"Apa yang sedang kamu pikirkan, Skylar?"
"Tidak ada. Aku hanya sedikit teringat kedua orangtuaku saja." sahut Skylar sembari memakan kentang goreng buatan Jennie. "Dimana Hester?"
"Dia sedang bersama Jennie tengah menyiram tanaman di halaman depan." sahut Hugi.
"Sampai kapan dia mau di rumah ini? Bukankah harusnya ia merasa tidak enak sudah terlalu lama berada di rumah orang lain?" pertanyaan Skylar membuat Hugi tertegun.
"Kamu tahu sebenarnya aku bukan orang baik, kan, Hugi?" kata Skylar lagi sambil membenarkan anak rambutnya yang tertiup angin sore.
Tentu saja Hugi sangat tahu bagaimana sisi Skylar yang lain. Ia pernah pergi ke sebuah tempat, di perjalanan ada seekor ayam yang tiba-tiba mematuk lutut Skylar yang sedang berjalan kaki menuju parkir mobil. Karena kaget dan merasa sakit ia lalu menangkap ayam itu dan langsung mematahkan lehernya dengan memelintirnya sampai ayam itu mati di tangannya. Setelah itu Skylar melemparkan ayam itu ke semak-semak tanpa peduli bahwa mata Hugi sedang merekam aksinya.
"Apa kamu merasa terganggu dengan keberadaannya? Kamu bisa memintanya untuk pergi. Atau kamu mau aku yang melakukannya. Akan aku lakukan."
"Tidak perlu, Hugi. Aku ingin dia sendiri yang menyadari dirinya." kata Skylar menunjukan wajah malasnya.
Hugi hanya mengangguk saja mendengarnya.
__________
"Kamu yakin wajahku tidak akan kelihatan?" tanya Skylar pada Jennie yang sedang memegang kamera di depannya.
"Tenang saja, Skylar. Identitasmu aman." sahut Jennie yang terlihat senang dari nada bicaranya. Bagaimana tidak, Skylar akhirnya mau mengikuti permintaannya untuk menunjukan diri pada dunia luar, walaupun ... ya ... ia masih tetap menutupi wajahnya. Tapi, setidaknya, Skylar mau melakukan ini saja Jennie sudah cukup senang.
Kemudian sebuah tungkai menyerupai jari tangan yang panjang bertugas untuk mengontrol musik yang akan dibuat menjadi penggiring tarian Skylar pun mulai dinyalakan. Lagu itu bukan milik orang lain, tapi lagu milik Skylar sendiri, dibuat sendiri oleh Skylar.
Hampir 4 menitan Jennie merekam kegiatan Skylar. Ia terpukau dengan bagaimana bisa meski wajahnya menggunakan topeng, Skylar tetap menampakan aura kecantikannya di video tersebut.
"Skylar, jika aku benar-benar seorang manusia, mungkin reaksiku akan lebih dari ini. Kamu benar-benar nyaris sempurna." komentar Jennie masih dengan memandangi hasil rekamannya.
"Terima kasih. Silakan lakukan apapun yang kamu inginkan pada video tersebut selagi wajah dan identitasku tidak kamu sebarkan." kata Skylar sambil menuangkan cola ke gelas.
"Tenang saja padaku, Skylar. Semua datamu dijamin aman denganku." kata Jennie meyakinkan.
"Aku bisa saja percaya denganmu. Namun, kamu harus ingat kamu itu masih seorang robot. Suatu waktu sistemmu bisa saja mengalami error. Tapi kuharap itu tidak pernah terjadi." kata Skylar sambil memasukan kripik chitato ke mulutnya.
"Skylar, Hugi bilang Hester akan pergi hari ini."
"Oh, ya? Secepat itu?"
"Dia bilang ibunya mencarinya."
"Jika dia pulang bukankah dia akan disiksa kembali? Apa dia sudah gila mau kembali lagi?" ujar Jennie.
"Ibunya sudah tua. Dia harus ada disana untuk menemani."
Skylar merasa tidak enak dengan obrolannya dengan Hugi saat berada di balkon tadi siang. Tidak bisa dihindari perasaan dia yang ingin Hester tidak ada lagi di rumahnya, tapi juga ia merasa tidak nyaman karena sudah seperti mengusir Hester dari rumahnya.
"Jennie, aku bukan orang baik. Tapi, apa aku terlalu jahat karena sudah berpikir menginginkan ia pergi dari rumah ini secepatnya?"
"Tidak, Skylar. Perasaanmu itu manusiawi. Aku tidak tahu persis bagaimana yang kamu rasakan. Namun dari beberapa sumber yang kupelajari, kamu hanya mulai merasa ketidaknyamananmu dimasuki oleh orang lain terlalu lama. Dan sekarang, kamu sedang bosan. Tidak apa-apa, Skylar. Bukankah menyenangkan karena beberapa hari ini kamu bisa berinteraksi dengan manusia?"
Skylar hanya tersenyum yang lebih mirip meringis.
"Ayo, kita mendatanginya sekarang." kata Jennie sembari mengulurkan tangan mengajak Skylar untuk bangun dari duduknya yang di lantai.