manu punya cewek? Siapa? " tanya Dila santai seraya mengunyah cemilan.