Uhuk!
Afka tersedak minumannya sendiri saat melihat seorang gadis yang ia kenal dengan baik sekarang berada di depannya. Gadis yang dulu sempat mengisi kehidupannya yang kosong hingga sebuah tragedi merebutnya. Afka tak akan pernah melupakan momen-momen indah bersama gadis yang sefrekuensi itu.
Anehnya, sekarang gadis itu mengenakan dress berwarna maroon tanpa lengan. Tak lupa dengan balutan make up yang terpoles sempurna di wajahnya. Cantik, sangat cantik dan segar. Afka tak memungkiri itu, dia mengagumi gadis di depannya. Tapi, itu hanya sesaat sampai ia melihat kaki yang mengenakan heels cukup tinggi berwarna putih dengan sedikit polesan gold di sisinya.
Afka menahan tawanya, meskipun aktingnya sangat buruk sampai sikunya disenggol oleh Fran seakan kode bahwa tawanya akan menghancurkan acara formal ini.
"Ya ampun Ibu dokter sama Bapak pengacara datang," sambut Tante Laila.
"Ya ampun panggil biasa aja lah,Mariana Sama Johan!" kata Mariana.
"Ini pasti Siska ya? Ya ampun udah gede banget ya," Tante Laila menyambut Siska dengan hangatnya, bahkan hingga merangkul Siska menuju meja makan. Sejujurnya Siska merasa kewalahan menggunakan dress dan heels tinggi itu. Tapi dia akan lebih kewalahan jika menentang kemauan mamahnya.
"Ini anak saya, Fran dan ini keponakan saya namanya Afka! Ayok makan langsung aja sebelum makanannya gak panas lagi. Oh iya, suami saya masih di atas tadi baru pulang ini lagi ganti baju, maklumi ya!" kata Tante Laila.
Siska memilih duduk di sebelah Fran daripada Afka, bila jantungan sia melihat Afka mengenakan kemeja hitam yang membuat ketampanannya bertambah ribuan kali lipat meskipun wajah dinginnya tak luput dari sana.
"Siska sekolah di mana?" tanya Tante Laila.
"Sama katak Fran tante, sekelas malahan." jawab Siska sambil tersenyum canggung.
Dia rasa ini hari ter sialnya,dia yakin besok berita ini akan menyebar. Bukan berita perihal makan formal ini, tetapi berita mengenai Siska mengenakan dress dan heels tinggi. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Afka dan Fran. Mereka berdua bermulut lebih pedas dari penggosip yang sudah go international.
"Awas lo kalau macem-macem besok!" ancam Siska dengan berbisik pelan di telinga Fran tanpa melunturkan senyumnya.
"Berani bayar gue berapa lo?"balas Fran membuat Siska kesal. Mengingat tengah mengenakan dress dan heels, dia tak mungkin menendang kepala Fran hingga terlepas. Untung dia memiliki alternatif lain dengan menginjak kaki Fran.
"Sakit bego,"lirih Fran.
Siska tersenyum sambil memasukkan sesuap nasi ke mulutnya,dan mulai membalas Fran. "lemah lo."
Tanpa mereka sadari, Ayah Fran yang bernama Hendrawan Senopati datang dan segera duduk di tempat yang di sediakan di sana. Dia di sambut dengan baik oleh Tuan Johan dan Nyonya Mariana.
"Masih awet muda kau ya," puji Johan kepada Hendra.
"Makannya anak saya bisa ganteng kayak dia, oh di samping anak saya itu Afka anak tunggalnya Zyan!" balas Hendra.
"Saya sudah mengenalnya sebelum kamu," kata Johan membuat Laila dan Hendra terkejut. Mereka sudah sangat lama tak bertemu karena kesibukan masing-masing. Selain itu, mereka tak memiliki kaitan antara pekerjaan mereka sehingga semakin sulit untuk bertemu. Hal ini membuat mereka jadi tak mengerti perkembangan satu dengan yang lainnya.
"Berarti kamu dekat dengan Zyan juga?" tanya Hendra.
Siska membelalakan matanya, dia tak menyangka akan ada Afka disini. Dan dia juga tidak menyangka bahwa Ayahnya masih memiliki dendam itu kepada Afka. Dia memperhatikan Afka yang meliriknya sejenak dan langsung memalingkan wajahnya.
"Lumayan," kata Johan.
"Terus kenapa gak ke dunia bisnis juga? perusahaan yang dapet investasi dari dia sukses semua loh," tanya Hendra.
"Kalau saya mendapatkannya, saya gak mungkin masih dengan pekerjaan saya sekarang." jawab Johan membuat semuanya membisu.
Suasana yang tadinya hangat mulai menegangkan, dari jawaban tadi dapat disimpulkan bahwa ayahnya Afka tak mau berinvestasi. Dan tidak biasanya itu dia lakukan.
***
Setelah acara makan yang menegangkan tersebut Afka, Fran, dan Siska memutuskan untuk ke taman rumah Afka daripada ikut campur ke dalam urusan orang dewasa.
Dengan susah payah Siska berjalan menuju taman tersebut sambil tak henti-hentinya mengoceh, mengumpati heels yang dikenakan.
"Kok bisa sih cewek-cewek pakai lo tanpa ngerasa terbebani?" oceh Siska.
Fran dan Afka yang melihat itu hanya tertawa kecil, lumayan aib gratis pikir keduanya. Mereka sampai di taman yang cukup indah, Tante Laila merawat taman ini dengan baik disela-sela kegiatannya yang cukup sibuk.
"Sini pegang tangan gue," tawar Afka sambil menyodorkan tangannya.
Untuk sampai di sebuah rumah kayu di sana, mereka harus melewati kolam ikan koi yang cukup lebar. Sebenarnya jika saja tidak ada kedua orang tua Siska, Afka akan memilih menceburkan gadis itu ke kolam untuk kepuasan batin semata.
"Tumben lo ber perikemanusiaan," kata Siska sambil meraih lengan Afka.
Fran yang berada di belakang keduanya merasa geli,"Lo berdua udah kayak lagi tunangan tau gak sih?"
Tidak bisa dipungkiri Siska baper mendengarnya. Ada jutaan kupu-kupu yang terbang di perutnya karena merasa sangat senang dapat dekat dengan Afka. Siska pikir Afka marah dan memusuhinya karena sikap Afka selalu dingin kepadanya, tetapi ternyata laki-laki itu memang dingin kepada semuanya kecuali Ghirel.
"Amit-amit gue tunangan sama dia," ketus Siska.
"Lo kalau gue lamar tiba-tiba juga pasti seneng," kata Afka.
Mereka sampai di rumah kayu dengan ukuran 5×5 meter,di depan rumah tersebut ada empat buah kursi kayu dengan satu meja berbentuk lingkaran ditengahnya. Afka duduk di salah satu kursi tersebut di susul dengan Fran dan Siska.
"Sorry ya soal bokap gue tadi," sesal Siska.
Afka mengangkat bahunya,"it's okay."
"Kasian kalian, putus karena hal sepele doang." timpal Fran melihat keduanya.
Fran adalah saksi bisu percintaan Afka. Dari mulai Afka mencintai Ghirel dahulu, lalu berpindah hati ke Sana, dan setelahnya hati Afka yang mati rasa hampir hidup kembali bersama dengan Siska. Tapi, sebuah kejadian sepele membuat keduanya harus berpisah.
"Yah mau gimana lagi," kata Siska sambil mengendikkan bahunya.
"Lo udah sepenuhnya move on dari gue kan?" tanya Afka.
Siska sedikit tertegun mendengarnya, tapi sebisa mungkin ia menyembunyikan rasa gugupnya. "Iyalah, gila aja gue gak bisa move on dari buaya jantan kayak lo."
"Sorry kalau di masa lalu gue sering nyakitin lo," Afka meminta maaf sambil tersenyum sebentar. Untungnya Siska melihat senyum itu, sebuah senyum yang membuat hatinya berdebar tak karuan.
"Gak mau gue maafin lah, biar lo dapet karmanya."jawab Siska.
"Udah dapet kok," lirih Afka sambil tersenyum pahit.
Fran memperhatikan Siska sedari tadi. Dia tau jika Siska masih menyimpan rasa kepada Afka, tetapi gadis itu menutupinya dengan sangat buruk demi kebahagiaan Afka dengan Ghirel.
"Btw kalau lo gak nyaman pakai dress gitu, lo bisa pakai hoodie gue." tawar Fran saat melihat Siska berusaha menarik turun dressnya agar pahanya tak terekspos.
"Boleh? Mau dong, gue udah gak kuat banget pakainya. Oiya btw kalau kalian gak nyaman pakai setelan formal gitu, kalian bisa ganti juga kok." kata Siska.
Afka dan Fran sama-sama menghela nafas pasrah, "kita gak bisa ganti, ini aja kita pakai kemeja hasil paksaan dari emak gue."
"Tante Laila rempong parah, gue kan diapa-apain ganteng pakai kaos aja udah ganteng apalagi pakai ini, ntar mantan gue tambah susah move on nya kasihan." kata Afka membuat Siska merasa kesal.