Chereads / Greentea Latte / Chapter 28 - -28- Saling Menyakiti

Chapter 28 - -28- Saling Menyakiti

Mentari merangkak naik, cahaya rembulan redup tergantikan. Kaca-kaca jendela kamar Fran dipenuhi sinar yang berlomba-lomba untuk menembus gorden berwarna coklat keemasan.

Afka yang sedang tidur di sofa besar berwarna hitam mulai menggeliat tak nyaman. Netra matanya menangkap terlalu banyak cahaya membuatnya merasa silau. Afka berusaha duduk dengan berpegangan pada pinggiran sofa, dia mengucek kedua matanya sampai terbuka. Bola mata berwarna coklat terang terlihat Indah ditengah mata sayu khas bangun tidur.

Afka melirik sekitar, melihat Fran yang tengah tidur nyenyak di dalam selimut berwarna putihnya. Nikmat sekali sahabatnya itu, selain tidur di kasur ukuran besar, dia juga mengenakan selimut dan menyalakan AC dengan temperatur rendah.

Afka yang bertelanjang dada merasa kedinginan, dia menarik selimut yang Fran kenakan lalu melempari laki-laki itu dengan sebuah bantal guling yang sudah tergeletak di atas lantai.

"Ganggu aja lo setan," dengus Fran kesal sembari meraba sekitarnya.

"Nyari apa lo?" tanya Afka.

Afka kembali ke sofa semula setelah menutup gorden yang sedikit tersikap angin, dia merebahkan dirinya di sofa lalu mengenakan selimut hasil curiannya.

"Hp gue hilang," jawab Fran sambil tetap meraba-raba sekitarnya.

"Di sempak lo tuh," ketus Afka. Saat menarik selimut Fran, Afka menemukan telepon genggam milik sahabatnya diantara gulungan selimut. Tangannya usil meletakkan benda persegi panjang tersebut kedalam celana dalam sahabatnya.

"Masa sih?" Fran tidak percaya, nyawa yang masih belum terkumpul itu membuat otaknya lemot tak terhingga.

Afka mengambil Hpnya di meja lalu menelfon nomor Fran hingga menimbulkan sebuah getaran yang membuat Fran melompat seketika.

"Gila lo pagi-pagi udah bikin gue kejang!" teriak Fran tidak terima.

Suara gaduh di pagi ini menarik perhatian Ibu Fran, Tante Laila namanya. Dia membuka kamar anaknya dan mendapati Fran sedang bertengkar dengan Afka menggunakan guling. Melihat pintu terbuka membuat Fran dan Afka menghentikan kegiatannya, mereka hanya diam mematung dengan kepala menunduk takut kena marah.

"Afka yang duluan," kata Fran menyalahkan sahabatnya.

"Jelas-jelas lo duluan yang yang nimpuk gue pakai guling!" Afka merasa tidak terima.

"Kalian berantem pakai jurus apa sampai dakron guling bertebaran dimana-mana?" Tante Laila pasrah melihat kondisi kamar yang sudah berantakan.

"Maaf," kata Fran dan Afka bersamaan setelah menyadari perilakunya itu salah.

"Kalian mandi sana, terus nanti turun kebawah. Kita mau kedatangan tamu," kata Tante Laila sambil menelfon seseorang.

Rupanya Tante Laila menelfon asisten rumah tangganya yang sedang berada di taman belakang rumah yang letaknya cukup jauh dari kamar Fran. Dia ingin meminta tolong untuk merapikan kamar anaknya yang sudah seperti kapal pecah.

"Mandi bareng?" goda Fran membuat Afka bergidik ngeri.

"Gue masih waras, mohon maaf!"

***

Ghirel sedang mengemasi barang-barangnya untuk Event Akhir Tahun yang diadakan lusa, dia memang tipikal orang yang mengemasi sesuatu dari jauh-jauh hari agar tak ada yang tertinggal satu pun. Selagi mengemasi, Ghirel mencatat beberapa hal yang harus ia beli di supermarket hari ini. Seperti obat-obatan, camilan, dan kebutuhan wanita lainnya.

Merasa akan bosan jika belanja sendiri, Ghirel memutuskan untuk mengajak Siska. Dia menelfon Siska yang tentunya belum bangun di pagi hari seperti ini. Ghirel paham betul jika jam tidur Siska sangat berantakan.

Tetapi, alangkah terkejutnya Ghirel saat mendengar Siska menjawab telfonnya dengan antusias seakan dia sudah mengumpulkan nyawa sepenuhnya.

"Lo kenapa?" tanya Ghirel.

"Harusnya gue yang nanya sama lo, ngapain nelpon?" Siska balik bertanya.

"Gue mau ngajak belanja, gue kira lo baru bangun tapi kayaknya lo udah seger aja ngalahin gue yang belum mandi." jawab Ghirel.

"Lo tau gak? gue pakai dress!" kata Siska antusias. Hal itu membuat Ghirel yang sedang meneguk sebotol minuman manis tersedak. Siska yang ia kenal selalu membuat rok sekolahnya robek hari ini menggunakan dress?!

"Lo kesurupan apa woy?" tanya Ghirel tak percaya.

"Gak tau, emak gue nyuruh pakai dress buat acara sama temennya." jawab Siska sembari terkekeh geli memperhatikan dirinya di depan cermin.

Dress berwarna merah maroon sebatas lutut dengan model tanpa lengan membuat tubuh cantik Siska terekspos sempurna.

"Gue mau liat, fotoin sekarang!" kata Ghirel lalu mematikan sambungan teleponnya.

Setelah melihat foto yang dikirimkan oleh Siska, Ghirel tertawa terbahak-bahak melihat gambar yang jelas-jelas menunjukkan bahwa Siska tidak dapat berpose layaknya perempuan feminim. Ghirel segera mengirimkan foto tersebut kepada Tzuwi agar dapat tertawa bersama.

***

"Heh Juwi, lo mau kemana beli segini banyaknya?" protes Ghirel saat melihat troli belanja milik Tzuwi penuh dengan barang-barang tidak penting.

"Siapa bilang ini buat acara sekolah? Lah gue beli karena lucu," kata Tzuwi dengan bolpoin berbentuk wortel di tangannya.

"Terus lo bawa apa nanti ke acara sekolah?" tanya Ghirel.

"Nyawa sama guling lah!" jawab Tzuwi ringan.

Guling Tzuwi sangat keramat, benda panjang itu seperti belahan jiwa Tzuwi. Saat kita study tour, Tzuwi membawa gulingnya. Saat kemah, Tzuwi juga membawa gulingnya. Bahkan hingga menginap di rumah Siska saat kedua orang tua Siska diluar kota, Tzuwi membawa gulingnya. Mungkin lain kali Tzuwi akan membawanya ke sekolahan.

"Btw, kita gak sekamar dong." kata Ghirel.

Tzuwi mengangguk,"ya mau gimana lagi gue kan panitia."

"Gue boleh minta request gak biar sekamar sama Siska? Gue gak ada temen selain kalian berdua, Afka gak bakal bisa jagain gue 24 jam secara dia juga panitia." kata Ghirel. Sejujurnya, Ghirel masih sedikit takut dengan Kristal. Selain itu, dia juga dibenci banyak cewek karena berpacaran dengan Afka.

"Kenapa lo gak minta ke Afka aja sih? Kan Fran, sahabatnya Afka itu ketua osis!" kesal Tzuwi.

"Gak enak gue ih," balas Ghirel.

"Ya udah ntar coba gue sampaikan ke Fran," kata Tzuwi membuat Ghirel merasa senang.

***

"Af, lo yakin bakal bertahan sama hubungan lo saat ini?" tanya Fran sambil menyisir rambutnya. Meskipun Fran selalu membenci hal-hal formal seperti ini, setidaknya dia tidak boleh tampil memalukan di depan para tamu demi harga diri kedua orang tuanya.

"Hubungan mana yang lo maksud?" Afka bertanya balik.

Fran menghela napas kasar, dia baru sadar jika Afka menjalin hubungan dengan banyak orang.

"Hubungan lo sama Ghirel," jawab Fran.

"Gak tau, dulu niat gue cuman buat nebus dosa-dosa gue doang. Dulu gue udah menghindari dari dia biar dia gak sakit lagi, tapi takdir berkata sebaliknya. Gue dipertemukan sekelas sama dia tiga tahun berturut-turut, dan sialnya cuman dia yang gak ada takut-takutnya sama gue," kata Afka.

Afka tengah menggeledah lemari milik Fran, mencari pakaian gelap untuk ia gunakan. Tetapi, sahabatnya itu hanya memiliki sedikit koleksi pakaian gelapnya. Kebanyakan pakaian milik Fran berwarna putih, army, maroon, atau coklat muda. Sekalinya Afka menemukan pakaian berwarna hitam, itu sangat norak untuknya.

"Lo sadar hubungan ini bakal nyakitin dia, terus kenapa bertahan?" tanya Fran membuat Afka membeku.

Afka baru menyadari hak tersebut, rasa cinta yang membuat dia yakin untuk menjalin ini tanpa berpikir panjang.

"Karena gue juga tersakiti di sini, kita sama-sama akan ngerasain sakitnya." kata Afka, tangannya mengambil baju Fran secara acak dan segera mengenakannya. Tadinya Afka hendak langsung pulang dan tak mengikuti sarapan formal ini, tetapi Tante Laila yang sangat baik hati itu memaksanya untuk ikut sehingga Afka tak memiliki pilihan lain.