Manu masuk ke dalam kamar Selva, Selva yang tengah menonton televisi menoleh kaget.
Selva masih merasa canggung karena kejadian kemarin. Dia terlalu gegabah, bahkan hampir bisa di bilang membentak Manu.
Manu mengulurkan tangannya." Aku mau kenalin kamu sama sahabat - sahabat aku, ikut sebentar yuk.."
Selva mengerjap pelan." Buat apa kak? Selva ga mau.." tolaknya pelan.
Manu menggendong Selva turun dari kasur." Kamu harus mau.." paksanya.
Selva mencoba kembali merangkak naik." Engga mau! " tolaknya keras kepala.
Manu menahan kaki Selva, membuat Selva tengkurap di atas kasur.
" Mau aku cium? "
Dengan cepat Selva kembali beringsut turun." Kak Manu selalu aja paksa Selva.." dumel Selva pelan namun masih sanggup Manu dengar.
" Demi kebaikan ga masalah.." balas Manu acuh seraya menuntun Selva keluar kamar.
***
Selva duduk dengan tidak nyaman, masalahnya Manu membuatnya duduk di single sofa berdua dengannya.
" Aku Dila, sahabat mereka dari SMP.."
Selva melempar senyum canggung sebagai responnya.
" Pantes lo mepet terus ga kasih kendor.." celetuk Haris seraya mengulurkan tangannya.
" Aku Haris, sahabat Manu.." sambungnya dengan senyum ramah yang berlebihan.
Dila terbahak pelan." Geli gue liat si Haris senyum begitu, kayak kuda! "
Manu ikut terbahak, menyetujui ucapan Dila.
Selva dengan ragu membalas uluran tangan Haris, namun belum sampai Manu sudah menariknya.
" Engga usah.."
Haris menarik tangannya seraya mendengus keras." Posesif lo! " ketus Haris.
Manu acuh, dia menatap Selva seraya memainkan rambutnya." Selva pemalu, kasihan dia ga nyaman, gue bawa balik ke kamarnya ya.."
Haris dan Dila mengangguk.
" Hati - hati Manu mesum.." teriak Haris sebelum Selva hilang di telan pintu.
Selva yang mendengar itu menyetujui ucapan Haris.
" Aku mesum cuma sama kamu kok.." bisik Manu yang membuat Selva merona, lagi dan lagi.
Manu menutup pintu kamar Selva, menarik Selva lalu menangkup kedua pipinya sebelum mendaratkan ciuman di bibirnya.
Selva terkejut tentunya, namun perlahan Selva memejamkan matanya tanpa tahu harus bagaimana, karena berontak pun Manu tidak kunjung melepaskannya.
Manu melumat bibir Selva, menyecapnya dengan begitu penuh perasaan, menelusupkan lidahnya walau tidak di balas Selva dengan baik.
Manu melepaskan pagutannya, mengecup sekali lagi bibir Selva lalu memberi jarak.
" Aku serius, jadi pacar aku ya? "
Selva mengerjap, masih belum bisa berpikir, semua terlalu tiba - tiba.
***
" Lo apain Selva? " tanya Haris yang membuat Dila mengalihkan fokusnya dari tugas.
" Ah paling ciuman.." tebak Dila acuh seraya kembali fokus pada makalah di depannya.
" Tuh udah Dila jawab.."
Haris berdecak tak percaya." Sampe bengkak gitu! Ganas lo Nu! " kepalanya Haris gelengkan.
Manu meraih makalah tugasnya." Bukannya ini ajaran dari lo semua harus ganas.." balas Manu acuh tanpa menatap lawan bicara.
" Eh iyah, lupa lagi gue.."
Manu tersenyum menyebalkan." Rasanya pengen cepet nikah gue, ga tahan" akunya dengan begitu enteng.
Dila dan Haris menatap Manu dengan penuh kegelian.
" Oh jadi ekspresi kebelet nikah itu kayak gini, geli banget lo Nu!" ledek Dila seraya cekikikan.
Haris sudah terbahak.
" Gue pikir bakalan kayak nahan eek!"
Dila kali ini menatap Manu dengan penuh kesungguhan.
" Gue titip! Selva kayaknya anak baik jangan sampe lo rusak terus tinggalin kayak yang dulu - dulu.."
Manu berdecak sebal." Yang dulu yang mana? Gue perasaan ga pernah pacaran deh.."
Dila menepuk keningnya." Gue lupa! Harusnya ucapan tadi buat Haris, sorry - sorry.." kekehnya menyebalkan.
kini Haris yang berdecak." Gue cuma manusia biasa, tempatnya salah kali.."
***
Dila meregangkan lehernya yang terasa pegal lalu melirik jam.
" Jam berapa nih? Aduh udah malen ternyata.." erang Dila begitu kelelahan.
Haris juga menghentikan ketik mengetiknya. Jemarinya terasa keriting karena terus bergerak di papan keyboard berjam - jam.
" Masih berapa lembar lagi ini? " tanya Manu yang tengah memilih materi di buku - buku tebal itu.
" Targetkan 66 lembar Nu, baru juga 39.." jawab Haris dengan lesu.
Dila menghela nafas pendek.
" Masih ada waktu dua hari lagi, sekarang pulang dulu, istirahat.."
Manu dan Haris mengangguk setuju. Mereka pun membereskan semua makalah yang berserakan itu.
" Cewek lo masih SMA kan Nu? " tanya Haris seraya merapihkan buku.
Manu mengangguk samar." Hm, dia masih SMA kelas tiga, setahunan lagi lulus.." terang Manu seraya terus menata makalah.
" Beda umurnya cukup lumayan ya, 5 atau 6 tahun? " tanya Dila yang tengah merapihkan laptop.
" Hm, kurang ngeh yang jelas emang cukup jauh segituan kurang lebih, dia smp gue kuliah dan sekarang gue masih kuliah tingkat akhir.." terang Manu membuat Haris dan Dila mangut - mangut mengerti.
" Akhirnya beres! Gue telpon Faiz dulu suruh dia jemput.."
Haris yang sudah selesai juga mendudukkan tubuhnya dengan lesu.
" Langsung pulang! Jangan pergi ke hotel!" ledek Haris seraya melempar kacang ke arah Dila.
Dila sontak menatap Haris sinis." Emangnya lo! Doyan ngehotel sama tante - tante iuuuwhh! " balas Dila sebelum fokus ke ponselnya.
" Sayang jemput, hm di rumah Manu.. iya, hati - hati ya sayang.."
Manu dan Haris terbahak tanpa suara. Geli mendengar Dila so manis.
" Apa?! Sirik aja kalian! " ketus Dila setelah mematikan sambungan telponnya dengan Faiz.
" Gila ya Nu si Faiz kuat bener sama dia, belum tau aslinya kali ya.." ujar Haris dengan terbahak pelan.
Manu merangkul Dila." Dia baik kok.. Faiz jelas ga salah pilih, ya kan Dil? "
Dila melempar senyum." Lo mau gue beliin sesuatukan?! " tanya Dila dengan mata memicing curiga.
" Tahu aja! Gue males keluar nih, nitip kuota ya, mau habis punya gue.."
***
Selva mematung saat sebuah lengan melingkar di pinggangnya. Langkahnya yang hendak ke dapur berhenti di tengah jalan.
" Ke depan yuk, anterin Dila sama Haris.."
Selva menoleh ke belakang, di sana ada Dila dan Haris yang tengah melempar senyum.
Manu menuntun Selva lalu melirik kedua sahabatnya yang kini melangkah di belakangnya.
Manu masih tidak melepaskan tangannya dari pinggang Selva.
" Tuh Faiz udah jemput Dil.." ujar Manu saat melihat mobil hitam terparkir.
" Iyah.. gue duluan ya, Selva hati - hati ya, Manu mematikan.." goda Dila sebelum melambai lalu pergi.
" Hati - hati Dil.." Manu mengabaikan godaan Dila.
" Gue juga pergi Nu.."
" Hm.. hati - hati bro.."
" Yoi.. Selva cantik Nu, kalau lo nyakitin dia gue embat! Awas aja"
Manu hanya tertawa pelan.
" Lo ancem gue? Berani bener! "
Haris melempar cengiran di balik helm lalu melambai sekilas.
" Gue pergi.."
Manu pun menatap kepergian mereka lalu melirik Selva yang diam dengan rona merah menghiasi kedua pipinya.
" Yuk masuk, malam ini ada tugas ga? " tanya Manu seraya merangkul Selva yang nampak kurang Nyaman.
" Ada, banyak.."
" Mau di bantu? " tawar Manu seraya menggiring Selva menuju dapur.
Selva meraih botol minumnya lalu menatap Manu ragu.
" Emang kak Manu masih inget pelajaran SMA? "
" Inget, apa lagi soal kamu dari awal sampai sekarang aku masih inget.."