Malam semakin larut. Afka tidak main-main dengan ajakan bercintanya. Mereka menghabiskan tiga ronde dengan durasi empat jam. Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Afka sudah terlelap seperti kerbau.
Ghirel duduk dengan punggung bersandar di kepala ranjang. Di tangannya, terdapat sebuah pil pencegah kehamilan. Ghirel kembali bertengkar dengan pikirannya sendiri.
Tangan Ghirel yang satu lagi meraih segelas air putih kemudian meminumnya hingga habis dan menarik selimut hingga ke leher.
Matanya memperhatikan Afka dengan rasa bersalah yang amat besar. Apakah ini keputusan yang tepat atau jangan-jangan keputusannya merupakan sebuah penghancur rumah tangganya?
Lambat laun, Ghirel memejamkan matanya dan tertidur dengan nyenyak. Dia terbangun saat jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Ghirel kesiangan. Afka pasti sudah bangun dan bersiap untuk berangkat kerja.